The Wedding

4.8K 162 5
                                    

Ludwiq tersenyum ketika melihat Safa mulai memasuki ballroom, tempat resepsi mereka diadakan malam ini. Sedetik pun laki-laki itu tidak bisa melepaskan pandangan dari sosok istrinya yang malam ini terlihat cantik dalam balutan gaun berlengan sabrina. Sialnya gaun tersebut membungkus tubuh Safa dengan sempurna. Mahkota, dan tudung yang disingkap ke belakang membuat perempuannya terlihat seperti putri-putri yang ada dalam dongeng anak-anak. Dia terpana, sebanyak apa pun perempuan cantik yang pernah Ludwiq lihat ... jika dibandingkan dengan Safa, mereka tidak ada apa-apanya.

Melihat sosok mungil Safa dalam balutan gaun pengantin, kepala Ludwiq terempas pada kejadian kemarin. Untuk pertama kalinya, laki-laki itu merasa hubungan mereka sangat dekat. Dia yakin, ke depannya semua akan berjalan baik-baik saja.

"Give me a hug, and i will give your want."

Senyum Safa terganti dengan dengusan. "Dasar genit!"

Ludwiq terbahak sambil merentangkan tangannya. "Mau ice cream nggak?"

Mau tidak mau Safa mendekati Ludwiq, kemudian melingkarkan sepasang lengannya di pinggang ramping suaminya. "Aku malu tahu."

"Kenapa malu? Aku kan suamimu, Honey."

Safa pun akhirnya ikut terbahak bersama Ludwiq. Hidung perempuan itu menghirup aroma suaminya dalam-dalam. "Kamu itu nggak peka banget sih."

Di menit berikutnya Ludwiq menghadiahi kepala istrinya dengan ciuman membabi buta. "Itu kan yang kamu mau," ucapnya tanpa melepaskan pelukan.

Safa memukul punggung Ludwiq dengan tangan yang tadi melingkar di pinggang laki-laki itu. "Sok tahu banget sih kamu. Nyebelin."

"Nggak apa-apa, yang penting aku sayang kamu."

Ludwiq bisa mengingat rona merah di pipi Safa. Laki-laki itu bahagia bisa membuat Safa sedikit terbuka padanya. Ya, namanya juga hidup, semua pasti perlu proses. Meski sikap Safa sering berubah-ubah secepat angin berembus, Ludwiq berusaha untuk memahami dan memberikan perhatian yang perempuannya butuhkan.

"Kok bengong?" bisik seseorang tiba-tiba. "Mbaknya cantik, ya?"

Ludwiq menoleh, dan mendapati bridesmaid yang mengiringi Safa berdiri beberapa langkah di belakang sosok cantik istrinya. Laki-laki itu hanya bisa terkekeh, kemudian mengulurkan tangannya untuk mem bantu Safa berdiri di pelaminan, tepat di sampingnya.

Kedua bridesmaid yang mengiringi Safa saling senggol, kemudian mengerlingkan mata sebelum berlalu dari pelaminan. Ludwiq tidak mengenal siapa kedua perempuan tersebut, tapi laki-laki itu bisa melihat pancaran kebahagiaan di mata keduanya karena bisa menjadi pengiring pengantin Safa.

Tamu undangan yang belum terlalu banyak, membuat Ludwiq leluasa memandangi Safa dari jarak dekat. Laki-laki itu tidak menyangka mamanya bisa memilih gaun yang pas dengan bentuk tubuh calon menantu, padahal Safa tidak melakukan pengukuran baju sebelumnya. Perempuan itu terlalu fokus menghindar diri dari Ludwiq.

"Kamu kenapa sih?" Safa membalas tatapan Ludwiq tajam. "Kenapa lihatin akunya kayak begitu banget? Risi tahu."

Tanpa aba-aba Ludwiq melingkarkan lengannya di pinggang Safa, kemudian menarik tubuh ramping itu sebelum berbisik, "Tonight, you are so beautifull, Honey."

Safa melotot dengan pipi bersemu. Perempuan itu membuang pandangan, dan saat dia menoleh ke belakang mata indahnya menangkap senyum bahagia dua pasang orang tua mempelai. Refleks Safa meringis, lalu menundukkan kepala.

Ludwiq terkekeh melihat tingkah Safa. Sejenak laki-laki itu menoleh ke arah orang tua dan megedipkan sebelah mata.

"Kamu ngapain sih?" Safa memukul dada Ludwiq pelan, masih dalam keadaan menunduk. "Aku nggak suka dilihatin kayak begitu."

Dark SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang