HER'S MINE, NOT YOURS

543 14 0
                                    

Ludwiq terbangun, dan laki-laki itu tersenyum melihat Safa berada dalam dekapannya. Tidur perempuan itu sangat lelap, entah karena hormon kehamilan atau memang Safa merasa nyaman tidur di ranjang yang sama bersama dirinya. Semenjak menikah, ini memang kali pertama mereka tidur seranjang, biasanya Ludwiq akan memilih tidur di sofa. Perlahan, Ludwiq mengelus perut istrinya, kemudian tangan itu beralih memainkan rambut Safa yang menghalangi wajah.

Ingatan Ludwiq berputar pada kejadian kemarin, laki-laki itu tidak menyangka James akan mengubunginya, dilihat dari watak keras sahabatnya itu. Pun semalam mereka masih terlibat perang dingin saat mendengar penjelasn Obgyn yang katanya James hubungi untuk menangani kehamilan Safa. Setelahnya Fendi mengirimi chat lewat WhatsApp, hingga Ludwiq memberitahukan semua kejadian yang dialami hari itu pada asistennya. Semua kejadian bertumpang tindih di dalam memori kepala. Namun, dari sekian banyak peristiwa, sebuah pesan dari Fendi membuat Ludwiq tidak bisa melupakannya. Pesan tersebut berbunyi:

Fendi

Perempuan memerlukan kejelasan, bila Bapak memang tidak mau kehilangan perempuan bernama Safa itu, perjelas perasaan yang Bapak rasakan. Saya tahu kalian sudah menikah, tapi pernikahan tanpa pengakuan akan terasa hambar. Saran saya, katakan bagaimana perasaan Bapak yang sesungguhnya, agar perempuan itu memiliki alasan untuk tetap bertahan di samping Bapak.

"Alasan?" Ludwiq menyelipkan anak rambut ke belakangan telinga Safa. Namun, perempuan itu tidak bereaksi, dia tetap lelap dalam tidurnya. "Itukah yang menyebabkanmu selalu berusaha lari dariku, Honey ... karena kamu nggak punya alasan kenapa harus bertahan di sampingku? Kalau itu ...."

Cklek! Pintu terbuka, menampakkan James yang terlihat segar dalam setelan flamboyan andalannya. Kaki panjang yang dibalut sepatu mengilat itu menghampiri ranjang, kemudian berdiri tepat di hadapan Ludwiq.

"Sekarang aku akan melepaskannya." Pandangan James tertuju pada Safa. "Tapi kamu jangan senang dulu, itu hanya untuk sementara. Setelah anakmu lahir, aku akan kembali berusaha mendapatkan hatinya, kalau bisa menjadikannya Nyonya Gunawan!"

Ludwiq melongo mendengar peringatan James. "Maksudmu apa, Tuan Gunawan?"

James menghadiahi Ludwiq seringai menakutkannya. "Aku titipkan Nona Seksiku padamu untuk beberapa bulan ke depan, karena di dalam perutnya ada darah dagingmu. Setelah anak itu lahir, aku akan mengambil apa yang sudah seharusnya menjadi milikku."

"Jangan main-main denganku!" Gigi Ludwiq bergemeletuk menjaga emosi, juga intonasi suaranya agar tidak meninggi, dan membangunkan Safa. "Safa istriku, kami sah di mata hukum, dan agama. Jangan pernah bermimpi mendapatkannya, karena dia milikku, bukan milikmu!"

Alih-alih menjawab, James malah melakukan gerakan merenggangkan otot-otot tangannya hingga menimbulkan bunyi krek yang benar-benar tidak enak didengar gendang telinga.

"Aku peringatkan, kamu jangan berani-beraninya mendekati istriku, apalagi membawannya pergi dari apartemenku, atau ...."

"Kamu yang akan kuhancurkan, Ludwiq," potong James dengan kilat marah di kedua matanya. "Percayalah, dia akan lebih bahagia bila bersamaku. Lagipula apa yang akan Safa dapatkan dari laki-laki tipe pekerja sepertimu? Sudah pasti dia akan cepat bosan bila tetap bertahan denganmu."

"James, kamu ...."

James melirik Citizen yang melingkar di lengan kirinya. "Aku harus segera ke Jegu Luxury. Kamu, jaga dia baik-baik." Dengan sikap tenangnya, James melanggang. Laki-laki itu berhenti di depan pintu, kemudian berbalik menghadap Ludwiq. "Satu lagi, jangan harap air yang kotor, bisa kembali jernih. Kamu yang mengotori persahabatan kita, Ludwiq."

Sepeninggal James, Ludwiq mengurut pelipisnya yang terasa pening. Kalimat James sukses menghancurkan mood baiknya pagi ini. Ludwiq sudah mengambil keputusan, dia akan mempertahankan Safa bagaimanapun caranya. Ya, aku harus ....

Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang