1. Dia (Yonghwa) Setuju

91 7 0
                                    

"Nyonya Jung, anak-anak berkata kalau Anda ingin bertemu dengan saya."

Shinhye tersenyum manis pada wanita yang lebih tua itu. Nyonya Jung tersenyum lembut padanya sebelum menepuk kursi kosong di sampingnya. Shinhye duduk di kursi itu.

"Shinhye. Aku ingin berbicara denganmu."

"Berbicara? Apa itu Nyonya Jung. Anda terlihat serius."

Nyonya Jung mendesah. "Anakku." Dia berhenti sejenak dan menatap Shinhye. "Sekarang, dia bukan lagi Yonghwa yang dulu."

Shinhye mendengarkan dengan seksama. Dia tahu Jung Yonghwa. Dia bertemu beberapa kali saat Yonghwa datang bersama Nyonya Jung ketika dia masih SMA.

Shinhye memegang tangan Nyonya Jung. "Apa yang terjadi?"

"Istrinya, dia lari dengan kekasihnya."

Shinhye melebarkan matanya. Istri Yonghwa yang lembut itu mengkhianati Yonghwa? Hal itu tidak pernah terlintas dalam pikirannya. "Unni melakukan hal itu?"

Nyonya Jung menyeka air matanya dengan tangannya yang lain. "Deh. Shinhye, bagaimana pendapatmu tentang Yonghwa? Apa kamu menyukai anakku?"

Sekali lagi Shinhye terkejut. Pertanyaan itu membuat jantungnya berhenti sejenak. "Apa yang Anda katakan Nyonya Jung? Kenapa saya harus menyukai Yonghwa ssi?"

"Kamu tidak menyukai dia?"

"Saya menghormati dia sebagai anak Anda, karena Anda sangat sayang pada saya. Tapi saya tidak pernah punya perasaan apa pun padanya."

Nyonya Jung menjadi muram. Dia benar-benar berharap kalau Shinhye menyukai anaknya. Dia pikir seperti itu.

"Apa ada masalah?"

"Aniya. Tidak apa-apa."

Shinhye ingin bertanya lebih lanjut, namun kondisi Nyonya Jung menghentikan dia untuk melakukannya. Dia hanya membiarkan Nyonya Jung menangis mengeluarkan kesedihannya dan setelah itu dia akan menghiburnya.

Setelah setengah jam, Nyonya Jung berpamitan pulang. Shinhye kembali ke kamarnya.

"Kenapa hal itu terjadi pada Yonghwa ssi. Unni adalah seorang wanita yang baik. Kenapa dia melakukan hal itu pada Yonghwa ssi?" Shinhye bergumam sendiri.

"Apa yang kamu lakukan, berbicara dengan dirimu sendiri Shin?" Teman sekamarnya, Ye Jin mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Tidak. Aku hanya memikirkan sesuatu. Pergi ke mana saja kamu sejak pagi?"

Ye Jin memutar bola matanya. "Aku pergi untuk wawancara kerja. Apa yang terjadi Shin? Kamu kan yang memberiku semangat."

Shinhye tersenyum malu. "Maaf." Jawabnya pendek.

"Kenchana. Aku ingin bertemu Nyonya Lee sebentar."

"Deh."

***

"Kenapa? Kenapa aku harus menikah? Apa omma ingin aku dicampakkan lagi?" Yonghwa berbicara dengan nada suara tinggi. Ibunya membicarakan hal yang tidak masuk akal.

"Turunkan nada suaramu Yonghwa. Kamu berbicara dengan omma-mu." Kata Nyonya Jung dengan suara keras, mengingatkan Yonghwa kalau dia sudah melewati batas.

Yonghwa menundukkan kepalanya. "Mian omma."

"Tidak masalah. Aku bisa memahami keadaanmu. Kamu bukan dirimu yang biasanya. Sekarang kamu bukan lagi Yonghwa-ku. Kamu berubah." Nyonya Jung menjawab dengan tenang. Dia perlu berbicara dengan putranya dalam suasana yang tenang.

"Omma. Aku masih Yonghwa yang dulu."

Nyonya Jung menggelengkan kepalanya yang membuat Yonghwa mengernyitkan alis.

"Yong-ku tidak akan menaikkan nada suaranya padaku. Dia tidak akan pernah berbicara kasar kepadaku bahkan saat suasana hatinya sangat buruk."

Nyonya Jung masih tetap tenang. Tuan Jung juga tetap menutup mulutnya. Dalam situasi seperti ini, istrinya-lah yang tepat untuk berbicara dengan anak mereka.

"Maaf omma. Aku tidak menyadarinya."

"Kamu harus mendengarkan permintaanku kalau kamu benar-benar menyesal."

"Dengan menikah sekali lagi?"

Nyonya Jung mengangguk.

"Aku tidak bisa omma. Memiliki Eunmi dalam hidupku sudah cukup. Aku tidak peduli apa pun lagi."

Yonghwa menjawab masih keras kepala. Nyonya Jung melihat suaminya, memberi tanda pada suaminya untuk bergabung dengannya, membujuk putra tunggal mereka.

"Bagaimana jika Eunmi diambil darimu?" Tuan Jung bertanya pada Yonghwa.

"Siapa yang akan mengambilnya?"

"Mantan istrimu. Apa kamu tidak berpikir suatu hari dia akan mengambilnya darimu? Dia adalah ibunya."

Yonghwa mengertakkan giginya. "Dia tidak akan berani. Dia harus menghadapiku jika dia ingin mengambil Eunmi."

Tuan Jung berjalan ke arah Yonghwa.

"Yonghwa, ada pengadilan dan hukum. Dia secara hukum adalah ibunya. Dia bisa mendapatkan hak atas Eunmi dengan mudah meskipun Eunmi bermarga Jung."

Yonghwa menjatuhkan tubuhnya di sofa. Dia menggerakkan jari-jarinya pada rambutnya yang rapi.

"Bagaimana jika gadis itu melakukan hal yang sama seperti dia? Bagaimana jika dia juga mengkhianati aku?"

Nyonya Jung menyunggingkan senyum. Yonghwa sedikit tenang.

"Dia tidak akan melakukannya. Dia adalah seorang malaikat Yonghwa. Dia akan menjadi omma yang sempurna untuk Eunmi."

"Apakah omma sudah mengatakan padanya soal pernikahan itu?"

"Belum. Aku akan mengatakan padanya kalau kamu setuju."

Yonghwa menyandarkan kepalanya ke belakang. Dia memijat keningnya dan berpikir mengenai pernikahan itu. Dia harus melakukannya. Dia tidak mampu kehilangan Eunmi. Eunmi adalah hidupnya. Dia tidak bisa membayangkan hidupnya jika mantan istrinya membawa Eunmi pergi dari dia.

Yonghwa mendesah, cukup keras untuk didengar oleh orang tuanya.

"Aku akan menikahinya." Jawab Yonghwa dan berjalan ke kamar putrinya.

***

"Nyonya Jung mencarimu noona."

"Kamsahamnida Hyun Sukkie."

Anak laki-laki berusia 10 tahun itu berlari keluar untuk bermain. Shinhye membersihkan mejanya dan berjalan ke ruang tamu Panti Asuhan tersebut.

"Annyeonghamnida Nyonya Jung. Oh. Eunmi di sini juga." Shinhye tersenyum gembira saat melihat Eunmi di gendongan Nyonya Jung.

"Deh. Uri Eunmi merindukanmu."

Shinhye mencium pipi Eunmi sebelum dia duduk di samping mereka.

"Shinhye ya, apa aku mengganggu pekerjaanmu?"

"Ani Nyonya Jung. Saya sedang tidak melakukan apa-apa."

"Gurae? Apa ada sesuatu yang harus kamu lakukan nanti? Aku berencana mengajakmu keluar."

Shinhye berpikir sebentar dan menggelengkan kepalanya. "Saya tidak ada acara hari ini. Ke mana kita akan pergi?"

Nyonya Jung hanya menjawab dengan tersenyum.

Reach For The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang