Hay guys kembali lagi bersama aku Jijah author kalian 😆
Ini adalah kelanjutan dari cerita sebelumnya! sengaja aku bikin panjang karena ingin mempersingkat
Bab pada cerita.Semoga kalian suka ya 🥰
I hope you enjoy my story 🥰💗
••••🦋🦋••••Di Rumah Lingling sudah khawatir
karena putrinya belum kunjung pulang, Lingling menjadi cemas karena putrinya
belum sarapan apapun sebelum berangkat dari rumah. Di tambah lagi putrinya memiliki riwayat sakit Mah dan Asam lambung, awalnya Li Feng hanya tenang mengetahui putrinya belum pulang karena dia tau putrinya pasti dalam keadaan baik-baik saja dan sebentar lagi pasti akan pulang.Namun ketenangan itu berubah menjadi ketegangan karena di luar rumahnya terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras, mendengar ketukan pintu itu, Li Feng menyangka bahwa itu adalah Putrinya. Setelah di buka ternyata itu bukan jia putrinya, melainkan sahabatnya Chen, yang kelihatan sangat panik dan nafasnya sesak akibat berlari untuk sampai di rumahnya. Li Feng mempersilahkan Chen untuk duduk terlebih dahulu dan meminta istrinya membawakan air untuk Chen.
Setelah Chen selesai minum dan nafasnya tidak lagi sesak, dia mulai menceritakan kepada Li Feng tentang keadaan yang sangat serius yang akan menimpa putrinya. Chen menceritakan semuanya kepada Li Feng, tentang warga kampung yang marah dan murka akibat mengetahui hubungan terlarang yang di jalani putrinya dan cucu dari Datuak Pucuak. Karena itu semua warga akan pergi menggerebek putrinya dan pemuda Minang itu untuk di adili. Mendengar itu raut wajah Li Feng manjadi memerah dan tak bisa menahan amarahnya, dia tidak percaya putrinya masih saja menjalin hubungan dengan pemuda Minang itu di belakangnya.
Dengan keras Li Feng memanggil Istri dan anaknya dan dengan cepat dia berlari ke mobilnya dan menyuruh sahabatnya Chen dan istri, anaknya masuk ke mobil. Li Feng meminta Chen untuk memandunya untuk pergi ke tempat yang di maksud. Lingling dan Juan sebenarnya sangat bingung mereka semua akan pergi kemana?, namun mereka berdua tidak berani menanyakan apapun karena melihat raut wajah Li Feng yang memerah dan wajah Chen yang sangat serius. Sesampainya di tempat yang dituju, Lingling makin bingung kenapa mereka berada di sini. Namun berbalik dengan Juan dia terlihat sangat terkejut dan pucat pasi karena melihat pemandangan di depannya.
Semua orang sudah berkumpul di tempat itu, Juan langsung terfikir tentang kakaknya Jia, dari awal dia tau semuanya tidak baik-baik saja pasti sekarang kakaknya mengalami musibah yang besar. Li Feng langsung berlari membelah kerumunan itu dan di susul oleh Chen, Lingling dan Juan. Tak Alang terkejutnya dia melihat putrinya yang di kerumuni teman-temannya yang sudah tergeletak sambil memegang perutnya, melihat penampilan putrinya yang kusut dan pakaiannya yang robek membuat pikiran Li Feng melayang kemana-mana dan dia dengan marah mencengkeram kuat kerah baju Kevin.
Jia yang melihat itu langsung memegang tangan ayahnya dan menggelengkan kepalanya. Lingling terkejut melihat keadaan putrinya dan langsung memeluk erat tubuh putrinya sambil menangis. Kerumunan orang itu langsung ricuh tak karuan, tak sedikit dari mereka mencela dan mencaci maki Jia dan keluarganya termasuk juga keluarga Datuak Pucuak. Mendengar cemooh itu Datuak Pucuak sangatlah murka, karena cucunya telah membuat aib keluarga dan mempermalukannya di hadapan seluruh orang. Tak ingin keributan itu semakin parah Datuak mangkuto Rajo menyuruh semua orang untuk bubar dan berkumpul kembali di balai adat setelah sholat ashar.
Sedangkan Kevin di bawa Mahen dan Rian ke puskesmas terdekat untuk mengobati lukanya, sedangkan Jia di bawa pulang oleh keluarganya untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Di dalam perjalanan pulang semuanya terasa hening, Jia tau ayahnya marah besar dan dia tau saat ini ayahnya butuh ketenangan dan tidak satu pun dari mereka berani membuka pembicaraan termasuk istrinya Lingling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tarikek Adaik Minang || (END)
Ficción históricaDESKRIPSI CERITA 🦋 : Kisah kedatangan gadis cantik berdarah cina yang bernama Li Jia ke Ranah Minang pada tahun 1982, tepatnya di wilayah "LUHAK TANAH DATAR, BATU SANGKAR. Kedatangannya sebenarnya hanya untuk menemani orang tuanya untuk berbis...