Rona bahagia menguar dari mimik Ludwiq, bahkan laki-laki itu tidak segan untuk bersenandung di hadapan para karyawannya saat meeting. Tentu saja pemandangan langka itu tidak disia-siakan para karyawan perempuan, di antara mereka ada yang mengabadikan senyum lebar beserta senandungan Ludwiq dalam memori ponselnya, secara diam-diam tentu saja. Mood bagus Ludwiq membuat Fendi lega, setidaknya asistennya itu tidak akan mendapatkan omelan ataupun perintah yang macam-macam untuk hari ini. Ya, semoga saja.
"Kembalilah ke kantor, aku akan menemui James di atas," pinta Ludwiq. Seusai meeting dia meminta Fendi mengantarnya ke Jegu Luxury Hotel untuk membagi kabar bahagia tentang pernikahannya yang akan dilangsungkan kurang dari dua minggu lagi.
Fendi mengangguk. " Siap, Pak."
Laki-laki itu bersiap keluar dari mobil mewah Ludwiq, tapi bosnya segera menepuk pahanya. "Kamu bawa saja mobil ini ke kantor, sepertinya hari ini aku akan merayakan pesta lajang dengan James sampai malam. Aku akan meneleponmu lagi nanti."
Lagi-lagi Fendi hanya bisa mengangguk. Untuk pertama kalinya, Ludwiq mau dibantu masalah minuman, sudah pasti laki-laki itu akan mabuk berat. Selama ini, semabuk apa pun Ludwiq, Fendi tidak pernah dilibatkan. Terlepas dari masalah pekerjaan, tugasnya hanya membantu menyelesaikan hal-hal semacam; membeli kado untuk teman perempuan Ludwiq, membungkam isu-isu buruk yang berkembang di sekitar kantor, juga mencari informasi tentang perempuan yang tengah Ludwiq dekati.
"Semoga beruntung, Bos," gumam Fendi ketika melihat punggung Ludwiq tertelan pintu kaca Jegu Luxury Hotel. Setelah punggung itu tidak terlihat, dia bergegas menyalakan mesin mobil, dan membelah jalanan Ibu Kota.
***
Sebelum memasuki lobi, Ludwiq disambut dua orang laki-laki muda berseragam Jegu Luxury lengkap dengan topi, dan sarung tangan putih andalannya dengan ramah. Kedua laki-laki itu membungkukan tubuh sambil mengucapkan kalimat sambutan, kemudian membukakan pintu dengan gaya pengawal bangsawan Inggris.
Ludwiq membalas dengan anggukan sebelum memasuki area lobi Jegu Luxury Hotel yang berdesain interior serta eksterior apik. Laki-laki itu berdiri di ambang pintu sambil menghirup udara Jegu Luxury Hotel yang entah sudah berapa bulan tidak dihirupnya, karena proyek beserta masalah Safa menyita waktu bersenang-senang Ludwiq.
"Masih tidak berubah," gumam Ludwiq dengan segaris senyum sinis.
Kini pandangan Ludwiq tertuju pada meja resepsionis yang terlihat agak berbeda dari biasanya. Kening laki-laki itu berkerut ketika melihat keadaan Iren yang jauh dari kata baik-baik saja; rambut acak-acakan, baju kusut, maskara dan eyeliner lumer karena menangis, serta bedak yang belepotan. Seharusnya James tidak membiarkan perempuan itu menjaga meja dalam keadaan kacau, batin Ludwiq. Bisa jadi tamu lari, karena melihat pemandangan seperti ini.
"Eh, selamat siang, Pak," sapa resepsionis yang duduk di samping Iren. Perempuan itu terlihat gugup, juga canggung.
Ludwiq mengibaskan tangan di udara, kemudian berjalan menuju meja resepsionis. "Dia kenapa?"
"Em, anu ... Pak, itu ...."
"James selingkuh, Pak, bahkan dia sampai menghamili selingkuhannya!" seru Iren di sela isakannya. Sesekali perempuan itu membuang ingus menggunakan tisu, membuat Ludwiq bergidik karena jijik.
"Itu risiko." Ludwiq mengedikkan bahunya. "Kamu sudah tahu bukan bagaimana tabiat James? Ya, seharusnya kamu nggak bertindak kayak gini."
"Tapi, Pak ...."
"Selama ini kamu bertahan, padahal kamu sendiri tahu bagaimana posisimu," potong Ludwiq ringan. "James sudah punya Grace, Lenka, dan sederet perempuan bar yang diajaknya bersenang-senang. Pertanyaanku, kenapa kamu masih bertahan menjadi kekasih gelapnya? Kamu pikir, kalian bisa langgeng sampai punya cucu dan cicit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret
RomanceHidup Safa berubah 180 derajat. Mati-matian dia menyembunyikan kehamilannya dari sekitar. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, toh akan tercium juga busuknya. - Sebuah ketidaksengajaan membuat Safa kembali memutar kejadian buruk yang dial...