13; katanya berani

1.6K 182 34
                                    

"Iya, Cantik. Udah dulu, ya. Dadah,"

Andra meletakkan ponselnya usai panggilan di akhiri. Belum sadar Kirana sudah balik ke kamarnya habis mengambil jarum dan benang. Mematung lihat Andra bertelepon sama seseorang. Mana senyum-senyum lagi.

Kirana menunduk, menggeleng kepala pelan. Mencoba mengikis sesuatu yang tak seharusnya dibiarkan mengusik kepalanya sepagi ini. Walau dalam hati Kirana memang agak mengganjal.

"Mas An."

Andra bangkit dari tepi ranjang. Senyum menghampiri Kirana. "Eh, udah ketemu? Oke sip."

Kirana mulai menjahit kancing kemeja bagian atas Andra yang lepas. Andra sedikit menekuk kaki supaya Kirana tak kesulitan menjahitnya.

Andra pandangi paras ayu istrinya yang terpoles make up tipis. Bibirnya merah merona dan nampak cantik. Pipinya disepuh rona serupa. Hidungnya.. kecil dan runcing, lucu sekali. Andra sampai pengen nyubit saking gemasnya.

Rambutnya dicatok dan lagi dijepit dengan jedai dibelakang. Rapi. Wangi. Sangat Kirana sekali.

"Lipstiknya baru nih."

Kirana mesem dikit. "Cocok nggak?"

"Cocok," Andra buru-buru meralat dengan pujian. "Cantik banget."

"Akh, ssh!"

"Kiki-" Andra tersentak, buru-buru meraih jari Kirana yang tertusuk jarum sepertinya. "Hati-hati, Ki. Astaga."

"Nggak apa-apa." Kirana teruskan lagi menjahit kancingnya. Salahkan otaknya yang sulit diajak kerjasama ini. Kirana masih aja kepikiran sama siapa yang Andra telepon.

Tapi mau nanya gengsi, Kirana ogah mau dikira kepo urusan Andra.

"Beneran gapapa? Coba tak lihat sini dulu jarinya, Sayang." Andra membujuk lembut.

"Bukan apa-apa, Mas An. Cuma kaget aja tadi, gak sengaja ketusuk pas masukin jarumnya."

"Berdarah tuh."

"Enggak."

Andra menyorot teduh. "Lagi ada masalah ya? Cerita sini. Mas dengerin. Jangan suka dipendem sendirian."

"Nggak," Kirana mengelus kancingnya yang sudah terpasang lagi disana, lalu dikaitkan. Menatap mata Andra sebentar, sebelum jauhkan diri. "Mas hati-hati. Aku berangkat sendiri aja, nanti kamu telat. Kafemu dan kantorku nggak searah."

"Eh, Kirana, Kirana-" Andra buru-buru menyusul keluar. Tapi Kirana seolah menulikan telinga. Ogah berhenti atau menjeda langkah barang sejenak saja, menyisakan Andra yang digelayuti perasaan gusar.

"Ya Tuhan, kenapa lagi coba? Gue salah apa kali ini?"

Andra menyorot nelangsa Kirana yang sudah naik ke boncengan abang-abang berjaket hijau, alias ojol.


*


Satu-satunya hal yang sering dan paling bisa mengusik manusia adalah pikirannya sendiri.

Kirana merasa kayak yang, "Ih, apaan sih gue? Kok jadi begini banget? Alay deh." Habis merenungi sikapnya tadi pagi yang setelah Kirana pikir-pikir lagi, berlebihan banget.

Yakali dia cemburu? Konyol. Mau Andra dekat sama siapa juga, harusnya itu nggak jadi masalah kan buatnya? Secara, meskipun mereka menikah, itu kan nggak karena komitmen satu sama lain.

Jadi ya.. harusnya.. nggak apa-apa gitu, kan?

Walau Kirana yakin banget sih dia pasti bakal dirujak habis-habisan sama netijen sosmed jagat manapun kalau beropini demikian.

midnight loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang