Sabtu siang biasanya digunakan Ludwiq untuk bermalas-malasan. Di akhir pekan laki-laki itu sering bergelung di dalam kamar seharian, sekadar bermain game atau menonton DVD sewaan. Namun, kesenangan Ludwiq terganggu, karena tiba-tiba saja James memintanya membelikan kondom dengan alasan dia ada meeting dengan klien hingga jam sepuluh malam. Seperti laki-laki dewasa kebanyakan, Sabtu malam selalu digunakan James untuk bersenang-senang bersama gadis-gadis pub yang disewanya.
Awalnya Ludwiq mati-matian menolak permintaan sahabatnya itu, tapi James meng-ancam tak akan memberinya fasilitas di Jegu Luxury sekaligus akan mengadukan setiap aktivitas Ludwiq pada mamanya.
"Berengsek, dasar tukang ngadu," balasan itulah yang James dapatkan setelah melancar-kan serangkaian ancaman.
Sekarang, di sinilah Ludwiq berada. Dengan malas-malasan laki-laki itu melangkahkan kakinya di salah satu mall ternama di Jakarta. Setidaknya bila Ludwiq membeli 'barang itu' di mall kemungkinan diingatnya sangat kecil, mengingat banyaknya orang yang keluar masuk toko, beda lagi bila dia membelinya di supermarket. Sudah pasti para pramuniaga menilai dirinya sebagai laki-laki mesum.
Ludwiq bertekad akan membeli semua 'benda itu' yang ada di toko yang didatanginya agar James kenyang dan tak lagi merecoki hidupnya. Namun, ketika sampai di depan toko yang dicarinya Ludwiq ragu, dia hanya bisa melewati toko itu, parahnya dia malah masuk ke dalam salah satu butik yang menyediakan pakaian formal.
"Sial, kenapa aku malah masuk ke sini?" gumamnya tak jelas.
Ludwiq berniat keluar dari butik itu, tapi seorang pramuniaga menghampirinya dan mengatakan apa yang Ludwiq butuhkan. Dengan halus Ludwiq mengatakan akan mencari barang yang dibutuhkannya seorang diri. Untuk menghindari pertanyaan dan gangguan pramuniaga yang terlihat sangat tertarik padanya itu, Ludwiq menuju deretan kemeja laki-laki. Tangan Ludwiq bergerak melihat-lihat satu kemeja dan kemeja lainnya. Dia hanya bisa mendesah mendapati pramuniaga tadi masih memperhatikannya.
"Yang itu sepertinya cocok untuk Mas." Pramuniaga yang menyambut Ludwiq menarik kemeja hitam dari gantungan. "Ini produk terbaru dari Mens Wear's, bahan yang digunakan berkuliatas bagus juga ...."
"Saya sudah punya yang seperti ini," potong Ludwiq. Laki-laki itu berjalan menuju deretan manekin yang menampilkan blazer berbagai model.
Pramuniaga itu kembali mengekori Ludwiq. "Mas akan cocok memakai tuxedo itu."
Ludwiq menarik bibirnya tak simetris. Cukup sudah laki-laki itu bersabar, pramuniga yang mengekor itu benar-benar mengganggunya. "Apa semua pramuniga di sini seperti dirimu? Jujur saja, aktivitas memilihku tak tenang karena kehadiran dirimu."
Pramuniaga itu menunduk. Dia menggumamkan maaf sebelum menjauhi Ludwiq.
Sepeninggal si pramuniaga, Ludwiq membuang napas lega. Laki-laki itu melangkahkan kakinya keluar dari butik tersebut, akan tetapi baru saja dia mendorong daun pintu kaca, tiba-tiba saja telinganya dihebohkan dengan orang yang meminta tolong. Ludwiq pun kembali masuk, dia menghampiri beberapa perempuan yang mengerumini satu titik.
"Ada apa ini?" Pertanyaan Ludwiq sukses membuat perempuan-perempuan itu menyingkir.
"Ada yang pingsan, Mas," balas si pramuniaga yang megekori Ludwiq tadi. Dia terlihat panik, tapi tak tahu harus melakukan apa.
Ludwiq bergegas berjongkok di samping perempuan yang terlihat histeris sambil menepuk-nepuk punggung perempuan yang tengkurap di hadapannya. "Ayo dong sadar, jangan bikin gue panik."
"Permisi, Mbak." Ludwiq menggeser perempuan histeris itu agar bisa membantu perempuan yang pingsan. Beruntungnya si perempuan histeris mengerti, dia menyingkir dan membiarkan Ludwiq membalik tubuh ... temannya, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret
RomanceHidup Safa berubah 180 derajat. Mati-matian dia menyembunyikan kehamilannya dari sekitar. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, toh akan tercium juga busuknya. - Sebuah ketidaksengajaan membuat Safa kembali memutar kejadian buruk yang dial...