26

16.3K 1.9K 122
                                    

Kalau berkenan, kalian bisa rekomendasiin ke temen atau siapapun, yang suka seme redflag dan suka ngoleksi novel bl, story gue yang semesta mau open PO ya.

____

Graziano meringkuk diranjangnya, semalaman ia berpikir keras, bagaimana cara agar Kaisar bisa membebaskan Matteo.

"Duchess!"

"Duchess!"

Graziano mengerutkan keningnya, rasanya kepalanya semakin berdenyut saat mendengar suara ribut dari luar kamar. Ia beranjak memaksakan diri, yang awalnya kepalanya hanya berdenyut pusing, kini bertambah saat ia mendapati Yian diluar kamarnya, dengan wajah menyedihkan.

"Ada apa kau datang ke sini?" tanya Graziano, ia sama sekali tak menampakkan sikap ramah.

"Bukankah Duchess kemarin malam pergi ke istana? Lalu mengapa Duke belum juga kembali?" Yian bertanya tanpa jeda.

"Menurutmu mengapa yang mulia belum juga kembali?" Graziano balik bertanya.

"Itu pasti karena Duchess tak bisa dan gagal dalam misi, memangnya bagaimana Duchess ini meminta pada Kaisar, biar Selir ini yang meminta jika Duchess tak mampu," ucap Yian, berhasil menyulut amarah Graziano, tak mampu? Bahkan Graziano sampai harus membuang tenaganya hanya untuk adu debat dengan Kaisar.

"Banyak bicara, rendahan, tak tahu diri, dan tak tahu tempat. Kau pantas mendapat perkataanku itu, menangislah yang kencang, agar yang mulia langsung pulang, siapa tahu tangis memuakkanmu terdengar sampai kekaisaran," tutur Graziano pedas, entahlah ia bahkan melupakan pelajaran etika yang diajarkan guru timur. Ia terlalu benci dan muak pada Yian.

"Apa ini sifatmu yang sebenarnya Duchess?" ucap Yian lirih, seakan Graziano menyuruhnya bersimpuh menjilat kakinya.

"Sejak kapan kita kenal dekat sampai kau bertanya ini sifatku atau bukan?" Graziano menatap penuh kebencian, entahlah akhir-akhir ini ia tak bisa mengontrol emosinya.

"Aku akan mengadukannya pada duke, jika Duchess tak baik, dan tak bisa bersikap layaknya seorang putra bangsawan," ucap Yian, membuat Graziano terkekeh.

"Eumm mengadulah, itupun jika Duke bisa kembali." Graziano kembali terkekeh, Yian terlalu lupa akan batasannya.

Graziano tak ingin membuang tenaganya untuk berhadapan dengan Yian, tanpa pikir panjang ia masuk kembali ke kamarnya.

Sedangkan Yian mendengus dengan kepalan tangannya, ia semakin ingin merebut posisi Graziano, menurutnya Graziano terlalu angkuh.

_______

Di dalam sel kekaisaran, Matteo hanya diam tak banyak bicara. Ia akan menerima hukuman ini, ia tak peduli dengan dirinya hanya saja ia khawatir akan keluarga dan juga orang-orang barat lainnya.

Ditambah lagi, kabar yang ia dengar jika omeganya datang menemui Kaisar untuk melakukan negoisasi, Matteo berharap Kaisar tak melalukan hal kasar pada Graziano.

"Wahh ... siang yang terhormat Duke Matteo Lareon."

Matteo menggulir matanya, saat Kaisar tersenyum dibalik sel dari luar.

"Tak kusangka, keponakanku akan mendekam didalam sel semasa kepimpinanku, aku ikut sedih. Akankah saudaraku Lareon bersedih diatas sana, melihat putranya harus diam tak berdaya?" Kaisar terkekeh setelahnya.

Matteo mengepalkan tangannya, "seharusnya aku melalukan balas dendam atas nama ayahku, namun sayang aku terlalu bodoh terbuai akan kebaikanmu di masa lalu, sampai kapan Kaisar akan seperti ini?" ucap Matteo, ia menatap Kaisar tanpa rasa takut.

"Eum, jangan seperti itu nak, kau sudah seperti putraku, bahkan permaisuri sangat menyayangimu," ucap Kaisar.

Matteo mendengus, andai ia tak menyayangi permaisuri juga, mungkin kepala orang dihadapannya sudah ia gantung dipasar.

Matteo terlalu dibodohi oleh pamannya sendiri, ia pikir pamannya murni mengurusinya karena ia peduli. Nyatanya kisah dibalik kisah terlalu pahit, ayahnya dikhianati. Di masa lalu, ayahnya seorang pangeran yang diasingkan karena rencana busuk pamannya yang berhasil, dan saat kembali ayahnya tak bisa naik tahta dengan alasan catatan kejahatannya yang tak pernah ia lakukan.

Matteo menyesal ia tahu kisah kelam ini di saat ayahnya gugur dalam perang. Ayahnya yang jarang bicara harus menelan pil pahit itu sendirian, sedangkan dirinya tak tahu apapun bahkan selalu merasa bangga pada pamannya ini.

Pangeran buangan, adalah sebutan yang selalu tersemat dalam nama ayahnya bahkan sampai akhir hayat ayahnya, sebutan itu masih saja menjadi benalu dalam namanya.

Ayahnya dikambing hitamkan, Matteo sangat membenci dirinya sendiri bahkan disaat ia tahu yang sebenarnya ia tak bisa membunuh Kaisar, karena rasa sayangnya pada permaisuri. Ia terlalu lemah, ia yang tak pernah merasakan kasih sayang ibunya, karena sang ibunda lebih dulu menghembuskan napas terakhir saat melahirkan dirinya, saat itulah permaisuri yang selalu ada untuknya, menggantikan peran yang seharusnya tak pernah ia rasakan.

"Hanya keluarga istana yang tahu kisah kelam dan perbuatan busukmu, aku bahkan menyimpannya dengan rapat, tapi mengapa paman yang menjadi Kaisar ini sama sekali tak memiliki hati nurani, dan hanya terus-menerus melakukan hal tercela," tutur Matteo matanya memerah menahan amarah yang bergejolak.

Kaisar menatap Matteo dengan sengit, baru kemarin rasanya ia menggendong Matteo, tapi lihat sekarang Matteo sudah besar dan telah menjadi bajingan.

"Apakah keponakanmu ini harus membakar istana agar pamannya sadar akan apa yang dilakukan," ucap Matteo.

"Jangan pernah melakukan hal yang akan merugikanmu nak," imbuh Kaisar.

"Sebenarnya apa yang kau cari, kau sudah naik tahta, bahkan aku tak meminta hakku untuk mendepakmu dari singgasana, tapi mengapa kau terus mempermainkanku paman," ucap Matteo, ia ingin mengajak Kaisar bicara layaknya keluarga.

Kaisar membuang pandangannya, tak ada yang ia inginkan ia melakukan ini hanya karena takut akan pemberontakan Matteo, ia terlalu tak terima dengan banyaknya orang pro terhadap Matteo. Ia takut Matteo balik melawannya, ia tak ingin hal yang ia perjuangkan dari dulu direbut begitu saja. Mungkin saat ini Matteo bisa mengatakan tak akan merebut dan tak menginginkan singgasana, tapi siapa tahu jika pikiran itu berubah, Kaisar tak mau.

"Kau tak perlu tahu anak muda, ini urusanku." Kaisar menatap Matteo kembali.

Matteo ingin tertawa kencang, merasa miria dengan jalan pikir Kaisar.

"Kau memiliki keluarga, dan sekarang aku juga memilikinya. Tak pernah kah kau berpikir aku juga merindukan keluargaku?" ucap Matteo.

"Paman, aku akan menerima hukuman ini, maaf karena telah melukai lehermu. Kau bisa menghukumku dengan memotong lenganku, hanya saja jangan kurung aku selama satu tahun, aku memiliki kewajiban untuk masyarakat barat," tutur Matteo lagi.

Kaisar menghela napas, dengan kuasanya saat ini, mungkin ia bisa saja menjatuhi Matteo hukuman mati, melenyapkan keluarga bukanlah hal asing dihidupnya, hanya saja ia tak bisa dan alasannya permaisuri, istrinya terlalu menyayangi putra kakaknya ini, bahkan permaisuri pernah mengatakan jika ia membunuh Matteo, maka permaisuri akan meminum racun mematikan.

Mungkin orang-orang luar sangat ingin menjadi anggota keluarga istana, tanpa mereka tahu jika kehidupan istana tak se indah ukiran bangunannya, istana kejam, semua orang dituntut sempurna dan saling menjatuhkan hanya untuk terlihat lebih unggul.

____

Seperti biasa banyak votement, gue double.



Duke's Life Prophecy [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang