4. Perubahan

26 6 0
                                    

“Aku sudah menyelesaikan pendaftaranmu. Kamu bisa tinggal denganku mulai besok.” Wajah Nyonya Jung berseri-seri penuh kebahagiaan.

Shinhye tersenyum dan mengangguk. “Ndeh Nyonya Jung. Saya akan mengemasi barang-barang saya nanti.”

“Shinhye~ya. Aku tidak tahu berapa kali aku harus mengatakannya. Aku benar-benar sangat bahagia.”

“Saya juga bahagia. Anda telah melakukan banyak hal selama saya di sini. Anda menunjukkan cinta dan perhatian seperti sosok seorang ibu. Saya bahagia karena saya bisa membalas kebaikan Anda Nyonya Jung.”

“Shinhye~ya, jangan mengatakan soal membalas kebaikanku dan semua hal itu. Itu membuatku merasa buruk.” Nyonya Jung mengerutkan kening.

“Jangan begitu Nyonya Jung. Saya benar-benar berterima kasih kepada Anda. Dan keputusan saya tidak ada hubungannya dengan itu.” Shinhye memasang senyum yang tulus.

***

“Hallo Eomma.”

“Eunmi akan tinggal denganku sampai hari pernikahanmu. Calon istrimu sudah menyetujuinya. Dia akan tinggal denganku mulai besok dan seterusnya.”

“Eomma, Eomma meneleponku hanya untuk mengatakan semua itu?”

“Pernikahanmu akan dilaksanakan akhir bulan ini. Jadi, masih sekitar 2 minggu lagi. Aku sudah menelepon perencana pernikahan dan mengatur semuanya. Cukup datang saja untuk pernikahan.”

“Eomma!”

Yonghwa kehilangan kesabarannya. Nyonya Jung memperlakukan dia seperti salah satu karyawannya. Cara ibunya berbicara pada dia berubah. Ibunya tidak pernah berbicara seperti itu padanya. Sangat datar. Ibunya bahkan tidak tersenyum di sana. Yonghwa tahu itu. Nada suara ibunya membuktikan hal itu.

“Wae Yonghwa?”

“Kenapa Eomma bersikap seperti ini? Aku sudah setuju dengan pernikahan itu!”

“Aku tahu itu.”

“Jadi, kenapa Eomma bersikap seperti ini? Jebal. Aku minta maaf karena aku sudah menyakiti Eomma dengan ucapanku hari itu. Aku sedang tidak berpikir jernih.”

“Sampai jumpa lagi.” Jawab Nyonya Jung sebelum meletakkan telepon.

“Yeobo, kamu tidak perlu bersikap seperti itu.” Kata Tuan Jung dengan tenang. “Dia sudah mengalami masa yang sulit.”

“Aku tahu. Jika aku tidak bersikap seperti ini, dia tidak akan menikah. Aku hanya bersikap seperti ini untuk kebaikannya. Aku melindunginya. Aku tahu betapa dia mencintai Eunmi. Itu akan menjadi akhir dari  hidup Yong jika Yoomi datang untuk mengambil Eunmi suatu hari nanti.”

Nyonya Jung menyeka air matanya. Dia berjalan menghampiri cucunya yang tidur dengan nyaman di ranjang dan membelai pipi tembam Eunmi.

***

“Aku akan pindah ke rumah Nyonya Jung.” Ujar Shinhye sambil tersenyum. Woobin tersenyum padanya.

“Apa kamu bahagia?”

“Ndeh Oppa. Aku bahagia.”

“Lalu bagaimana dengan kuliahmu?”

Senyum Shinhye memudar, tapi dia segera menunjukkan ekspresi bahagianya. “Aku akan memikirkannya nanti.”

Woobin memegang tangan Shinhye dan meremasnya. “Apa kamu yakin dengan hal ini? Kamu masih bisa mundur sekarang.”

Shinhye menepuk tangan Woobin yang memegang tangannya. “Aku yakin Oppa. Jangan khawatir.”

“Jika kamu berkata begitu. Pastikan aku diundang, arasseo?.”

“Tentu saja. Oppa adalah orang yang akan berdiri sebagai Appa-ku.”

“Shin ah.”

“Wae? Shireo?”

“Ani. Aku tidak tahu harus berkata apa. Ini sangat luar biasa. Terima kasih Shin~ah.”

“Aku juga berterima kasih pada Oppa. Oppa tidak pernah membuatku merasa kesepian. Oppa selalu ada saat aku membutuhkan seseorang. Itu sebabnya aku membutuhkan Oppa di sampingku saat aku berjalan menuju altar.”

Senyum Woobin melebar. Dia mengangguk dan memegang tangan Shinhye erat. “Aku akan senang hati melakukannya.”

***

“Shinhye, ini akan menjadi kamarmu.” Kata Nyonya Jung begitu Shinhye berjalan masuk ke kamar tamu.

“Ini adalah kamar tamu, tapi kami jarang punya tamu yang menginap. Aku memutuskan agar kamu tinggal di sini.”

“Kamsahamnida Nyonya Jung.”

“Panggil aku Eomma.” Shinhye mengangguk dan tersenyum.

“Istirahatlah dengan baik. Jika kamu butuh sesuatu, aku akan berada di dapur.”

“Biarkan saya membantu Anda Nyonya Jung.”

“Ini Eomma.”

“Maaf Eomma. Biarkan saya membantu Eomma.”

“Gwenchana, kamu perlu menata barang-barangmu kan?”

Shinhye mengangguk dan tersenyum malu-malu.

“Bergabunglah denganku di dapur kalau kamu sudah selesai nanti.” Nyonya Jung membelai rambut Shinhye dan meninggalkan Shinhye di kamar itu.

“Ini adalah awal dari kehidupan baruku.” Shinhye berbisik pada dirinya sendiri dan mulai membongkar barang-barangnya. Dia mengenang masa kecilnya di panti asuhan.

Dia adalah gadis yang pemberani. Meskipun sosoknya lebih kecil dari anak-anak lain seusianya, dia tidak pernah direndahkan oleh siapa pun. Dia suka belajar, dan dia menghabiskan banyak waktu di perpustakaan. Dia juga pekerja keras. Dia tidak pernah lupa membantu Nyonya Lee di kantornya.

Dia ingat pertemuan pertamanya dengan Ye Jin, teman sekamarnya. Ye Jin usianya sama seperti dirinya. Dia dikirim ke panti asuhan oleh Pamannya. Pamannya tidak ingin merawat Ye Jin setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Mereka sangat cepat dekat karena orang tua Shinhye juga meninggal dalam kecelakaan. Mereka punya masa lalu yang sama .

Shinhye bertemu Woobin di High School. Woobin memiliki sikap yang baik dan disukai oleh banyak orang. Dia adalah Presiden Klub Matematika yang Shinhye ikuti. Mereka bertemu beberapa kali dalam pertemuan klub dan menjadi dekat setelah itu. Ibu Woobin telah meninggal sejak dia masih kecil karena menderita kanker payudara. Dia tinggal sendirian dengan ayahnya yang memiliki perusahaan arsitektur.

Saat Woobin lulus High School, dia mulai membuka sebuah kedai kopi. Dia benar-benar mencintai kopi dan dia menunjukkan cintanya pada kopi melalui kafenya.

Shinhye mendesah saat dia mengingat mereka semua. Mereka adalah teman yang paling disayanginya.

“Apa aku masih menjadi Shinhye yang dulu setelah ini? Apa menjadi istri Yonghwa ssi akan mengubah segalanya?”

Reach For The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang