Andra niatnya cuma iseng aja ngerjain Kirana. Ya gimana, Andra juga sempat sebal juga soalnya Kirana diemin dia dengan alasan yang gak jelas.
Terus Andra kaget pas jemput Kirana dan mendapati cewek itu jongkok dipojokkan dekat tong sampah, memeluk kaki dengan kepala terbenam diatas lutut. Terisak macam bocah hilang.
Sampai dirumah pun Kirana masih nangis sesenggukan. Kayak gak bisa berhenti gitu. Padahal Andra sudah bujukin, nenangin, minta maaf juga tapi Kirana malah makin tersedu-sedu.
Hidungnya mampet. Pipinya sampai merah kayak tomat. Berkali-kali menyusut ingusnya keras. Batuk-batuk. Bahunya terguncang karena saking syahdunya dia nangis.
"Udah dong, nanti kepalanya sakit loh kalau nangis terus."
"G-gak bisa," Kirana sesenggukan lagi. "Gabisa berhentiin," Tangisnya pecah lagi yang dalam waktu singkat menjelma isak lirih yang entah gimana ceritanya malah kedengaran lucu ditelinga Andra.
Andra duduk dilantai, menyenderkan setengah badan ke sofa yang Kirana duduki. Mengusap-usap lengan dan lutut Kirana biar gak nangis terus.
"Sssh, sshh, udah-udah." Andra mencabut tisu entah yang keberapa buat dikasih Kirana. "Sesek nanti dadanya--tuh-tuh, batuk-batuk, kan? Sakit, kan? Udahan yuk, udah."
"Yang marah kamu kok ya yang nangis kamu juga, sih. Aneh."
"Mas minta maaf, oke? Enggak niat begitu tadi tuh sebenernya. Kok kamu malah nangis beneran, sih?"
Kirana pukul lemah bahu Andra, balik terisak lagi sambil terus menyeka bawah matanya yang mana air matanya gak mau berhenti merembes itu.
"Dibilang s-susah ini berhentiinya!"
Andra ngakak.
"Yaudah iya, nangis aja, sampai kamu puas. Habis itu tidur, oke?"
Kirana mengerang sebal dengan bahu yang masih naik-turun sesenggukan. Bola-bola tisu bertebaran dilantai.
Andra temani dengan sabar. Lucunya tuh ya Kirana gak nolak, dan mangap-mangap aja pas sama Andra disuapin biskuit. Tapi makannya sambil lanjut nangis lagi.
Kebayang gak lucunya?
"Jangan bikin aku pengen bikin kamu nangis terus tiap hari ya, Ki." Andra mengusap-usap pipinya yang basah dengan jempol. "Emang boleh selucu ini, hm?"
Kirana menendang paha Andra. Bibirnya mengerucut sebal, makin makin saja tambah lucunya. Mukanya merah semua sampai telinga dan leher. "Apasih!"
Apalagi suaranya jadi kedengeran bindeng dan gemesin gitu. Gimana Andra gak pengen bawa dia ke kasur terus dikekepin sepanjang malam gini caranya coba?
"Makan aja dah." Andra suapin lagi biskuitnya, Kirana gak nolak. Soalnya nangis juga butuh tenaga.
Beberapa menit kemudian Kirana sudah gak bersuara. "Capek?"
Kirana gak menjawab, justru menyusut hidungnya keras-keras.
"Kamu punya pacar?"
Dahi Andra mengerut dalam. Tangis Kirana sudah reda, ganti melempar tanya konyol barusan. "Dulu? Punya. Sebelum kamu dan setelah kamu. Setelah putus sama kamu dulu aku sempat pacaran 3 kali."
".. sekarang?"
"Sekarang? Ya nggak punyalah? Kan udah sama kamu." Andra meringis. "Kalau pacarannya sama kamu ya nggak apa-apa."
"Mau jadi pacarku lagi, kah?"
"Terus," Kirana menelan ludah. Canggung banget buat nanya sejujurnya. Tapi kepalang kepo juga. Melihat Kirana gak jadi ngomong, Andra sempat mengira kalau Kirana mau nangis lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
midnight love
Roman d'amourCapek-capek move on, nikahnya sama mantan sendiri. 20+