19

16.7K 1.9K 68
                                    

Mari saling menghargai, gue luangin waktu buat nulis kalian vote and komen story gue, itupun kalau suka hehehe ...

_______

Kabar Duke bagian barat yang sakit beredar dikalangan istana, bahkan Putra mahkota berniat menjenguk temannya itu.

Ia tak memiliki dendam apapun, saat Matteo menyakiti Kaisar, karena pada dasarnya Matteo ber hak marah atas tindakan ayahnya. Ia hanya kecewa, jika pria anyaman yang ia pikir manis itu, adalah milik Matteo, milik temannya.

Ia benar-benar kecewa, ia tak mengetahui fakta itu dari awal. Rasanya dunianya terguncang, saat bertemu dengan Graziano ia sudah merasa tertarik, bahkan ia terus memikirkan pria anyaman itu, rasanya kesal saat tahu jika omega manis itu milik Matteo.

Putra mahkota turun dari kudanya, ia masuk ke kediaman Matteo, yang langsung disambut dengan hormat. Para penjaga dan pelayan yang melihat kedatangan Putra mahkota, merasakan gugup bukan main, karena saat ini Duke masih di Gardenia timur.

"Salam hormat Putra mahkota, suatu hal yang sangat istimewa yang mulia datang kemari." Penjaga, orang kepercayaan Matteo Gilyan menunduk hormat, menyambut Putra mahkota.

"Apa aku bisa bertemu dengan Duke Matteo?" Putra mahkota langsung pada inti, membuat Gilyan menelan salivanya. Ia rela dipenggal berbohong demi kebaikan Tuannya.

"Mohon ampun yang mulia, Duke saat ini tak bisa diganggu. Dia meminta kami menolak setiap orang yang ingin menjenguknya, ia tengah mengalami demam dan batuk, yang takutnya menular," jelas Gilyan.

Putra mahkota menaikan sebelah alisnya.

"Aku Putra mahkota, apa aku juga ditolak menjenguknya?" ucapnya.

Gilyan mulai berkeringat, mau bagaimanapun ini sebuah penghinaan telah menolak Putra mahkota, ia tak tahu harus apa. Gilyan sendiri tak menyangka jika Putra mahkota akan menjenguk Tuannya, walaupun menurut desas-desus keduanya memang memiliki ikatan pertemanan.

"Siapa namamu?" Gilyan mendongak, jantungnya semakin berdetak apa ini akhir dari hidupnya? Mungkin besok ia akan dihukum pancung.

"Gilyan, orang rendah ini diberi nama Gilyan," ucap Gilyan, ia menundukkan kepalanya kembali.

Putra mahkota, menyimpan baik-baik nama pria dihadapannya.

"Jawablah dengan jujur apa Duke benar-benar demam, setahuku temanku itu orang yang kuat, demam sedikit baginya tak masalah," ucap Putra mahkota.

"Mohon ampun yang mulia, Anda bisa menghukum orang rendah ini. Tapi Duke benar-benar tak bisa diganggu, beliau dalam masa pengobatan, saya tak ingin membahayakan Anda." Gilyan bersimpuh dihadapan Putra mahkota, membuat putra Kaisar ini semakin curiga jika ada sesuatu yang disembunyikan orang-orang barat.

Matteo bukanlah alpha yang lemah, dia alpha kuat demam bukanlah masalah besar, tekadnya untuk mengetahui hal itu semakin besar. Ada apa sebenarnya? Kilasan kedatangan Graziano kemarin ke istana, membuat celah dipikirannya, mungkikankah Matteo nekat? Dan pergi ke Gardenia bagian timur.

"Akan ku ingat namamu, jika kau membohongiku, bersiaplah untuk pergi ke persidangan kekaisaran." Putra mahkota pergi begitu saja membuat jantung Gilyan mencelos karena ucapannya.

Pria itu meremat pakaiannya, ia tak akan selamat jika rencana Tuannya sampai terendus dan berhasil dibongkar.

Sedangkan ditempat lain, tepatnya Gardenia bagian timur. Orang-orang yang Matteo beri perintah agar menyusul, baru saja datang.

Matteo membuat balai pengobatan, dan juga mencari tahu sumber wabah bersama Graziano. Ia bahkan sampai melihat mata air dikaki gunung, takut sumbernya dari sana.

"Yang mulia kau yakin sungai ini tak jernih dan tercemar?" tanya Graziano ia melihat sungai yang jernih, ia sama sekali tak melihat tanda-tanda tercemar.

"Jangan menyentuh apalagi sampai meminumnya, tunggu aku di sini. Aku akan mencari sumber air sungai ini," ucap Matteo.

"Aku ingin ikut." Graziano berlari kecil, mengimbangi langkah Matteo.

Keduanya berjalan berkilo-kilo hanya untuk mencari sumber mata air yang mengalir.

Matteo mengulas senyum tipis saat suara air terjun mulai terdengar, ia semakin melangkah cepat membuat Graziano sedikit sulit mengimbangi langkahnya.

"Kau lihat." Matteo menunjuk air yang mengaliri sungai, air terjun begitu jernih dan baik, namun saat jatuh kebawah berubah warna menjadi agak gelap.

"Bajingan mana yang membuang sampah dan sayuran busuk kemari." Matteo menutup hidungnya, ia dengan jelas melihat banyak sampah dan sayuran busuk pada air.

Pantas saja air sungai terlihat jernih, karena sudah melewati penyaringan. Sedangkan pada nyatanya, sumbernya bak genangan sampah yang jika mandi di sana bisa saja Matteo mati karena bau busuknya.

"Kita harus mendapatkan bajingan yang berani membuang sampah kemari, dan lihat sayuran, babi mati dan anjing itu." Matteo menunjuk satu-satu apa yang ia ucapkan, ia merasa ngeri dengan hal ini. Pantas saja wabah ini menyebar dengan cepat, karena sumbernya saja dari air, dan air ini yang selalu dipakai oleh masyarakat entah mandi ataupun minum.

"Ini sangat menjijikan," gumam Graziano, ia sangat mual melihatnya.

"Aku akan mengantarmu pulang, dan aku akan kembali kemari hanya untuk memantau agar tahu manusia biadab mana yang telah mencemari sungai," tutur Matteo, yang langsung membuat Graziano menggeleng.

"Tidak, aku tak mau pulang. Aku ingin bersamamu di sini duke," ucap Graziano.

"Kau yakin?" ucap Matteo, yang diangguki Graziano mantap.

Matteo akhirnya membiarkan sang omega bersamanya, ia mengajak Graziano naik ke atas pohon agar tak ada yang melihat.

Matteo memeluk tubuh Graziano dari belakang, ia takut omega itu jatuh. Bayangkan saja keduanya duduk dibatang pohon jati besar yang lumayan tinggi, jika jatuh tamatlah riwayat mereka.

"Lihat," cicit Graziano menunjuk pria yang tengah waspada membuang bangkai anjing.

"Biadab dan bodoh," celetuk Matteo.

Ayolah mereka duduk berdua dengan romantis, tapi percakapan mereka di isi dengan umpatan.

"Jangan banyak bergerak kau bisa jatuh," bisik Matteo, membuat bulu kunduk Graziano merinding karena hembusan napas Matteo.

Matteo memegang perut Graziano, lalu tangan kanannya mengambil belati yang menggantung dipinggangnya.

Dengan mata memicing dan bidikan yang sesuai, belati Matteo berhasil menembus perut bagian bawah pria itu.

"Arghhh!"

Pekikan kesakitan itu membuat Graziano meringis, itu pasti menyakitkan.

Matteo turun lalu menyuruh Graziano turun sendiri, walau sulit omega itu tetap berusaha.

Matteo menghampiri pria itu, lalu dengan cepat membuka penutup wajahnya.

"Bajingan mana yang menyuruhmu berbuat seperti ini?" tanya Matteo tajam.

"Shh ... bukan urusanmu," desis pria itu, membuat kesabaran Matteo menipis.

Dengan kejam Matteo menarik belatinya sekaligus, membiarkan darah mengucur dari perut pria dihadapannya.

"Hanya katakan siapa dalangnya dan apa tujuannya." Satu jarinya masuk kedalam luka belati itu, mengorek apa yang ada didalam sana, membuat suara rintihan dan pekikan lawannya itu semakin keras.

"Katakan!" Matteo menambahkan jarinya, menjadi dua.

Graziano bergidik ngeri, itu pasti sangat menyakitkan. Melihat kedua jari Matteo yang tengah mengobrak-abrik luka perut pria itu, mengingatkan Graziano pada sesuatu yang ambigu, Graziano menggelengkan kepalanya, ini bukan waktunya memikirkan hal itu. Bagaimana bisa ia berpikir liar disaat seperti ini, tapi ia tak bisa bohong jika pikirannya berkelana.

____

Saha yang satu pemikiran sama Graziano?

Duke's Life Prophecy [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang