Angkot yang dinaiki Safa berhenti di tepi jalan. Dia bergegas keluar, kemudian mengeluarkan selembar lima ribu dan memberikannya pada kondektur. Di depan gedung pencakar langit, Nindi sudah menunggu. Sahabatnya itu terlihat tidak sabar menyerahkan CV dan surat lamaran pada HRD perusahaan yang akan mereka lamar. Ketika mengikuti MOS, Safa dan Nindi berjanji akan bekerja di tempat yang sama, karena mereka ditindas geng senior cantik kala itu.
"Hei." Nindi melambai antusias.
Safa pun menanggapi sapaan Nindi dengan segaris senyuman. Bergegas dia menghampiri Nindi, kemudian memeluk sahabatnya manja. "Udah lama ya, Nin?"
Nindi melepaskan pelukan mereka. Dia sedikit menjauhi Safa kemudian melirik jam tangan kw-nya sekilas. "Lumayan. Kok lo lama banget sih Saf? Gue laper tahu, belum sarapan."
Safa menunjukkan wajah bersalahnya. "Maaf, tadi aku kesiangan bangunnya. Aku juga belum sempet sarapan, nanti kita makan nasi uduk dulu deh di belakang kantor pos sebelum interviu."
Nindi menunduk menyetujui. Dia mengapit lengan Safa, kemudian menuntunnya masuk ke dalam. "Cepet ya, keburu siang."
Safa dan Nindi melewati lobi sebelum masuk lift dan naik ke lantai delapan. Kebetulan perusahaan yang mereka lamar ada di lantai delapan, lumayanlah tidak akan membuang waktu lama. Jadwalnya sebelum jam sembilan mereka harus sudah ada ditempat interviu. PT. Chungha Rela Jaya, sebuah pabrik milik Cina yang bergerak dalam bidang tekstil. Perusahaan itu tengah membuka lowongan untuk posisi manajer dan akuntan.
"Kita titip ke resepsionis aja Saf," usul Nindi ketika lift berhenti dan terbuka di lantai delapan.
"Katanya 'kan harus dikasih ke HRD-nya langsung Nin."
Nindi menghampiri meja resepsionis, dia menunjuk tumpukkan map cokelat yang tergeletak di atas meja. "Lihat tuh Saf."
Safa tidak banyak bicara. Dia membiarkan Nindi beramah-tamah bersama penjaga resepsionis. Setelah melakukan diskusi akhirnya Nindi sepakat menitipkan CV dan surat lamaran pada penjaga resepsionis.
"Buat tindak lanjut lamarannya pasti bakal diinfokan lewat e-mail. Tunggu saja ya." Penjaga resepsion mengambil CV serta surat lamaran milik Safa dan Nindi, kemudian menyatukannya dengan map yang lain sebelum menyimpan map-map itu di dalam kontainer bagian dalam meja.
"Terima kasih, Mbak." Safa dan Nindi tersenyum lebar.
"Sama-sama, semoga bisa bergabung dengan perusahaan kami."
***
Safa dan Nindi duduk di kursi plastik yang ada di tepi jalan, belakang kantor pos. Mereka tengah menunggu dua porsi nasi uduk. Sebelumnya Safa memesan nasi uduk tanpa taburan bawang goreng, tanpa lauk.
"Tumben lo nggak minta dikasih bawang goreng Saf? Biasanya lo paling suka sama bawang goreng." Nindi mengambil sebungkus kerupuk sebelum memakannya lahap.
Aku juga nggak tahu kenapa. Aneh sih, kok sekarang aku jadi benci banget sama bawang goreng, padahal dulu suka banget, pikir Safa.
"Saf." Nindi menyodorkan sebungkus kerupuk udang.
Safa terperanjat. Refleks dia mendorong tangan Nindi, menjauhkan kerupuk udang dari penciuman. "Lagi nggak mood aja Nin."
Nindi membuka kerupuk udang yang tadi diulurkan pada Safa. "Mabok bawang lo kayaknya. Tiap hari sih makan bawang goreng."
Safa memukul bahu Nindi pelan. "Ada-ada aja kamu, tapi bisa jadi sih."
Selang berapa lama dua porsi nasi uduk pesanan mereka datang. Nindi bergegas mengambil nasi uduk double telur dengan tambahan lauk lainnya. Dia membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian menyuap banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Secret
RomanceHidup Safa berubah 180 derajat. Mati-matian dia menyembunyikan kehamilannya dari sekitar. Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, toh akan tercium juga busuknya. - Sebuah ketidaksengajaan membuat Safa kembali memutar kejadian buruk yang dial...