29. Membuat Rencana

25 5 0
                                    

Shinhye tersenyum sambil membalik telur. Eunmi mulai mengucapkan banyak kata yang hanya dia sendiri yang bisa memahaminya.

“Apa itu, Sayang?”

“Eomma.”

“Ndeh. Apa kamu lapar? Eomma akan selesai memasak sebentar lagi ndeh.”

“Apa yang dia katakan?” Yonghwa masuk ke dapur dengan penampilan yang segar. Dia mencium rambut Eunmi sebelum dia berjalan ke arah Shinhye dan mencium pipinya.

“Selamat pagi, Cantik.” Yonghwa berbisik dan memberi Shinhye senyuman.

Shinhye tersipu sambil menundukkan kepalanya. Dia kemudian mematikan kompor dan menyajikan sarapan di meja makan.

“Apa yang kamu masak? Sarapan ala Amerika?”

Shinhye mengangguk dan tersenyum. “Apa kamu menyukainya?”

Yonghwa tersenyum lebar saat mendengar suara isterinya yang lucu. “Aku menyukai semua yang kamu masak.”

Shinhye tersenyum dan menuangkan segelas susu untuk Yonghwa.

“Gomawo, Yeobo ya.”

Shinhye hanya mengangguk.

“Apa Eunmi sudah makan?”

“Belum. Aku akan menyuapinya sekarang.”

“Ndeh.”

Yonghwa makan sarapannya dan sesekali melirik Shinhye yang sedang menyuapi Eunmi.

“Eomma bilang, Eomma akan datang saat makan siang, iya ‘kan?”

Shinhye mengangkat kepalanya dan menatap Yonghwa.

“Eomma? Tapi Eomma tidak meneleponku.”

“Jinjaa? Mungkin Eomma lupa.”

Shinhye mengangguk.

“Tidakkah kamu ingin tahu kenapa Eomma datang?”

Shinhye menatap Yonghwa lagi. “Waeyo?”

“Aku juga tidak tahu.” Yonghwa tersenyum lebar dan meminum susunya, sementara Shinhye cemberut.

“Aku akan berangkat kerja.”

“Ndeh.” Jawab Shinhye tanpa menatap Yonghwa.

“Aku pergi.”

Shinhye menjawab dengan bergumam sambil menyeka mulut Eunmi. Dia mengambil piring kotor dan masuk ke dapur.

“Eunmi, Eomma sedang merajuk ‘kan?” Yonghwa mencium rambut Eunmi dan menyeringai.

Yonghwa lalu berjalan dengan pelan ke dapur dan memeluk Shinhye dari belakang. “Wae?”

Shinhye tetap diam di posisinya; tidak menjawab.

“Yeobo ya.”

“Hmm.”

Yonghwa memutar tubuh Shinhye untuk berhadapan dengannya dan tersenyum. “Aku ingin sebuah ciuman.”

“Ndeh?”

Yonghwa tertawa kecil saat Shinhye menunjukkan ekspresi terkejutnya. Dia lalu mencium bibir Shinhye sebelum dia berjalan ke mobilnya, meninggalkan Shinhye yang masih belum bisa bergerak.

***

“Apa Hyung masih mempekerjakan Jack sebagai pengawal?”

Yonghwa mengangguk. “Tapi, aku memberinya libur selama seminggu.”

“Waeyo?”

“Aku hanya ingin memberinya libur.” Yonghwa tersenyum.

“Bagaimana kabar Eunmi?”

“Dia sama sehatnya sepeti biasa.”

Minhyuk tersenyum. “Bagaimana dengan dongsaeng-ku?”

Yonghwa berhenti mengetik dan menatap Minhyuk. “Kenapa kamu bertanya?”

“Apa Hyung jadi cemburu sekarang?”

Yonghwa tersenyum malu-malu. “Benarkah?”

Minhyuk mengangguk. “Tidakkah Hyung berpikir begitu?”

“Aku rasa begitu. Dia lebih banyak bicara pada Eunmi daripada denganku Hyuk ah.”

Minhyuk tertawa. “Hyung, sadarkan pikiranmu. Apa Hyung cemburu pada Eunmi?”

“Ani. Aku hanya sedang berpikir jika dia bisa meluangkan lebih banyak waktu bersamaku.”

“Ajak dia pergi untuk berbulan madu, Hyung.”

Yonghwa tersenyum lebar. “Itu ide yang bagus, Hyuk.” Tapi Yonghwa tiba-tiba mengerutkan kening. “Tapi Eunmi akan tetap bersama kami.”

“Gunakan parasutmu kalau begitu.”

“Hah?”

“Eomonim, Hyung.”

“Eomma?”

Minhyuk mengangguk. Dia mengambil dokumen yang sudah ditandatangani Yonghwa dan tersenyum.

“Semoga berhasil, Hyung.” Kata Minhyuk sebelum dia keluar.

***

“Oppa. Apa kabar?”

“Aku baik-baik saja, Shin. Apa kabar? Aku baru saja mendengar soal Eunmi. Maaf.”

“Gwenchana, Oppa. Semua masalah sudah diselesaikan.”

“Jinja? Apa wanita itu menyakitinya?”

“Ani, Oppa. Eunmi aman dan sehat. Aku sangat bersyukur karena dia kembali pada kami.”

Woobin tersenyum. “Jaga dirimu juga, Shin, makanlah juga tepat pada waktu, oke.”

Shinhye cekikikan. “Oppa, Oppa terdengar seperti seorang ayah.”

“Memang. Aku seperti ayah bagimu ‘kan. Jagalah Eunmi dengan baik. Aku akan datang dan berkunjung saat aku kembali ke Korea neh.”

“Ndeh, Oppa. Jaga diri Oppa juga.”

Woobin mengakhiri telepon itu dan mendesah. Dia menatap kembali profil di tangannya.

“Syukurlah aku tidak mengambil dia sebagai manajer kafe. Aku hampir mendapat masalah. Dia terdengar sangat meyakinkan saat dia mengatakan tentang kedekatannya dengan Shinhye.”

Woobin mendesah dan melempar berkas lamaran kerja Yoomi ke tempat sampah..

***

“Aku sangat marah Shinhye ya.”

“Wae, Eomma?”

“Kenapa kamu tidak memberi tahu aku tentang penculikan itu? Aku mengerti kalau Yonghwa tidak mau memberi tahuku, tapi kamu juga tidak mengatakannya?”

“Kami hanya tidak ingin Eomma khawatir.”

Nyonya Jung mendesah. “Shinhye ya, aku lebih kuat dari perkiraanmu. Aku bisa mengatasi gebrakan kecil itu. Tapi kamu tidak. Aku sangat khawatir denganmu Aku tahu Yonghwa bisa menyelamatkan Eunmi; Aku kenal anakku, tapi kamu tidak. Kamu pasti takut saat itu. Setidaknya kamu bisa menangis bersamaku.”

Shinhye menundukkan kepalanya. “Maaf, Eomma.”

Nyonya Jung mendesah lagi. Dia kemudian memeluk Shinhye dan menepuk punggungnya. “Gwenchana. Aku tahu kamu bermaksud baik.”

Shinhye mengangguk.

Nyonya Jung tersenyum. “Apa kamu sudah makan?”

“Ndeh. Saya sudah sarapan tadi.”

“Biarkan aku memasak makan siang untukmu neh.”

“Gwenchana, Eomma. Saya bisa memasak karena Eunmi masih tidur.”

“Aku akan memasak dan ini keputusan final.”

Reach For The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang