19; sticky note

1.2K 143 29
                                    

Rupanya kedongkolan Andra nggak berhenti di hari itu saja.

Dia pikir habis Kirana bilangin begitu, Sania bakal tahu diri dan angkat kaki dari rumah. Rupanya cewek itu justru mendrama dan makin ngelunjak. Dia menceritakan kisah-kisah penderitaan nya biar Kirana iba.

Andra sengaja nggak kasih tahu Kirana perihal sikap Sania yang selalu bikin dia risih, menatapnya dengan cara yang nggak semestinya, atau beberapa kali menempatkan mereka dalam situasi yang bikin Andra mesti bersentuhan langsung dengannya. Atau gimana Sania yang pernah lancang masuk ke kamar Andra.

Dia takut Kirana malah salah paham dan mencurigai Andra yang macam-macam.
Mau gimana juga Sania temannya.

Tapi di titik ini, kesabaran Andra sudah terkikis habis. Andra pengen memberi ketegasan langsung padanya, tapi seharian itu Sania nggak balik kerumah.

Bakal lebih bagus kalau dia minggat saja, tapi nyatanya barang-barang cewek sinting itu masih ada di kamar tamu.

Andra menahan diri buat nggak melempar semua benda-benda itu ke tong sampah dan membakarnya.

Memijat kening, Andra jatuhkan punggung ke kasur. Ini lebih melelahkan dari dugaannya. "Harus banget apa gue pakai cara yang kasar biar dia ngerti?"

Pas Andra menoleh ke kanan, ada sebuah botol minum dan sticky note tertempel disana.

Andra mengrenyit, dia nggak ingat menaruh minuman kayak gitu disana. Lalu dia bangkit, buat diambil.

Isinya kayak jus buah. Andra mencabut sticky note yang tertempel disana.

Tulisannya; buat mas andra, jangan lupa diminum yaa. -K.

Andra langsung mesem-mesem sendiri. "Kirana?" Tanpa pikir panjang memutar tutup botolnya, baunya mirip jus apel. Dan pas diteguk, ya memang jus apel. 

Andra meneguknya sampai setengah botol karena kebetulan dia juga lagi haus dan kebetulan juga itu Kirana yang kasih. Dengan senang hati lah Andra minumnya.

"Pantesan tadi pagi-pagi banget udah berangkat." Andra terkekeh, memandangi botol itu terus. "Pakai sticky note-an segala lagi? Ck, ck, ada-ada aja kamu ini, Ki."

"Segitu gengsinya ya buat ngasih langsung ke aku. Padahal aku malah seneng, nggak ada tuh aku bakal ngeledekin kamu atau yang gimana."

Andra geleng-geleng dengan sisa tawanya. Diteguk lagi minuman itu sampai sisa sedikit di botol. Nggak kelupaan difoto dulu, terus dikirim ke Kirana sekalian bilang makasih.

Sebelum bangkit buat menjemput Diva yang barusan meneleponnya minta menjemput pulang bimbel.

*

"Makasih, Om An nggak mau mampir ketemu Mama dulu?"

Andra memaksakan seulas senyum pada Diva. "Kapan-kapan ya Om mampir. Masih ada urusan habis ini."

"Okeey, hati-hati, ya, Om An!"

Andra menyetir dengan satu tangan. Tangannya yang lain bergerak gusar melucuti kancing-kancing kemejanya. Rasanya gerah. Entah apa yang salah dengan tubuhnya. Mendadak Andra merasa panas yang tak wajar.

Bulir peluh halus menjejaki wajahnya yang kini memerah. Andra juga jadi agak cemas waktu merasakan dadanya terus berdebar dari tadi. Debarannya terasa tidak nyaman. Dan sesekali disertai rasa nyeri.

Andra menepi sebentar. Konsentrasi nya pecah, dia nggak bisa menyetir dalam kondisi gemetaran dan panik kayak gini.

Andra meraih botol mineral yang ada di dasbor. Mereguk dengan rakus kayak orang belum minum berhari-hari, sampai airnya merembes ke dagu dan leher. Turun membasahi kemejanya yang terbuka juga.

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang