EMERGENCY

268 20 2
                                    

"Sepada!" teriak James setelah kakinya menginjak ruang utama apartemen Ludwiq. "Any body home?"

Laki-laki itu mengarahkan pandangan ke sekeliling ruangan, tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ruang utama terlihat sepi, dan rapi. Ini bukan kali pertama James memasuki apartemen tersebut, laki-laki itu merasa ruangan yang ditempatinya sudah seperti rumah kedua. Jadi, tanpa sungkan dia segera menuju dapur, dan kamar mandi guna mencari keberadaan Ludwiq. Namun, tidak ada tanda-tanda adanya Ludwiq di kedua ruangan tersebut.

"Mungkin dia masih di kantor, atau ... pindah rumah setelah menikah sama Safa."

James kembali menuju ruang utama. Laki-laki itu membuka pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar Ludwiq. Dia menghirup aroma keringat yang sangat kental, kamar itu adalah kamar yang sering mereka gunakan untuk olah raga. James bisa melihat tread mill, dan samsak yang mereka beli di toko olah raga setahun setelah menamatkan kuliah di Kopenhagen. Melihat kedua benda tersebut membuat James teringat perjuangan mereka mencari kerja setelah mendapatkan gelar.

Dulu, Ludwiq dan James magang di sebuah perusahaan asing yang bergerak dalam bidang industri, tapi keduanya tidak bertahan lama, karena perusahaan tersebut tidak sesuai dengan fesyen mereka. Akhirnya Ludwiq dan James berpencar; Ludwiq magang di kantor papanya, sedangkan James magang di salah satu resor ternama di Bali. Setelah mendapat cukup ilmu, Ludwiq membuka kantornya sendiri, meski untuk modal dia mengandalkan pinjaman dari bank, dengan jaminan mobil. Berbeda dengan Ludwiq, James malah dimintai Gunawan untuk bergabung dengan Jegu Luxury Hotel. Baginya, setahun sudah cukup untuk James bersenang-senang.

James mengembuskan napaas kasar, laki-laki itu bangga pada Ludwiq yang bisa menggapai impiannya tanpa campur tangan keluarga, sedangkan dirinya ... masih mengandalkan Gunawan. Setahun pembuktian, bagi Gunawan hanya membuang-buang waktu saja. Sampai sekarang pun laki-laki paro baya itu masih menganggapnya layaknya gulma.

"Ludwiq bisa mendapatkan segalanya, tapi aku ... perempuan yang kusuka saja memilih dirinya."

James memilih untuk menghentikan kenangan-kenangan tentang kebersamaan mereka semasa remaja. Laki-laki itu sadar, Ludwiq bukanlah laki-laki yang bisa dilampaui. Standar mereka berbeda. Maka, dia pun memilih untuk menutup pintu kamar tersebut bersamaan dengan menghapus kenangan yang pernah mereka lalui bersama. Katakan saja James egois, tapi mau dikata apa, Ludwiq sudah keterlaluan menyakitinya.

"Welcome hell." James berjalan mendekati kamar yang biasanya Ludwiq gunakan. Laki-laki itu menatap langit-langit apartemen, sebelum memutar knop dan mendorong daun pintu.

Pintu menjeblak. Kening James mengerut saat menemukan gulungan di balik selimut. Perlahan, laki-laki itu memasuki kamar Ludwiq semakin dalam. "Lud, i want you ...."

"Eungh!"

"Lud, are you okay?" James mendekati ranjang, lalu mengguncang gulungan terssebut. "What happend with ...."

"Sa ... sakit."

Waktu seolah berhenti berputar, dan jantung James serasa dihantam godam seberat ribuan ton. Laki-laki itu hafal benar pemilik suara tersebut. Itu adalah ... suara yang semalaman mengisi pikirannya.

"No-nona Seksi," gumam James. Dengan tangan bergetar laki-laki itu menyingkap selimut yang membungkus tubuh Safa. Dia menelan ludah susah-payah ketika melihat tubuh Safa dialiri keringat. Perempuan itu memegang perutnya, dan terlihat amat kesakitan. "Sa-safa ...?"

"Pak James ... sakit."

Tanpa membuang waktu, James bergegas menggendong tubuh Safa. Laki-laki itu bertekad akan segera membawa perempuan yang dicintainya itu ke rumah sakit. Dia khawatir terjadi sesuatu pada janin yang ada di dalam perut Safa, sekalipun janin itu bukan miliknya, James tetap merasa punya tanggung jawab.

Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang