31; balik gakk

1.4K 166 19
                                        

Desisan air yang mengalir memecah sunyinya dini hari.

Kirana memejamkan mata saat kepalanya kembali terasa berdenyut. Sebelum menatap malas pantulan wajahnya sendiri pada cermin.

Kirana meraba pipinya dengan perasaan gamang. Kemudian menangkup air dengan kedua tangan, membasuh wajahnya beberapa kali. Sensasi sejuk menyergap kulit, meski tak sepenuhnya mampu sirnakan kegusaran yang Kirana rasa.

Kirana berkumur, kemudian membasuh mulutnya sekali lagi yang terasa pahit. Sebelum memutar keran untuk dimatikan. Aliran air perlahan menyusut, mengering usai tertelan pusaran air diwastafel.

Sekali lagi, Kirana menatap wajahnya. Lalu menggeleng letih, memutuskan kembali ke kasur dan tidur.

Upaya yang sia-sia, sebab rasa kantuknya telah lenyap sepenuhnya. Kirana hanya berbaring, menatap muram langit-langit kamar dengan pikiran tak menentu.

Kirana meremas perutnya yang terasa aneh. Perpaduan antara rasa terlilit dan mual. Dia meringis kecil dalam upayanya meringkuk ke kanan. Merapatkan selimut sampai leher, memeluk guling dan berharap bisa lekas terlelap.

Kirana membuka ponsel. Dan ternyata masih cukup lama untuk membiarkan diri terjaga sampai pagi.

Lalu perhatiannya tersita oleh sesuatu yang lain. Pada tanggal di hari itu. Kirana mendesah muram.

Kemudian memilih menutupnya. Bangkit dari posisi, Kirana menarik laci nakas disebelah kanan ranjang. Diambilnya botol kaca bening berukuran mungil disana.

Tanpa pikir panjang Kirana menuang tiga butir ke telapak tangan. Kemudian menenggaknya bersama air putih yang tersisa digelas.

"Gue cuma kecapekan dan lagi banyak pikiran aja." Kirana mengurut keningnya, mencoba memejamkan mata. "Gue cuma butuh istirahat. Ya. Cuma itu yang gue butuhin sekarang."


*

"Nggak mau aku anterin aja hari ini?"

Kirana menolak halus tanpa repot-repot duduk dan sarapan seperti biasanya bersama Andra. Bahkan tidak melirik bekal yang sudah Andra siapkan untuknya.

"Bekalnya."

"Nggak usah, aku makannya disana aja."

"Jadi yang kemarin-kemarin itu nggak kamu bawa bukan karena ketinggalan, tapi karena sengaja ya?"

"Mulai sekarang nggak usah bikinin aku, Mas makan sendiri aja daripada kebuang."

"Kenapa? Kamu masih marah soal malam itu?"

Kirana berlalu seolah tidak mendengarnya.

Lagi-lagi Andra ditinggalkan dalam kebisuan. Tapi tidak banyak yang bisa ia upayakan. Semenjak malam itu, Kirana benar-benar menepati kata-katanya. Dia menarik diri dan membatasi segala interaksi diantara mereka.

Dia akan berangkat sangat pagi, kemudian pulang ketika larut malam. Beralasan lembur atau diajak main temannya. Atau kalau tidak, dengan sengaja berdiam dikamar seharian seolah-olah memang ogah bertemu Andra.

Andra mencoba mengerti. Karena semakin didesak, Kirana akan semakin menjauhinya. Jadi Andra tidak ingin semakin mengacaukan suasana hatinya. Atau membuatnya merasa tidak nyaman dirumah ini.

Memutar keran, Andra memilih mencuci gelas-gelas kotor di wastafel. Tadinya dia pikir Kirana sudah berangkat. Tapi ternyata belum saat dia mendengar suaranya dari luar.

Keran dimatikan, dan suara Kirana makin jelas. Andra meninggalkan dapur, buru-buru menghampirinya karena suaranya terdengar makin mengkhawatirkan.

Dugaannya terbukti benar. Kirana kelihatan mengatur nafasnya yang terengah. Perutnya diremas sambil setengah membungkuk.

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang