Sudah beberapa hari ini Raka tak masuk kelas. Teman - temannya pun silih berganti menanyakannya di dalam grup chat, kemana ia pergi. Ia membalas sesekali. Berkata jika ia akan sibuk dalam beberapa hari ke depan selama menggantikan sang papa.
"Ka, kok ngelamun?" Tanya Brian yang datang menghampiri. Membawa satu cup kecil kopi ditangan kanannya. Memberikan cup itu pada Raka, dan ia menerimanya.
"Nggak apa - apa. Cuma lagi pengen ngelamun aja. Pemandangannya bagus juga ya Bri"
"Bagus. Sengaja dipilih view yang paling bagus buat tuan besar"
"Makasih banyak, Bri. Lo loyal banget sama keluarga gue" Ucapan Raka sedikit menyendu.
"No need. Itu udah tugas gue. Lagian, lo sama tuan besar juga baik banget sama gue. Kita simbiosis mutualisme, tenang aja"
Raka tersenyum kecil. Tak salah memang sang papa memilihnya sebagai asisten dirinya. Ia merasa cocok dengan Brian bahkan ketika mereka pertama kali bertemu. Tak ada rasa canggung, semuanya mengalir dengan baik begitu saja.
"I think you need some rest. Capek banget muka lo, Ka"
"Siapa sih yang nggak cape harus ngikutin sched papa? Dia bukan orang kali, nggak ada capeknya"
"Hush. Nanti tuan besar denger, lo diamuk" Ucapnya sedikit berbisik
"Nggak akan. Papa lagi tidur. Nggak akan kedengeran." Brian melirik sang tuan besar. Ternyata benar, ia sedang tertidur pulas disana.
"Bri, boleh minta obat demam nggak ya? Gue agak kurang enak badan" Brian kemudian menyentuh kecil kening Raka, suhu tubuhnya memang sedikit hangat.
"You push yourself too hard, Ka. Udah gue ingetin dari awal, ngeyel banget"
"I just wanna make papa proud."
"Iya tapi bukan overworked juga"
Tanpa diduga, cairan merah kental keluar dari hidung Raka. Hal itu cukup membuat Brian panik. Pasalnya, ini baru pertama kali terjadi. Dengan cepat ia menarik tisu dari meja. Menahan mimisan itu, kemudian membantu Raka yang sedikit kepayahan untuk berdiri tegak. Membopongnya untuk duduk di bed disamping tuan besarnya.
"Ka, istirahat ya. Sore ini nggak usah ikut meeting" ujar Brian. "Biar diganti sama yang lain aja. Gue atur jadwalnya nanti" Namun Raka menggeleng.
"Nggak bisa, Bri. Gue udah janji sama client kalo gue bakalan dateng"
"Tapi lo lagi sakit, Ka. Look at yourself. Lo lagi nggak sehat"
"Dikasih obat aja ya, Bri. Gue minta tolong"
Setelah mimisannya berhenti, ia menyamankan dirinya untuk berbaring di atas bed. Brian dengan cekatan menyelimutinya, kemudian bergegas pamit ke luar untuk memanggil dokter. Tak lama, Raka mendapat panggilan telpon dari Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kostan Abu - Abu
FanfictionAnother story if trio kembar a.k.a Vano, Vale dan Varo tinggal di sebuah kost kostan bersama empat teman mereka- Tristan, Rafli, Raka dan Hari