Jauh sebelum aku mengenal Duchess, aku lebih dulu mengenalnya. Cintanya jauh lebih besar, hanya saja lagi-lagi kata berpisah adalah hal yang terbaik.
Bohong jika aku tak mencintai Duchess, bahkan aku lebih mencintainya dari pada Yian. Bukan membandingkan, hanya saja cintaku yang ini benar-benar kugenggam dengan hati-hati, aku tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.
Biarlah Duchess membenciku, tapi tak akan aku biarkan ia bernasib sama dengan orang-orang yang dulu mencintaiku, sepertinya aku terkena kutukan tak akan pernah memiliki pasangan yang akan bersama sampai akhir hayat. Jika perpisahan bisa membuatnya aman, maka akan aku lepas. Maaf Duchess, aku memang lemah dan pengecut gelar yang disematkan rakyat Gardenia dan Kaisar hanyalah sebuah gelar nyatanya aku tak sekuat itu. Aku selalu kalah, dan lagi-lagi aku akan kalah.
Biarlah Gardenia barat ini tanpa seorang Duchess, jika tempatmu diganti maka tetap saja luka itu akan aku torehkan entah lewat perbuatanku atau oleh orang lain. Sebenarnya kenapa kau bisa menyukai pria pengecut yang sama sekali tak bisa membalaskan dendam? Kenapa juga kau harus mencintai pria yang selalu membuatmu menangis? Aku bingung apa yang kau lihat dariku sampai kau jatuh cinta, lelucon apa ini Duchess?
Kau boleh pergi, akan kusimpan rapat cinta ini sampai kau sendiri tak tahu jika aku sangat mencintaimu tak akan aku biarkan cinta ini diketahui orang lain termasuk dirimu sendiri, Duchess.
Matteo meremat penanya, lalu ia menyimpannya. Ya, menulis isi hati tak terlalu buruk dikala tak ada orang yang bisa ia ajak bicara. Mulai hari kemarin ia tak lagi tidur dikamar Graziano, Matteo pikir jika ia terus-terusan melihat Graziano yang ada itu akan semakin menyakitkan.
Rembulan pada malam ini bersinar dan menampakan dirinya dengan sempurna, saat-saat seperti ini ia selalu merindukan ayahnya. Andai ayahnya masih ada, mungkin ia tak akan terlalu pusing dan ditekan habis-habisan.
Matteo beranjak dari duduknya, berjalan-jalam sebentar keluar mungkin bisa membuatnya segar. Matteo berjalan lunglai dari kamarnya, angin malam langsung menyambutnya.
Ia berjalan tanpa arah, melangkahkan kaki sesuai kata hatinya. Matteo berhenti didepan pintu kamar Graziano, senyuman tipis terbit diwajahnya.
"Semoga kau selalu bahagia, setelah kita berpisah," ucap Matteo lirih, bahkan mungkin hanya angin malam yang akan mendengarnya.
Terkadang menyimpan sesuatu tanpa orang lain tahu itu perlu dilakukan, entah untuk kebaikan dirimu sendiri atau untuk orang-orang terdekatmu.
_______
Seperti biasa, Graziano setiap pagi akan pergi kegazebo untuk sekedar melihat perkebunan stroberi.
"Tuanku, apa Anda ingin memetik stroberi lagi?" Elena bertanya membuyarkan lamunan sang Duchess.
"Ah ya ... tidak, untuk hari ini aku tak ingin aku hanya ingin melihat suasana kebun saja," sahut Graziano, matanya lurus ke halaman depan rumah utama, dimana Matteo tengah bersiap pergi ke barak.
"Duchess apa Anda yakin akan meninggalkan kami di sini, jika kau pergi bawa lah aku pergi," ucap Elena mengikuti arah pandang Graziano.
"Tidak, setelah dari sini mungkin aku akan miskin." Graziano berucap sendu.
"Aku tak memikirkan uang, aku bisa melayanimu tanpa uang. Aku tak sanggup kau harus diasingkan tanpa ada seseorang yang menemanimu," tutur Elena, ia tak rela sampai Graziano harus hidup digelapnya kehidupan.
"Itu yang terbaik, aku bisa hidup sendiri. Kau tahu aku bingung sebenarnya apa tujuan hidupku? Dulu sebelum kepergian Selir Yian, aku ber-ambisi merebut hati Duke, tapi ternyata aku gagal, ada atau tanpa adanya Selir Yian, Duke tetaplah Duke dan cintanya hanya untuk Selirnya." Graziano meremas pakaiaannya saat matanya beradu pandang dengan Matteo yang baru saja menaiki kuda, ia segera memalingkan wajahnya.
"Hanya orang-orang bodoh yang akan menyia-nyiakan Anda, saya berharap Anda memiliki tujuan hidup yaitu puncak kehidupan yang namanya 'bahagia'," ucap Elena, yang diangguki Graziano.
Setelah kepergian Matteo, tiba-tiba seorang penjaga pintu masuk rumah, menghampirinya.
"Salam hormat, dan mohon ampun yang mulia, saya telah mengganggu waktu luang Anda. Saya ingin memberikan titipan dari Kaisar baru kita." Penjaga memberikan surat yang ia pegang pada Graziano, "jika Anda ingin membalas, Anda bisa memberikannya kepada saya kembali. Saya pamit undur diri," lanjutnya.
Graziano mengangguk, ia menerima surat itu. Untuk apa Kaisar baru mengirimkannya surat. Kerutan dikening Graziano membuat Elena terkekeh.
"Yang mulia, apa Kaisar baru kita benar-benar akan mendekatimu?" celetuk Elena.
Graziano tak menanggapi, ia merasa telinganya panas saat mengingat ucapan Putra mahkota ralat Kaisar baru saat ia datang tiga hari setelah kepergian Yian.
"Jangan merasa terbebani aku melakukan ini semata karena temanku, dan ya, andai kau tak menikah dengan temanku mungkin kau akan kujadikan permaisuri bulan depan saat pengangkatanku sebagai Kaisar."
Graziano masih ingat ucapan Kaisar baru saat dirinya masih seorang Putra mahkota, dan sekarang istana dipimpin tanpa ada permaisuri, dengan rasa ragu Graziano membuka surat itu.
Teruntuk Duchess Gardenia barat ...
Maaf jika kedatangan surat ini terkesan lancang, ampunilah Kaisar bodoh ini yang selalu berharap hal yang tak mungkin bisa ia genggam. Tak seharusnya sebagai teman dari suamimu, aku menyukaimu.
Kudengar desas-desus kau akan berpisah dengan Duke, kau memilih diasingkan. Duchess jangan mengasingkan dirimu sendiri, sekarang kedudukanku dengan Duke jauh lebih tinggi, kau bisa menjadi pasanganku aku tak memaksamu ini hanya penawaran.
Karena kejadian dipameran pada malam itu, aku langsung penasaran siapa gerangan pria anyaman manis itu? Aku bahkan tak bisa tidur semalaman hanya memikirkan siapa dirimu, salahku yang tak menghadiri pesta pernikahan kalian, sampai aku terjebak dalam situasi seperti ini. Akhir kata, maaf aku tak bisa membuat surat manis. Setelah kau membaca ini, balaslah pesan dariku ini.
Kaisar XII
Wajah Graziano memanas setelah membaca surat itu, ia tak menyangka Kaisar baru tak memikirkan reputasinya, bagaimana bisa ia mengirim surat pada submisif yang masih memiliki suami.
"Wajah Anda memerah Tuan," cetus Elena membuat Graziano semakin malu, apa-apaan Elena ini.
"Diamlah El, kau membuatku semakin buruk," ucap Graziano yang disahuti kekehan ringan oleh Elena.
"Carilah pasangan yang kedudukannya diatas atau setara denganku."
Ucapan Matteo terbesit dipikirannya, apa ia harus menerima Kaisar baru, bukankah kedudukannya diatas Matteo? Ia bisa hidup diistana tanpa diasingkan, lagipula siapa yang berani melawan Kaisar? Matteo? Tidak, Matteo tak akan melawan Kaisar baru, mereka berteman baik dan juga ia sendiri yang memberi pesan untuk mencari pasangan yang lebih tinggi kedudukannya.
"Menurutmu apa aku harus menerimanya?" cetus Graziano, ia meremat surat ditangannya, benarkah tak ada kesempatan untuk Matteo dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Life Prophecy [LENGKAP]
RomanceMenjadi seorang submisif yang terlahir dari keluarga bangsawan adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri. Graziano putra dari duke Antonio albert harus menerima takdirnya, menikah dengan duke muda sang singa kerajaan, pemimpin daerah barat Gardeni...