Kirana beberapa kali mengecek ponselnya. Tepatnya pada pesan terakhir yang ia kirim ke Andra dan cuma dibaca.
Sebetulnya Kirana agak khawatir sama Andra. Mengingat tadi pagi Andra kelihatan kurang sehat. Meski Andra bilang kalau kondisinya sudah oke, Kirana justru curiga kalau dia bohong.
Tapi dia gak enak menolak ajakan anak kantor buat mampir karaoke. Soalnya Kirana sudah keseringan nolak setiap kali di ajak.
Disini pun dia cuma duduk-duduk saja sih sebenernya. Nontonin temen-temennya yang bergantian pegang mic buat nyanyi dan joget-joget heboh.
Kirana rasa cukup, jadi dia menepuk pundak Iren yang barusan duduk sebelah dia. "Ren, gue balik duluan ya. Masku dirumah sendirian, lagi sakit dia."
"Mas? Emang lo punya kakak?"
"Bukan. Mas An maksudnya, Ren."
"Ciailahh! Si Mas." Iren cengengesan genit. "Gue hampir lupa lo udah nikah, ya, Ki. Sebenarnya gue masih pengen main sama lo, sih. Tapi yaudah deh, kasihan Si Masmu dirumah."
Kirana beranjak terus berpamitan ala kadarnya sama yang lain. Sebelum keluar dari tempat karaoke itu buat balik duluan.
Kirana mampir beli nasi goreng juga. Itu nasi goreng kesukaan Andra. Soalnya lumayan sering Kirana diajak mampir makan kesana.
Terus Kirana juga ke apotek dulu beliin Andra obat sakit kepala sama flu gitu soalnya Kirana yakin banget Andra sakit gara-gara kehujanan kemarin.
Setelah merasa gak ada lagi yang perlu dibeli, Kirana caw pulang.
Setibanya dirumah, Andra gak kelihatan wara-wiri kayak biasa. Makin bikin Kirana yakin kalau Andra lagi dikamar karena emang beneran belum sehat.
Kirana gak menyesali keputusannya pulang duluan.
Kirana ketuk pintu kamar Andra. Gak ada jawaban. Senyap banget didalam sana. Terus Kirana mutusin buat masuk. Pintu kamar Andra emang gak pernah dikunci sama sekali.
Kirana berdiri sesaat di ambang pintu. Andra berbaring miring membelakangi arah Kirana berdiri saat ini. Meringkuk dengan selimut membalut sebatas pinggang.
Memelankan langkah, Kirana duduk pelan-pelan ditepi ranjang Andra. Ranjang berderit pelan. Lantas dengan hati-hatian, Kirana menyentuh lengan Andra.
"Anget," gumamnya. Andra demam. Kirana memindahkan tangannya yang semula menyentuh lengan Andra, punggung jarinya kini mengelus pipi lelaki itu.
Sama.
Kirana jadi gloomy sendiri. Harusnya dia langsung pulang saja tadi. Kirana mengisi air putih di sebelah meja. Berganti baju dulu, habis itu balik ke kamar Andra lagi sambil bawain nasi goreng di piring.
Andra nya belum bangun.
"Gue bangunin apa nggak, ya?" Kirana ragu. "Mas Aan,"
Kirana mengguncang pelan tubuh Andra. "An," Semenit berlalu dia belum membuka mata. Sampai di menit berikutnya, barulah kedengaran suara parau Andra selagi berbalik dan tidur terlentang.
"Kiki," Suaranya serak dan terlontar amat lemah. Matanya menyorot sayu dan mengantuk. Muka Andra juga nampak memerah. Kayaknya karena demamnya.
"Katanya tadi udah oke." Kirana merengut.
Andra terbatuk lemah. Terus melirik piring di pangkuan Kirana. "Kamu baru pulang, ta?"
"Dijalan oke tadi?"
Sempat-sempatnya juga dia nanya begitu.
"Hmm." Kirana bergeser lebih dekat. Senyumnya merekah saat menatap Andra. "Mas An pasti belum makan. Sori ya, harusnya aku baliknya cepet tadi. Pasti laper dirumah gak ada apa-apa. Mana lagi sakit."
