"Nggak jelas banget sih." Safa menonaktifkan ponselnya. Awalnya dia merasa nyaman bertukar pesan dengan akun WhatsApp bernama 'Lulu', tapi lama-kelamaan tingkah akun tearsebut mulai aneh; dia menanyakan hal-hal terkecil tentang diri Safa, mulai dari makanan favorite, merek pembalut, hingga ukuran sepatu. Karena kesal, Safa menghapus nomor tersebut beserta riwayat chat-nya dari kontak WhatsApp.
"Ehem. Selamat sore Nona Seksi."
Safa menoleh, dia menatap James yang entah bagaimana caranya bisa berdiri di belakang tubuhnya. Hari ini James terlihat santai dengan kaus ketat, dan jeans pudar. "Sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
James memindai penampilan Safa dari atas hingga bawah berulang kali. Di detik berikutnya laki-laki itu memegang dadanya dengan gaya berlebihan. "Oh, Tuhan bagaimana bisa bidadari ada di bumi? Nona Seksi today youre so pretty, i really wanna kiss your body, and ...."
Safa meringis. Dia merapatkan kaki, dan menghalangi dadanya menggunakan kedua tangan. Pupil perempuan itu bergerak ke sana kemari, dia paling tidak suka dengan tatapan nakal James akan tubuhnya, ditambah hanya ada mereka berdua di ruang HRD. Rasanya Safa ingin bergegas keluar dari ruangan itu. "Pak, tolong jangan panggil saya dengan nama Nona Seksi!"
"Kenapa? Kamu memang seksi Miss Safa Alina."
"Saya tidak suka. Lebih baik Bapak pergi, Bu Amelia dan staf HRD lain sedang menghadiri seminar di Grand Hotel Indonesia."
James tersenyum. "Kamu ngusir aku, Sayang?"
Safa melotot. Dia benar-benar jijik dengan sikap James yang tak ada kapoknya, meski sering kali dia tolak. Kalau saja James bukan atasannya, mungkin Safa sudah menghadiahi laki-laki itu dengan pukulan dan tendangan. Namun, Safa masih waras, dia tidak mau mengambil risiko dipecat di minggu pertamanya bekerja. Pun Safa memilih mengalah. "Maaf, saya harus pergi, Pak."
James menyingkir, lalu memperhatikan kegiatan Safa mengambil tas dari atas meja. "Mau pulang, aku antar ya?"
Safa menggeleng. "Saya masih ada urusan lain."
"Ya sudah, nggak apa-apa. Aku antar."
"Nggak perlu, Pak, bahaya. Saya mau ke rumah Kakak di Pondok Indah, kebetulan di sana satpamnya garang. Lagi pula bulldog keliaran di mana-mana, kalau sama yang nggak dikenal bisa langsung gigit itu bulldog. Kemarin saja, ada tamu yang sampai meninggal karena digigit kakinya," dusta Safa.
James bergidik. "Hati-hati kalau begitu."
Safa mengangguk. "Terima kasih, Pak. Saya pergi dulu, permisi."
James membukakan pintu untuk Safa, lalu melambaikan tangan. "Apa pun caranya, aku akan tetap mendapatkanmu Nona Seksi. God, i think i really love her. Baby, i will waiting you."
***
Menurut rekomendasi salah satu blog anonim, Klinik Y adalah tempat aborsi paling aman di daerah Jakarta Selatan. Identitas pasien aman, dan biaya yang dikeluarkan pun terjangkau. Tidak heran banyak perempuan muda yang memilih Klinik Y sebagai tempat aborsi, termasuk Safa. Setelah melakukan registrasi dengan nama samaran, perempun itu menunggu di depan salah satu kamar berukuran 2 x 1,5 meter bersama beberapa pasien lain yang sebagian didampingi laki-laki, mungkin kekasih atau temannya.
Tangan dan tubuh Safa berkeringat. Sesekali dia meringis karena mendengar jeritan-jeritan dari dalam kamar berukuran 2 x 1,5 meter tersebut. Jantung perempuan itu berdebar ketika membayangkan kesakitan si pasien. Apa aku kuat? tanyanya di dalam hati. Safa ingin pergi dari klinik tersebut, tapi bayangan orang tua melintas di dalam kepala. Saat itu juga Safa berusaha meredam ketakutan yang dirasakannya. Dia bertekad akan menyingkirkan bayi itu dari dalam perutnya demi karier juga kedua orang tua yang merawatnya sejak bayi hingga sebesar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret
RomanceHidup Safa berubah 180 derajat. Mati-matian dia menyembunyikan kehamilannya dari sekitar. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, toh akan tercium juga busuknya. - Sebuah ketidaksengajaan membuat Safa kembali memutar kejadian buruk yang dial...