"Kau mau Ano kita diasingkan?" Antonio berucap dingin.
"Duchess mungkin Ano tertekan hidup bersama dengan Duke barat, tapi jika Ano diasingkan karena bercerai, dilereng gunung dengan keadaan ia yang tengah mengandung, apa menurutmu aku akan memberikan izin? Aku tak akan rela putraku hidup sebatang kara, dan mati-matian bertahan hidup," tuturnya.
Ya, posisi Graziano saat ini sangat tidak menguntungkan sama sekali. Jika putranya bercerai, yang ada kehidupan Graziano akan bertambah sulit, siapa yang akan menikahi Anonya lagi? Graziano akan dipandang sebelah mata, dan dicela habis-habisan.
"Jika begitu, jangan asingkan Ano," imbuh Ciana, membuat Antonio menghela napasnya.
"Kau pikir ini masalah mudah? Aku sangat peduli pada Ano, tapi opsi berpisah bukanlah hal mudah dalam situasi ini, Ano kita tengah mengandung." Antonio berdecak.
Ciana diam, apa yang dikatakan Antonio benar, akan bahaya jika omega yang tengah mengandung harus hidup tanpa alphanya, tetap saja Graziano akan menderita.
"Aku menyesal," cetus Ciana tiba-tiba, "aku menyesal telah memberikan putraku pada Duke barat," lanjutnya.
"Cukup dengarkan keluh kesah putra kita, jangan ikut canpur dalam urusannya selama itu belum keterlaluan. Apapun keputusan Ano, kita harus terima, entah ia akan bertahan atau mungkin rela diasingkan. Tapi bagiku, aku tak akan rela Ano diasingkan," tutur Antonio. Katakanlah ia gila, tapi ia akan mengirim surat pada menantunya itu, ia akan sedikit menggertak Duke barat itu.
Keduanya berbincang, merenungkan masalah rumah tangga putra kesayangannya. Sedangkan Graziano tengah duduk sendiri dengan secangkir teh dan sepiring kue kering dihadapannya.
Ia merasa tak nyaman, rasanya resah dan tak tenang. Ia ingin kembali tapi ia tak mau, ia berharap ada keajaiban dimana Matteo dapat berpikir dengan sedikit lebih pintar tentang hubungan keduanya.
Ia mengusap perutnya, ada kehidupan didalam sana. Ia akan sedikit bertahan mungkin, tapi ia tak akan mempedulikan tentang Matteo lagi.
"Ayahmu sangat mencintai ibu selirmu, dia bahkan seperti orang buta yang tak memiliki kaki, ia tak menahanku saat pergi dan ia seakan buta saat aku menangis ... ayahmu benar-benar menyebalkan." Graziano berceloteh, ia benar-benar ingin menendang Matteo jika ia bisa.
Jika Graziano pergi, Yian akan kegirangan. Selir itu bermuka dua, dihadapan Matteo ia akan bertingkah bak perempuan polos dengan seribu kebaikan, tapi nyatanya Yian tak jauh berbeda dengan anjing-anjing penjilat diluaran sana.
"Jika ayahmu tak menyayangimu, jangan bersedih ada aku. Aku akan menyayangimu dengan sepenuh hati, dan membelamu dari orang seperti wanita gila itu ... aku jadi kesal saat mengingat perbuatan Selir kecil itu," ucap Graziano.
Ia terus berceloteh seakan tengah berbincang dengan bayinya, sepulang dari sini ia akan membalas semuanya, ingatkan Graziano untuk mengirim Selir Yian ke neraka.
______
Semenjak kepergian Graziano siang tadi, membuat aura gelap hadir pada diri Matteo, Duke barat ini bahkan tak mempelihatkan sikap ramahnya pada siapapun seakan ia tak ingin diganggu.
Ia merasa kepala akan pecah, Matteo merasa ia akan tumbang dengan kesehatan yang terasa memburuk.
"Matteo!" Yian datang dengan riang menerobos masuk ke dalam kamar Matteo, membuat atensi Matteo teralihkan padanya.
"Matteo apa kau tak ingin membuat festival untuk menyambut kelahiran anak kita," ucap Yian, ia duduk dihadapan Matteo.
"Bukan aku tak mau, tapi kita sudah melakukannya. Kita akan melakukan perayaan lagi saat anak kita lahir," sahut Matteo, ia sebenarnya sedang dalam situasi buruk saat ini, malas bertemu dengan siapapun termasuk Yian.
Perut Yian sudah menonjol, ia sudah memasuki bulan ke empat. Ya, Yian sudah mengandung sebelum pengangkatan selir, Matteo yang ceroboh.
"Apa kau sedang dalam keadaan buruk?" Yian mengusap wajah Matteo, yang ditepis oleh sang empu.
"Ya, aku sedang memikirkan Duchess. Ia pasti kecewa padaku, karena telah mengingkari janji," ucap Matteo.
Yian merengut, "itu pasti karena aku 'kan? Malam kemarin kau menemaniku, sedangkan aku sendiri sudah tahu kau ada janji pada Duchess tapi aku memaksamu, aku sungguh tak berniat itu karena tiba-tiba saja perutku sakit," tutur Yian, wajahnya sendu kentara jika ia seperti orang yang tengah merasa bersalah, berusaha menarik empati Matteo.
"Ya aku tahu, aku tak menyalahkanmu." Matteo membuang pandangannya, jujur saja dalam lubuk terdalam hatinya, ia berpikir jika Yian sengaja melakukan hal itu, agar ia bertengkar dengan Duchess. Ya, mau bagaimanapun Yian dan Graziano tak memiliki hubungan yang baik, mereka sering kali berselisih.
"Lalu mengapa kau enggan menatapku?" Yian berucap lirih.
Matteo menghembuskan napasnya, "katakan jika kau sengaja menahanku untuk menemui Duchess kemarin malam, dan membuat aku tak bisa menepati ucapanku," ucapnya.
Yian gelagapan saat mata kelam Matteo menatapnya penuh tuntutan, seakan menodongkan belati pada lehernya memaksa untuk jujur.
Yian bersimpuh dikaki Matteo, ia mulai melirih.
"Maafkan aku, aku tak bisa menahan rasa cemburuku, saat kau lebih memilih Duchess dibanding aku," ucap Yian, seakan merasa bersalah.
"Perbuatanmu tercela, aku kecewa. Aku selalu mempercayaimu, bahkan aku sampai menghukum cambuk Duchess saking aku percayanya, tapi mengapa kau melakukan itu, membuat aku buruk dimatanya?" Matteo berucap tegas, ia tak akan membela yang salah.
Yian menggeleng ribut, "tidak. Aku memang merasa cemburu, tapi untuk yang waktu-waktu sebelumnya Duchess yang memulai, aku hanya korban. Aku tahu jika aku hanyalah Selir, tapi aku sungguh mencintaimu sampai rasanya aku ingin egois, dan memilikimu seorang," tuturnya.
"Tapi Graziano adalah Duchess, dialah pemegang tahta harem. Bahkan jika ia mau, ia bisa menuntutmu dan membuatmu terusir dari pavilliunmu, dia bisa saja mempermalukanmu dengan memberimu hukuman, ketahuilah Yian jika kau terus berselisih dengannya, posisimu jauh dari kata aman," ucap Matteo, membuat Yian meremas pakaiannya. Bahkan Matteo yang biasa tak membiarkan ia bersimpuh dan menunduk kali ini seakan tak peduli, bahkan alpha itu seakan buta saat ia masih bersimpuh.
"Maafkan aku, aku tak akan mengulanginya lagi," ucap Yian.
"Pergilah, saat Duchess kembali pergilah padanya dan minta maaflah, sampai satu bulan jangan menemuiku, ini hukuman untukmu, sebenarnya aku juga ingin memberimu hukuman seperti Duchess waktu itu, hanya saja mengingat kondisimu saat ini, itu tak memungkinkan, jaga kesehatanmu karena aku tak akan menemuimu dalam kurun waktu satu bulan," tutur Matteo, membuat Yian terbelalak dengan ucapannya barusan.
Yian masih diam, ia terlalu terkejut ia pikir dengan mengaku ia akan selamat, tapi Matteo bukanlah orang yang mudah dalam menghukum orang bersalah.
Yian diam beberapa saat, lalu ia beranjak meninggalkan kamar Matteo. Ia merasa tak terima dengan apa yang Matteo katakan, bagaimana bisa Matteonya berubah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Life Prophecy [LENGKAP]
RomanceMenjadi seorang submisif yang terlahir dari keluarga bangsawan adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri. Graziano putra dari duke Antonio albert harus menerima takdirnya, menikah dengan duke muda sang singa kerajaan, pemimpin daerah barat Gardeni...