Unexpected Thing

316 50 6
                                    

Esoknya, sejak pagi hari suasana kostan sedikit lebih ramai dari biasanya. Terutama Rafli, yang mengatur teman - temannya dengan ocehan khas Sundanya.

"Ieu kresek naon? Jangan disimpen sembarangan euy"

"Vale, jaketnya jangan lupa dibawa. Varo juga tah, apalagi maneh nyetir. Helm bro"

"Si Tristan udah bangun belom? Dia kan baru pulang tengah malem. Cek coba ke kamarnya"

Sedangkan di seberang ia berdiri, terdapat Raka yang duduk santai sambil memperhatikan temannya yang sedang mengomel itu. Kemudian turun Vano dan juga Varo, sambil menggendong masing - masing satu backpack.

"Adek lo mana Van?"

"Masih mandi. Susah dibangunin tadi dia, makanya gue sama Varo siap - siap duluan"

"Si Hari kemana da? Belom keliatan" Ucap Rafli

"Ada, lagi di kamar si Tristan. Kan tadi lo bilang suruh ngecek, jadi dia ada disana tuh"

"Oh bagus bagus. Dua puluh menitan lagi kita otw, gimana Van?"

"Ayo aja, adek gue bentar lagi kelar kok itu"

Benar saja, tak lama Vale, Tristan dan Hari datang secara bersamaan. Lengkap membawa backpack dan jaket sesuai dengan arahan sang ketua acara, Rafli. Ia yang paling tau rute sunmori kali ini. Tujuan mereka adalah Lembang. Mengikuti keinginan Tristan yang akhir - akhir ini kurang melihat sesuatu yang hijau untuk menyegarkan matanya.

"Udah siap nya semuanya? Yaudah hayu kita berangkat. Doa dulu"

Seusai membaca doa, mereka bergegas keluar. Raut wajah bahagia sangat terlihat jelas, terutama pada wajah Tristan dan Vale. Tentu saja, Vale sudah berencana untuk menyetir nantinya. Seperti biasa diawali dengan sedikit perdebatan antara ia dengan sang adik yang bersikeras ingin menyetir dari awal hingga akhir. Vano sendiri akan membonceng Raka. Rafli akan bersama Tristan, dan Hari akan solo riding dan berada di posisi paling belakang. Memantau rekan - rekannya.

Perjalanan mereka terasa sangat menyenangkan. Beberapa kali mereka berhenti untuk membeli jajanan kaki lima. Meskipun jam masih menunjukkan pukul delapan, sudah banyak pedagang yang mereka temui. Bahkan salah satu pedagang disana menjual jajanan kesukaan Vale, jasuke.

"Jangan banyak banyak dek, nanti bunda marah loh"
"Kan nggak ada bunda wlek" ujar Vale enteng sambil terus saja memakan jasuke itu dengan lahap. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, memejamkan matanya menikmati manisnya jagung dicampur dengan susu kental manis dan keju. Hingga ckrek. Suara shutter kamera terdengar jelas di telinganya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan sang adik.

"Ah biang kerok!"

"Nyenyenye. Ayo cepet makan lagi, dah baik gue abadikan momen berharga lo ini"

"Lo niatnya mau cepu!!!"

"Lah nyolot. Lagian mentang - mentang deket kosan kagak ada, aji mumpung lo.  Kasih sono ke abang, bantu habisin"

Kemudian Vale memberikan cup jasuke-nya itu pada sang kakak dengan sedikit kesal. Vano mengatakan padanya bahwa apa yang dilakukan adiknya semata - mata karena ia peduli. Bahkan ia meminta maaf atas nama sang adik jika caranya sedikit menyebalkan.

Tiga jam sudah mereka berkendara. Vano yang berada di posisi paling depan kemudian menepi, disusul dengan yang lainnya. Raka segera turun dan melepas helmnya, sedangkan Vano tetap pada posisinya. Hanya berbalik menghadap ke belakang.

"Guys, gue rasa kita mending nginep. Kayaknya sore bakalan hujan. Kalo kita langsung balik, takut kehujanan di jalan. Besok kalian ada acara gak? Atau tugas? Rapat?"

Kostan Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang