24; kiki kecil

1.3K 195 64
                                        

Jantung Kirana mencelos habis-habisan hanya sesaat usai panggilan Andra terputus.

Kepalanya sudah disesaki spekulasi macam-macam. Dan dari semua itu, kemungkinan terburuk yang paling mendominasi. Untungnya tidak lama kemudian Andra pulang dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada lecet, luka atau berdarah-darah seperti bayangan mengerikan dipikiran Kirana.

"Tadi itu," Kirana sampai terengah. Memegangi kedua sisi wajah Andra. Tidak henti memeriksanya dari segala sisi. Memastikannya tetap utuh. "Kayak.. tabrakan gitu suaranya. Mas beneran nggak apa-apa? Apa aku yang salah dengar ya? Aku udah mikir yang nggak-nggak karena teleponnya kamu matiin."

"Oh? Kamu kedengaran suaranya? Sori-sori, Hp-ku lowbat tadi terus mati. Aku nggak matiin. Dan iya emang ada kecelakaan sih tadi. Tapi bukan aku kok. Aku oke, nih? Baik-baik aja, kan?" Andra sigap menenangkan melihat kecemasan berlebih Kirana.

"Tadi ada Ibu-ibu mau belok tapi nggak nyalain sein, terus dibelakangnya bikin mobil pick-up banting setir nabrak rombong baksonya abang-abang di pinggir jalan."

Kirana lega bukan main. Sampai terduduk lemas seketika usai mendengar penjelasan Andra. "Aku pikir," Kirana mencoba tenang. "Aku udah mikir kamu yang--tapi--nggak, ternyata nggak. Syukurlah."

Andra mengecup pelipisnya. "Mas udah disini." Sebelum ikut duduk dan menyerahkan bakso bakar yang tadi dia inginkan. "Makan aja yuk, terus rebahan lagi. Gausah dipikirin. Aku nggak kenapa-napa kok."

Mari lupakan saja. Sebab Kirana juga tidak begitu suka mengingat-ingat hal semacam itu. Semua yang berhubungan dengan benturan keras dan kecelakaan selalu jadi sesuatu yang memunculkan trauma mendalam buatnya.

Mobil yang hancur. Pecahan kaca yang berserakan diatas aspal. Genangan basah bekas air hujan. Dan darah yang memerahkan seluruh bagian wajah dan pakaian.

Kirana tidak bisa melupakan malam tragis itu meski sudah bertahun-tahun lamanya.

Karena kecelakaan juga yang merenggut nyawa kedua orangtuanya. Selamanya.




*




Kirana lagi mengecek tanggal di kalender Hp sewaktu dia mendadak menyadari sesuatu.

"Bentar lagi Mas An ulang tahun. Kasih kado apa enaknya." Kirana kepikiran beberapa opsi, cuma kayaknya itu belum terlalu berkesan. "Udah biasa mah kalau kue. Mas An juga nggak begitu suka kue-kuean manis. Apa gue masakin sesuatu aja ya?"

"Ah, tapi terlalu basic nggak, sih? Tiap hari juga dia makan masakan gue." Kirana mikir lagi. "Baju? Jam tangan? Sepatu? Udah banyak, dia sering beli-beli gituan, tapi jarang dipake malah dijejerin doang di lemari. Apa ya kira-kira."

"Dia sukanya apa, sih?"

Kirana mencoba tetap fokus menatap layar laptopnya. Kerja Kirana. Kerja. Tapi tetap saja konsentrasi buyar amburadul tiap kali teringat obrolan tadi malamnya dengan Andra.

Andra lagi tiduran saja dikasur sewaktu Kirana mengetuk pintu kamarnya dan menyembulkan bagian kepalanya saja dari celah pintu yang dia buka sedikit. "Aku mau bobo sama Mas ya malam ini. Boleh?"

Diberi anggukan sambil senyum, Kirana langsung melejit ke kasur. Menempatkan kepalanya diatas lengan Andra, merapatkan tubuh dan memeluk lelaki itu sambil tiduran.

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang