Pagi hari ini, Raka memutuskan untuk berkeliling kota Malang bersama Brian. Ia berencana membeli beberapa oleh - oleh untuk teman kostnya. Sang papa tak bisa ikut karena beliau ada pertemuan khusus.
Raka dan Brian hanya berjalan - jalan santai di trotoar. Sebenarnya, mereka memang menyewa motor agar Raka tak kelelahan berjalan. Namun, Raka ingin sedikit berjalan kaki. Berujung motor tersebut terparkir di depan sebuah toko.
"Beli apa ya Bri? Kasih saran dong"
"Makanan aja, biar enak bagi - baginya"
"Ya makanan udah pasti. Maksudnya yang lain lagi, apa ya?"
"Udah makanan aja. Nanti gue repot bawa nya"
"Di paket kan bisa?"
"Yaudah, beli kaos aja? Lumayan kan buat baju ganti di kostan"
"Samaan bagus kayaknya ya Bri? Kompak gitu"
"Kayak anak PAUD tau gak?" Brian sedikit terkekeh
"Gapapa deh, biar lucu"
Maka setelahnya, ia memasuki sebuah toko oleh - oleh yang memajang beberapa kaos dengan desain khusus, menunjukkan ciri khas oleh - oleh dari Kota Malang. Raka memilih desain yang paling sederhana, hanya ada sedikit tulisan dan gambar di bagian belakang.
"Mau ambil ukuran apa mas?" tanya sang pelayan
"Oh.. Ukurannya.. Apa ya Bri?" Raka menoleh ke samping, bertanya pada Brian
"Gue nggak tau, lupa juga sama postur tubuh mereka. Coba di kira - kira aja"
"Tristan itu tinggi, sama kayak Rafli. Jadi mungkin mereka gue kasih XL aja kali ya? Oh Varo juga deh. Yang XL nya tiga ya mbak"
"Ada lagi mas?"
"Sisanya ambil L aja mbak, empat ya. Bri kamu mau ukuran apa?"
"Gue nggak mau jadi anak PAUD"
"Ish. Yaudah lo pilih sendiri gih"
Brian akhirnya berlalu. Meninggalkan Raka hanya bersama pelayan toko. Kemudian, mbak tersebut bertanya, "Itu kakaknya ya mas?"
"Bukan, dia asisten saya. Tapi emang udah kayak kakak sendiri sih. Saya anak tunggal mbak, jadi nggak punya saudara"
"Oalaaah, enak ya mas jadi anak tunggal. Saya ya mas, kalau beli makanan selalu rebutan. Kalo ndak cepat ngambil ya bablas"
"Saudara nya banyak mbak?"
"Ada empat, saya yang paling tua"
"Wah, seru ya mbak. Saya malah pengen"
"Ya seru sih mas, ada aja tingkah lucunya. Ya tapi gitu, kalau lagi berantem ya rusuh mas. Rumah itu sudah kayak kapal pecah"
Raka tersenyum mendengarnya. Membayangkan situasi itu terjadi padanya, di rumahnya. Tak apa kamarnya berantakan. Asalkan ia diliputi rasa hangatnya kekeluargaan, ia tak masalah.
"Mas?! Lho kok ngelamun?"
"Eh, maaf maaf mbak"
Tak lama Brian datang, membawa lima kaos dengan berbeda ukuran dan desain. Raka sudah tau, ia pasti membelikannya untuk orang tua dan kedua adiknya. Baru ia akan mengeluarkan dompetnya, Raka menahannya.
"Nggak usah, gue aja yang bayar"
"Gak. Gue aja. Lo udah banyak beliin oleh - oleh buat ibu bapak"
"Mbak, yang ini digabung sama belanjaan saya aja ya. Totalnya berapa mbak?"
Ucapan Brian tadi tak di indahkan oleh Raka. Tentu saja Brian tak enak, Raka selalu membelikan apapun yang ia beli. Tak jarang juga ia diberi barang - barang dari brand ternama. Memang se baik itu anak tuan besarnya ini.
Sampai di hotel, Raka melakukan panggilan video dengan Vale. Ia berteriak heboh ketika Raka bercerita telah membeli banyak oleh - oleh untuk anak kostan. Sesuai prediksinya, Vale menjadi yang paling ceria dan heboh ketika mendengarnya.
"Ih Rakaa cepetan pulangnya dong. Gue nggak sabar makan itu keripik apelnya. Penasaran bangeet" ujar Vale
"Lo mah makanan mulu, gembul" ucap Rafli
Perdebatan kecil terjadi setelahnya. Membuat suara dari video call ini menjadi tak terdengar jelas. Ditambah lagi dengan ekspresi jengah yang Varo tunjukkan. Seolah telah muak dengan teman - temannya itu. Raka tertawa melihatnya. Ia juga menyaksikan Tristan masih berusaha menghentikan perdebatan tak penting itu, meski terlihat kewalahan.
"Ka, gue tutup ya. Heboh banget ini kasian lo nanti pusing. Hati - hati di jalan pulang, kita nungguin lo di kostan. Nanti gue sama mereka bikin welcoming party buat lo. See you Ka"
Video itu kemudian terputus. Namun Raka masih saja terpaku melihat ke layar. Brian menyadari hal janggal darinya. Maka ia menghampiri, melihat Raka yang sedikit meneteskan air mata. Namun dengan sedikit tersenyum.
"Kenapa?" Brian merangkulnya, membuat Raka menoleh
"Gue seneng, Bri. Mereka baik banget" ujarnya parau
"Ini jawaban dari doa lo selama ini. Makasih, Ka. Lo udah sabar sama situasi yang kurang enak ini. Makasih udah bertahan sama gue"
Raka tanpa ragu memeluk Brian. Melanjutkan tangisnya disana, di bahu sang asisten. Brian tak banyak berucap, hanya mengelus punggung bergetar Raka. Sambil mengucap doa, semoga Raka lebih banyak mendapat kebahagiaan setelah ini.
.
Mereka benar - benar serius dengan ucapannya ketika akan membuat welcoming party untuk Raka. Sederhana saja sebetulnya, mereka hanya membeli cola dengan beberapa cemilan. Namun, tempelan kertas di dinding ruang tamu yang paling berkesan.
"Ini siapa yang punya ide? Lucu banget" ucap Raka antusias
"Ya siapa lagi kalo bukan bocah kecil nan petakilan" ujar Rafli sambil melirik ke arah Vale
"Ini cute banget serius, ayo kita foto" ajak Raka yang tentu saja langsung disetujui oleh semua teman - temannya. Brian inisiatif mengambil ponselnya di saku jaket. Mengarahkan mereka agar in frame. Senyuman Raka hari ini, akan selalu Brian ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kostan Abu - Abu
FanfictionAnother story if trio kembar a.k.a Vano, Vale dan Varo tinggal di sebuah kost kostan bersama empat teman mereka- Tristan, Rafli, Raka dan Hari