Tak lama satu rombongan itu sudah sampai di rumah Datuak. Mereka di sambut oleh istri Datuak yang biasa di panggil Mak Angah.
" Assalamualaikum, Mak Angah mak Datuak nyo Ado?
( Assalamualaikum, ibu pak Datuak nya ada)" Waalaikumsalam, Chen Datuak lai Ado di dalam masuak lah lu.
( Waalaikumsalam, Chen Datuak ada di dalam masuak saja dulu)Setelah di ajak masuk, Chen menyuruh Runa untuk menunggu di luar bersama Jia dan Juan. karena ini urusan yang penting dan anak anak tidak perlu ikut campur dalam masalah ini.
" Runa tunggu seh di lua Samo Jia Jo juan, Ndak usah masuak Iko urusan urang Tuo, lai jaleh?.
( Runa tunggu saja di luar bersama Jia dan Juan, tidak usah masuk ini urusan orang dewasa, mengerti?.)" Jaleh, yah.
( Mengerti, yah.)" Ayah ku bilang, kita tunggu saja di sini! karena ini urusan orang dewasa, ini bukan urusan kita.
" Baik lah kalo begitu, lalu apa yang akan kita lakukan di sini?
" Ntalah aku juga tidak tau.
Untuk menunggu kedatangan Datuak, Mak angah datang dengan membawa beberapa gelas kopi dan goreng pisang. Tidak lama menunggu, Datuak pun datang dan mulai duduk.
" Malam Datuak.
( Selamat malam Datuak)" Malam, ado apo Yo?
( Malam, ada apa ya?) Li Feng mulai membuka pembicaraan." Datuak perkenalkan saya Li Feng, saya adalah sahabat karib Chen, saya berasal dari Cina dan datang ke ranah Minang ini untuk berbisnis. Kedatangan saya dan Chen kesini untuk berniat baik.
" Niat baik apa itu? Yang ingin kalian sampai ke saya?.
" Awal kedatangan saya dan keluarga saya di sini, saya sudah melihat jalan kampung ini banyak berlubang dan agak sulit untuk di lalui jadi saya dan Chen berinisiatif untuk memperbaiki jalan kampung ini.
" Saya tau kedatangan kalian bukan cuma untuk itu saja!, pasti ada yang lainnya yang ingin kalian sampai kepada saya.
" Itu benar sekali Datuak, kedatangan kami berdua ke sini bukan cuma untuk itu!, Saya sebagai sahabat Chen yang sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri, tidak terima atas apa yang di dapatkan nya dan keluarganya yang di perlakukan secara tidak adil.
" Lalu menurutmu apa yang harus saya lakukan kepada saudaramu ini? Ketidak Adilan yang di terimanya, sudah lama dia dapatkan selama bertahun tahun, namun kenapa dia tidak memberikan berpendapatnya? Kenapa kamu yang penduduknya baru di sini yang memberikan pendapatnya kepada saya.
Dan kenapa harus kamu yang berbicara kepada bukan dia saja?" Biar saya perjelas Datuak, dia diam bukan karena dia takut tetapi karena dia menghargai Datuak, yang telah mengizinkannya untuk tidak di kampung ini. Jujur saya sangat kagum dengan kampung ini tempatnya yang asri dan pemandangannya yang bagus di pandang mata. Namun yang kurang dari kampung ini tidak adanya Toleransi, saya yang bukan orang sini dan berasal dari negara lain. Sangat menjunjung toleransi namun di tempat ini tidak ada toleransi masih saja membedakan ras, agama, suku, dan lainnya.
" Say tau apa maksud kamu, tetapi saya tidak bisa memutuskannya sendiri. Biarkan saya dan ketua adat yang memutuskannya nanti di balai adat dan akan di saksikan oleh penduduk yang lainnya.
Mendengar itu membuat Li Feng dan Chen menjadi sedikit tenang dalam mendapatkan keadilan.
" Terimakasih Datuak, Kalo begitu kami pulang dulu.
" Baiklah, besok semua orang akan di kumpulkan balai adat dan kalian bisa mengetahui keputusannya besok di sana.
Setelah perbincangan yang cukup panjang itu, akhir Li Feng dan Chen pulang dengan harapan besok mereka bisa mendapatkan ke Adilan. Chen sangat berterima kasih kepada Li Feng karena dia mau membantu Chen dan keluarganya mendapatkan keadilan.
••••🦋🦋••••Yang penasaran ini foto dari Datuak pucuak, kakek dari Uda Rian dan Uda Kevin ️☺️👇
Foto Datuak pucuak
Ini juga ada foto Li Feng dan Chen ayah dari Jia, Juan dan Runa ️☺️👇
Foto Li Feng
Foto Chen
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarikek Adaik Minang || (END)
HistoryczneDESKRIPSI CERITA 🦋 : Kisah kedatangan gadis cantik berdarah cina yang bernama Li Jia ke Ranah Minang pada tahun 1982, tepatnya di wilayah "LUHAK TANAH DATAR, BATU SANGKAR. Kedatangannya sebenarnya hanya untuk menemani orang tuanya untuk berbis...