Ludwiq keluar dari kamar mandi dalam keadaan toples. Laki-laki itu hanya menggunakan training sebatas mata kaki yang menjadi outfit favoritnya saat berada di apartemen ataupun rumah. Namun, posisinya kali ini bukan di apartemen, rumah orang tua, atau rumah mertuanya. Malam ini Ludwiq dan Safa menempati panthouse salah satu hotel bintang lima yang menjadi tempat acara ijab kabul dilaksanakan beberapa jam lalu. Tadinya dia akan memilih ballroom Jegu Luxury Hotel sebagai tempat paling bersejarah dalam hidupnya, tapi mengingat pertemanan dengan James tidak sedang dalam mode baik-baik saja, Ludwiq meminta bantuan ayahnya yang berdarah campuran Eropa untuk mengontak beberapa mantan rekan kerjanya untuk membooking hotel selama tiga hari ke depan.
Hasilnya? Tentu saja sukses. Ayah Ludwiq yang seorang arsitek kenamaan mampu menyulap ballroom menjadi tempat pesta yang luar biasa indah serta meriah dengan bantuan para pegawai di kantornya, juga beberapa staff ahli yang khusus disewa pihak hotel. Sebagai ucapan terima kasih, katanya. Maklum saja, gedung yang menjadi tempat ijab tersebut merupakan gedung hasil rancangan ayahnya.
"Hon, mandi dulu. Aku sudah siapin air hangat buat ka—"
Kalimat Ludwiq terpotong karena Safa melemparinya dengan undangan pernikahan mereka. Mata perempuan itu berkilat menahan amarah, dan napasnya pun terengah-engah. "Jelasin semuanya!"
Ludwiq berjongkok untuk memungut undangan bergaya elegan tersebut. Laki-laki itu membuka undangan, dan munculah gambar pop up Safa yang tengah terbaring di atas ranjang dengan memakai gaun pernikahan yang cantik, rambut panjang perempuan itu ditata menyerupai lambang love di sekitar kepalanya. Sedangkan Ludwiq duduk di ambang ranjang dengan pakaian khas pangeran sambil memegangi pipi Safa. Di bawah gambar pop up tersebut tertulis nama dirinya dan Safa menggunakan tinta berwarna emas.
"Ini undangan pernikahan kita. Apa ada yang salah?"
Safa mendekati Ludwiq yang kini berdiri di dekat pintu kamar mandi, masih dalam keadaan toples, kemudian menunjuk-nunjuk wajah laki-laki itu dengan tampang sangar. "Otakmu yang salah! Bagaimana mungkin kamu melakukan semua ini tanpa sepengetahuanku? Kamu pikir kamu hebat bisa ambil gambar aku dalam keadaan memakai gaun, kemudian membuat undangan, dan melangsungkan pesta sialan ini tanpa meminta persetujuan padaku, hah?"
Ludwiq menurunkan telunjuk Safa dari depan wajahnya, kemudian menggenggam jari perempuan itu. "Aku akan jelaskan semua, tapi kamu tenang dulu, ya?"
Napas Safa semakin terengah-engah. Sudah cukup dia mengumbar senyum, dan menahan gejolak selama prosesi pesta dilakasanakan. Kali ini pertahanan perempuan itu hancur, dia sudah tidak sanggup lagi membendung semuanya. "Apa lagi yang mau kamu jelaskan? Bukannya semua sudah jelas, kamu egois karena mengambil tindakan sendiri! Bukannya pernikahan itu akan dilangsungkan ...."
"Please, kamu tenang dulu, Hon. Emosimu itu nggak baik buat bayi kita," potong Ludwiq sebelum membopong tubuh Safa dan mendudukan perempuan itu di atas sofa. Di detik berikutnya laki-laki itu membawa perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya ke dalam pelukan, lalu mengusap punggungnya tanpa henti. "Masalah foto yang ada di dalam undangan pernikahan kita, penghuni unit sebelah yang membawanya. Aku baru tahu kalau perempuan yang sering pulang pagi keluar malam itu ternyata makeup artis, kebetulan pacarnya fotografer. Kamu ingat waktu kamu mau dibikinin sate Madura?"
Napas Safa mulai teratur. Pun perempuan itu mengangguk di dalam pelukan suaminya.
"Malam itu aku nggak bisa tidur, karena terus ingat tangisan kamu. Jadilah, aku telepon Fendi buat dicariin fotografer dan makeup artis, dam kebetulan yang datang itu perempuan unit sebelah. Di foto itu dia yang dandanin juga pakain kamu gaun. Cantik, 'kan?"
Safa tidak menyahut. Perempuan malah berusaha melepaskan diri dari dekapan Ludwiq.
"Aku belum selesai. Kamu dengerin dulu." Sekuat tenaga Ludwiq mengeratkan pelukannya di punggung Safa. "Saat itu yang ada di dalam pikiranku adalah ngejaga dan nggak ngebiarin kamu nangis lagi. Setelah acara pemotretan selesai aku minta Fendi buat bikinin undangan, dan bilang sama orang tua kita buat majuin acara. Mereka setuju, dan mulai menyusun rencana, dan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret
RomanceHidup Safa berubah 180 derajat. Mati-matian dia menyembunyikan kehamilannya dari sekitar. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, toh akan tercium juga busuknya. - Sebuah ketidaksengajaan membuat Safa kembali memutar kejadian buruk yang dial...