27; diva

1.5K 192 101
                                        

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Maaaaas.."

"Disini!"

"Disini mana?"

"Aku diluar!"

Kirana ngerem langkah. Batal menuju dapur saat mendengar arah suara Andra. Lalu meneruskan jalan menuju halaman depan. Sampai diteras Kirana tolah-toleh sampai temukan punggung Andra yang lagi berjongkok membelakanginya.

"Mas ngapain? Please ini masih pagi. Mas bikin eksperimen apalagi, sih?"

"Nggak." Andra menoleh sebentar, sebelum balik melakukan apa yang sedang dia lakukan. "Ini lho potnya pecah dilemparin petasan sama anak tetangga tadi."

"BISA-BISANYA?! MANA TIGA LAGI!! ANAK SIAPA SIH ITU?! NAKAL BANGET!!!"

Andra tergelak kecil saat melihat Kirana sudah melotot berang sambil berkacak pinggang. "Punya petasan lain nggak? Siniin! Biar aku lempar balik ke genteng rumahnya sampai bocor!"

"Udahlah, Ki. Namanya juga anak kecil."

"Apaan anak kecil! Jangan ngebelain anak-anak nakal kayak gitu ya. Makanya karena mereka masih anak kecil harusnya dibilangin dong biar nggak liar begitu." Kirana mendengus sambil membenarkan roll rambut diatas kepalanya. "Disini jual petasan dimana, sih?"

"Kalaupun aku tahu nggak akan aku kasih tahu tempatnya." Andra memindahkan bunga dari pot pecah tadi ke polibag. Lalu mencampurkan pupuk disana.

"HIHHHHHH!"

"Serius kamu mau ribut sama bocil tetangga?"

"Kenapa nggak?!"

Andra geleng-geleng.

"Kasih tahu cepet dimana jual petasan!"

"Nggak tahu, Sayang." Andra membalas letih.

"Ck, fine. Bakal aku cari sendiri!"

"Nggak ke kantor kamu?" Andra menyekopi tanah untuk dimasukkan ke dalam polibag. Masih memunggungi Kirana yang sekarang merengut sewot. "Sarapannya dihabisin. Vitaminnya jangan lupa diminum sekalian."

"Pasangin ini dong." Kirana menggenggam kalungnya yang lepas.

"Bentar. Aku beresin ini dulu habis itu cuci tangan. Tanganku kotor."

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang