Rencana

390 49 5
                                    

"Dek, makan dulu ayo" Ia berdiri menyandar pintu. Sedari tadi, Vano sudah mengajak adik pertamanya itu untuk makan. Namun, ia tetap diam saja. Berbaring di tempat tidur.

"Bang, gue lagi nggak mau makan" jawabnya

"Kenapa? Sakit?" tanya Vano lembut, sambil menghampirinya

"Nggak, lagi gak mood aja"

"Kok gitu? Ayo cepet. Anak - anak udah mau selesai tuh makannya"

"Nggak ah, nanti gue bikin sereal aja udah"

"Makan yang bener dong, dek. Masa makannya sereal terus?"

"Lagi nggak nafsu bang, sumpah deh. Lanjut aja makannya, nanti gue order sendiri deh ya kalo mau makan. Gue mau tidur dulu, ngantuk ini"

Ia mengibaskan selimut, membuka dan melebarkannya agar menutupi permukaan tubuhnya. Akhirnya Vano mengalah. Mungkin adiknya butuh istirahat lebih banyak sejak kambuhnya kemarin. Vano akhirnya meninggalkan kamar Vale, kembali bergabung ke meja makan bersama dengan yang lainnya.

"Gagal cuy?" tanya Rafli. Vano hanya mengangguk

"Dari kemarin dia kayaknya agak murung ya. Gue jadi overthinking"

"Kenapa emangnya, Raf?"

"Nggak. Biasanya kan dia petakilan gitu. Terus kemarin kambuh, jadi secara gak langsung dia harus membatasi 'lagi' aktivitasnya. Kalian pasti ngerti maksud gue"

"Iya sih.. Haduh, gue jadi kepikiran gini" ujar Hari

"Udah, dia mungkin memang beneran butuh istirahat. Gapapa, biarin aja. Yang penting tetep kita jagain. Si Raka mode on duty sekarang?" tanya Tristan

"Lagaknya anying on duty" jawab Hari sambil terkekeh

"Nggak, ya sebenernya ini jadwalnya dia di rumah. Tapi, papanya ada urusan tuh katanya ke luar kota. Jadi dia bisa di kostan, semingguan katanya" jawab Vano, satu - satunya orang yang mengetahui info tersebut

"Tau darimana bang?" tanya Varo

"Dia nelpon gue. Tapi lagi di studio dulu. Nggak tau kapan bakalan kesini. Palingan nanti dia nelpon"

"Sepi ya, padahal cuma berkurang dua. Gimana kalo pada bubar semua" ujar Hari

"Bener. Beda banget feel-nya sama pas kita full team. Kangen ngumpul deh gue" Rafli menyetujui ucapan Hari. "Kalian kapan ada libur? Gue pengen liburan nih"

"Tiba - tiba banget nyet, gue harus cek saldo dulu ini" ucap Hari

"Iya. Kemaren banget gue baru keluar duit banyak perkara ujian praktek. Jangan sampe duit gue boncos" ucap Tristan

"Yaelah, ke pantai aja yang murah. Penginapannya juga banyak yang harganya standar kok. Nanti dah gue cari yang promoan. Banyak kemaren gue liat seliweran di tl gue"

"Nanti di obrolin lagi sama Vale, Raka juga. Tapi bilang hotel sama tripnya udah kalian bayar ya, biar nggak pake duit si Raka mulu. Malu gue" ucap Rafli kembali

"Iya anjir. Berasa numpang hidup dah gue kalo sama dia. Nggak pernah keluar duit banget kalo jajan keluar. Emang aura sugar daddy nya kuat banget itu anak. Tajir nggak ketolong" imbuh Varo. Memang benar. Jika ia dan Raka sedang pergi ke luar atau sedang mendapat giliran untuk membeli bahan makanan, Raka selalu membelikannya makanan atau minuman dengan cuma - cuma. Bahkan tak jarang, ia juga membagikannya pada orang di sekitar mereka. Sifat itulah yang sangat ia kagumi dari seorang Raka. Down to earth.

Di sisi lain, Raka sedang bersiap untuk pergi ke kostan. Brian sudah menawarkan untuk mengantarnya, namun Raka menolak. Ia ingin menyetir sendiri. Maka Brian mempersilahkan hal itu, dan berpesan agar Raka selalu berhati - hati dan waspada. Dan Raka mengiyakan permintaan dari asisten pribadinya itu.

Kostan Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang