22; ngeselin

1.7K 206 43
                                        

Beberapa hari terakhir, entah cuma perasaan Kirana saja atau tingkah Andra jadi agak aneh?

Bukan aneh yang menjurus ke hal negatif sih.

Cuma.. kayak yang.. Andra jadi sering melamun dan kurang fokus. Kirana menerka kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran lelaki itu.

Kemarin pas mengupaskan mangga buat Kirana, tangannya juga sempat teriris pisau. Andra juga kelupaan mematikan keran setelah mencuci motornya yang bikin halaman depan jadi tergenangi air kayak habis kebanjiran.

Pas Kirana tanyain, "Nggak apa-apa, maaf Mas kelupaan tadi."

Paling parah sih hari ini, Kirana dibuat jantungan setengah mati saat dapat telepon dari rumah sakit yang mengabari kalau Andra kecelakaan.

Ya.

Andra. Kecelakaan.

Tanpa pikir panjang Kirana langsung menuju ke rumah sakit yang dikatakan. Kirana rasanya sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Kepalanya dipenuhi skenario terburuk yang menimpa Andra.

Naik taksi ke rumah sakit pun Kirana sambil berdebar dan gemetaran karena panik..

Kirana tiba disana dengan nafas memburu. Pas tirai Kirana sibak, Andra lagi duduk setengah menyender di brankar, berkedip lambat--menatap kaget ke arah Kirana. "Eh,"

"Mas Aan!"

Kirana tak repot-repot menutupi kekhawatirannya. Lukanya tidak begitu parah kelihatannya. Ada lecet sedikit dibagian dahi dekat alis. Sikunya berdarah dan ada sobek sedikit, tapi sudah diperban. Betis dan lututnya juga diperban dan ada jahitan didekat mata kaki.

"An.." Kirana menatap nanar.

"Maaf," Andra meringis seraya menurunkan pandangan kebawah. "Pasti buru-buru banget kesininya tadi ya. Sampai sandalnya beda sebelah?"

Kirana sudah tidak peduli mau bajunya kebalik kek, sandalnya beda sebelah kek, atau rambutnya yang mungkin acak-acakan kayak singa.

"Kok bisa kayak gini, sih? Mas Aan tadi ngapain?" Kirana duduk dikursi sebelah brankar. Masih kesulitan mereda nafasnya yang memburu.

Andra senyum, lalu ambil sebotol air mineral yang sudah dia bukain sekalian. "Tenang dulu. Aku nggak apa-apa kok. Sampai ngos-ngosan gitu kamunya. Ini cuma luka keci-"

"Kecil apanya?!" Kirana langsung nyolot. Padahal lagi mati-matian nahan buat gak nangis. "Mas luka kayak gitu! Berdarah! Diperban sana-sini! Sampe dijahit juga itu kakinya! Bisa-bisanya bilang CUMA. Ini bukan sekedar CUMA!"

Perawat undur diri dengan senyum sopan. Menyisakan Andra yang masih anteng diomeli Kirana. "Iya-iya, maaf. Tapi ini emang udah nggak apa-apa kok. Nggak separah kelihatannya."

"Kenapa, sih, suka banget kayak gitu." Ambrol sudah pertahanannya. Kirana memalingkan wajah, diam-diam menyeka kasar matanya. "Kalau sakit tuh ya bilang aja sakit. Benci banget sumpah."

Kebanyakan orang bakal marah kalau lagi emosi, Kirana beda lagi. Dia bakal nangis kalau emosi.

Tenggorokannya sampai sakit. Dia teguk rakus air yang Andra berikan tadi. Berupaya mengais ketenangan selagi berusaha buat tidak menumpahkan air mata, walau nyatanya susah.

"Jangan nangis dong," Andra membujuk halus, padahal aslinya pengen ketawa karena gemes. Dan, yeah, agak seneng dikit sih lihat Kirana khawatirin dirinya.

Hehe:)

"Aku beneran nggak apa-apa. Tadi cuma kesrempet motor doang kok. Dikit. Lihat nih, masih utuh, kan? Masih sehat."

"Kesrempet motor?! Doang?! Kamu bilang itu doang, Mas Reinandra?!"

"Aduh, udah make nama panjang lagi manggilnya.."

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang