Kedua mata Kirana terbuka saat menjelang sore.
Matahari sudah lumayan bersahabat, langit tersepuh cahaya jingga yang nampak hangat.
Waktu nyawanya telah terkumpul sepenuhnya, Kirana baru sadar kalau dia ketiduran di sofa ruang tamu. Wajahnya diterpa sejuk pendingin ruang bersuhu rendah. Tapi Kirana nggak kedinginan.
Semua itu berkat selimut tebal yang terhampar diatas tubuhnya. Seingatnya tadi dia lagi nonton YouTube horor sambil ngemil jajan disini.
Terus habis itu, lupa deh. Kirana ketiduran. Kirana mendudukan diri sambil menguap kecil. Dia clingak-clinguk mencari Hpnya kemana.
"Eum?" Kirana mengrenyit heran, tapi selekas itu juga wajahnya berubah biasa saja.
Ada sebuah kasur lipat yang kelihatan sengaja digelar tepat disebelah sofa yang Kirana tiduri. Kirana sudah tahu siapa yang menaruhnya disana dan apa alasannya.
Wah, bangun-bangun udah dibikin senyum aja.
Selimut ini, kasur itu, lalu yang membereskan remahan jajan yang berceceran dikarpet tadi. Kirana juga ingat sempat menumpahkan air ke lantai. Tapi sudah bersih pas dia bangun.
Kirana bergegas melipat selimut, melipat kasur dilantai tadi lalu dibawa ke kamarnya di lantai dua.
Tahu nggak, Kirana pernah berkeinginan untuk nggak menikah.
Banyak hal yang bikin Kirana takut menjalani sebuah komitmen dengan ikatan sakral bernama pernikahan. Juga Kirana merasa dia sudah cukup dengan dirinya sendiri.
Dia nggak butuh pasangan.
Tapi lucunya, Kirana justru jadi yang pertama menikah diantara teman-teman satu sirkelnya.
Meskipun Kirana menikah bukan karena cinta atau mendadak berubah pikiran.
Tapi karena permintaan sang nenek.
Waktu itu, Kirana datang kerumah sakit menjenguk nenek. Neneknya sudah tua renta, terbaring lemah dikasur pesakitan menatap Kirana penuh harap.
"Nenek mau lihat Kirana menikah. Kamu tahu, kan, nenek sudah tua umurnya. Nenek takut belum sempat bisa lihat cucu nenek yang cantik ini menikah, nenek sudah dipanggil Tuhan."
Gimana hati Kirana nggak tercabik-cabik coba?
Kirana sempat dilema berat. Marah, kesal, sedih, nyesek--nangis.
Kenapa sih nenek harus berpikir begitu? Bikin Kirana ditempatkan dalam posisi yang gak bisa apa-apa.
Kirana bahkan sempat gak pulang kerumah seminggu lebih karena sengaja menghindar.
Kirana yatim-piatu sejak kelas 3 SD. Dia tinggal bersama nenek dan kakek dari pihak ibu.
Kedua orangtuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis.
Kirana belum siap sama kehilangan lainnya. Meski hal itu tentu gak bisa dihindari. Tapi Kirana juga gak bisa segampang itu memenuhi permintaan neneknya.
Kirana sudah punya planning sendiri. Kirana yang tahu apa yang mesti dia putuskan ataupun nggak.
Kirana tahu beliau bukan berniat egois. Nenek sudah memberinya banyak hal, Kirana juga ngerasa bersalah, atau bisa jadi menyesal nanti jika nggak bisa memenuhi permintaan neneknya.