3; aa nya eneng

3.7K 295 31
                                        

Kirana menatap layar ponsel Andra lumayan lama. Pikirnya mengawang. Pada kemungkinan kemungkinan yang bakal terjadi seandainya dia memilih keputusan yang berbeda.

Bikin Andra yang sudah beres mencuci motornya, melirik pada Kirana. Soalnya mukanya jadi agak sendu gimana gitu. Andra kan jadi penasaran kenapa.

Andra buru-buru beresin selang, matiin keran, terus menyeka tangannya yang basah kebelakang baju sebelum mendekati Kirana yang masih aja melamun.

"Kiki?"

Kirana tersentak, "Hm?"

"Lagi kepikiran apa kamu?" Andra mencopot earphonenya lalu dimasukkan ke dalam kotak earphone miliknya. Sebelum memusatkan perhatian sepenuhnya pada istrinya.

Kirana makin sedih rasanya. Tahu nggak, Andra tuh kalau natap orang dalem banget, kelihatan tulus dan sesayang itu. Bikin siapa aja bawaannya pengen nangis. Atau cuma Kirana aja ya yang ngerasa gitu?

Andra duduk dilantai teras. Rasanya gak enak Kirana bersila dikursi begini. Jadilah dia turun mau duduk dilantai bareng Andra, tapi Andra mencegah. "Gausah. Duduk aja disitu, gapapa, Ki."

"Enggak sopan deh."

"Bentar kalau gitu, jangan duduk dulu." Kirana menghela pendek pas Andra mengambil sapu terus menyapu singkat bagian lantai yang menurutnya kotor tadi sebelum Kirana duduki.

Padahal ya gak kotor-kotot amat.

"Nah, udah. Boleh duduk." Andra nyengir. Sebelum ikut duduk disebelah Kirana.

"Kamu lagi mikirin apa ta, sampe bengong lama gitu?" Suara Andra kembali melembut.

Kirana menunjukkan layar Hp Andra. "Mas Aan nggak bilang nyimpen foto ini?"

Andra nggak kelihatan kaget. Malah senyum. "Bagus soalnya. Kamunya cantik juga disitu. Jadi aku simpan. Kamu nggak suka ya aku jadiin wallpaper fotonya? Bakal tak ganti deh nanti."

"Gausah. Biarin aja." Kirana menipiskan bibir.

"Belum dijawab pertanyaanku tadi, Ki."

"Apa?"

Andra berdiam sejenak. Kirana jelas menolak menjawab, jadinya dia mengalihkan topik ke foto tadi. Andra gak pengen bikin Kirana gak nyaman. Andra telan rasa penasarannya, kembali sunggingkan senyum teduh.

"Hng--gak jadi. Pesan makanan, gih. Aku juga laper."

"Hp ku tadi kamu taruh mana, An?"

"Pakai Hp ku aja." Andra buru-buru ngasih tahu pas Kirana mau beranjak.

"Oh, ya, kalau saldo kamu habis, bilang Mas ya. Nanti aku isiin. Terus kalau pengen jajan atau beli-beli sesuatu yang lain, ngomong aja."

Kirana mendenguskan tawa. "Masih banyak kali. Lagian kalau pengen sesuatu aku bisa beli sendiri kok sama uangku."

"Gapapa, pake uangku aja." Andra nyengir. Bikin aura lelaki dewasanya tersisih sejenak, berganti impresi kekanak-kanakan yang terlihat menggemaskan.

Cukup menggemaskan sampai bisa bikin tangan Kirana refleks tergerak menepuk-nepuk kepala Andra.

"Uangku itu uangmu juga. Kalau uangmu, uangmu sendiri."

Kirana ketawa. "Bisa aja, elah!" Lalu meninju ringan paha Andra dengan kepalan tangan. "Beli bakso yuk, Mas An."

"Dimana?"

"Nungguin Pak Ateng lewat aja. Tiba-tiba pengen bakso."

Andra mengangguk. "Oke," Ia mengecek jam di Hp. "Bentar lagi paling lewat, Ki."

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang