Untunglah listriknya padam nggak terlalu lama.
Andra bernafas lega bisa melihat sekeliling dengan jelas kembali saat lampu kembali terang.
Tapi hal itu nggak bertahan lama, soalnya didetik ketika Andra menoleh pada Kirana, dan mendapati cewek itu mengenakan gaun pendek yang asal dia comot tadi, rasanya dia pengen listriknya padam lagi aja.
Bukanya apa-apa, Andra panik sendiri karena otaknya mulai gak beres.
Andra berdehem gugup. Meremas tangan gelisah. Mencoba mengalihkan pandangan dan fokusnya ke arah lain, walau matanya malah kurang ajar banget karena terus mencoba lirik-lirik Kirana.
Gaun selutut ungu pucat, tersingkap secara ugal-ugalan ke atas saat Kirana duduk, menampilkan paha Kirana yang putih mulus dan nampak lembab terjejaki air yang belum mengering bekas mandi tadi.
Andra menahan nafas.
Kainnya tipis banget, jadi cukup menerawang bagian depan tubuh Kirana. Dan Andra juga baru sadar, bagian bahunya lumayan terbuka meski model gaun itu bukan jenis lingerie seksi.
Tapi tetap saja, kan? Andra jadi panas dingin gak karuan rasanya. Bukan berniat cabul. Tapi dia lelaki normal yang tentu saja bakal bereaksi kalau disuguhi pemandangan meresahkan kayak gini.
Oke. Andra harus menahan diri. Nggak etis juga rasanya kalau Andra mikir kotor sementara Kirana menahan sakit.
Kirana memang istrinya.
Tapi..
Tapi mereka kan?!
Arghhhhh!
Andra menarik nafas perlahan lalu ditahan beberapa detik selagi matanya dipejamkan. Tahan, An. Gaboleh. Lo gaboleh kayak gini. Ini bukan lo banget. Setelah itu diembuskan seraya mencoba rileks.
"Sini aku lihat kakinya."
Kirana patuh saat disuruh Andra duduk berselonjor kaki diatas kasur. Kirana merintih kecil saat Andra memijat pelan bagian lututnya, ada lecet sedikit disana, dan ada bagian lain juga yang nampak lebih gelap, sepertinya kalau dalam beberapa jam kedepan bagian itu bakal berubah jadi memar.
"Sakit banget?"
"Sakit, tapi kalau digerakin aja. Kalau diem enggak. Jangan kenceng-kenceng mijetnya, An, sshh."
Andra berhenti menekan jempol dan jarinya pada lutut Kirana. "Aku ambilin minyak dulu ya."
Setelah kembali, Andra balurkan minyak tadi pada lutut Kirana. Diurut lagi pelan-pelan.
Mencoba fokus walau berkali-kali dibuat gagal total sama pemandangan tubuh Kirana yang.. ya begitu.
"Ah," Tidak dengan desah halus yang kedengaran super ambigu itu juga.
Andra makin tersiksa begini caranya.
"Pelan-pelan, An." Kirana sedikit merintih. Wajahnya nampak menahan pedih. "Yang bagian itu ngilu."
"O-oke." Andra menjawab lirih. Tangannya yang menganggur menarik selimut, lalu dilemparkan sampai menutupi kedua paha Kirana.
Kirana kaget, menatap bingung pada Andra. Dia mau menyingkirkan selimut itu, tapi sama Andra ditahan.
"Biarin disitu aja."
"Kenapa?" Kirana menatap polos mata Andra, yang terus-terusan menghindari. Aneh. "Enggak dingin kok aku."
"Nggak apa-apa."
"Hah?"
"Ada yang sakit nggak lainnya?" Pijatannya melambat, Kirana jawab dengan gelengan kecil.