30. Diterima

34 7 0
                                    

“Apa kamu bercanda, Yong? Shinhye tidak akan menyetujuinya.”

“Tolong, Eomma, hanya hari ini. Aku ingin mengajaknya makan malam.”

Nyonya Jung tersenyum. Putranya sudah benar-benar jatuh cinta pada menantunya. “Aku akan mencobanya. Kita lihat apakah aku berhasil atau tidak.”

“Oke, Eomma. Terima kasih. Telepon aku jika Eomma berhasil.”

“Arasseo. Sampai jumpa.”

“Sampai jumpa, Eomma.”

Nyonya Jung mengakhiri telepon itu dan melirik Shinhye yang sedang melatih Eunmi untuk berjalan. Dia bangkit dari sofa dan berjalan ke arah mereka. “Shinhye ya.”

Shinhye menoleh pada Nyonya Jung dan tersenyum. “Lihat Eomma, dia bisa berjalan sendiri sekarang.”

“Uri Eunmi sudah besar sekarang. Dia akan menjadi kakak yang sangat baik untuk adik-adiknya.”

Shinhye hanya tersenyum malu.

“Wae?” Nyonya Jung bertanya sambil tersenyum lebar. “Shinhye ya, bisakah aku mengajak Eunmi bersamaku hari ini?”

Shinhye menatap Nyonya Jung sambil cemberut. “Wae, Eomma?”

“Jangan tunjukkan padaku tatapan itu, Sayang. Aku hanya merindukan cucuku.”

“Benarkah? Ini bukan karena kasus itu ‘kan?”

“Shinhye, kasusnya tidak ada hubungannya denganmu. Kamu adalah ibu yang hebat untuk Eunmi. ” Nyonya Jung mendesah.

“Aku akan mengembalikannya padamu besok ndeh. Istirahat saja hari ini.”

Shinhye mendesah sebelum dia mengangguk dan tersenyum.

***

Yonghwa sedang duduk di meja pajangan sejak satu jam yang lalu. Dia sangat bingung, mana yang harus dia pilih untuk Shinhye. Cincin-cincin itu sangat indah.

“Pabbo. Aku bahkan tidak bertanya padanya yang dia sukai.” Dia bergumam pelan.

“Apakah Anda sudah menentukan pilihan, Tuan?” Staf paruh baya itu bertanya padanya beberapa saat kemudian.

“Bisakah Anda membantu saya? Saya akan memberikannya sebagai hadiah untuk istri saya.”

Staf itu tersenyum. “Berapa anggaran Anda, Tuan?”

“Saya tidak masalah dengan harganya, saya hanya ingin dia bahagia. Apakah ada yang edisi terbatas?”

“Ndeh. Anda bisa memilih dari tiga ini.” Staf itu mengeluarkan tiga cincin dan menunjukkannya di depan Yonghwa.

Mata Yonghwa terpukau pada salah satu cincin itu.

“Kemas yang tengah itu untuk saya.” Kata Yonghwa sambil tersenyum.

“Apa Anda sudah yakin, Tuan?”

“Ndeh. Terima kasih.”

***

Shinhye mengambil tas dari Yonghwa sambil cemberut. Yonghwa memegangi kepala Shinhye dan mencium keningnya.

“Kenapa kamu cemberut, Yeobo?”

Shinhye menggelengkan kepalanya dan masuk ke dapur, sebelum berjalan keluar dengan membawa segelas air. Dia meletakkannya di atas meja kopi dan berdiri di samping Yonghwa.

Yonghwa menatap istrinya dengan penuh cinta dan memegangi tangannya. “Katakan padaku apa yang terjadi, Chagiya.”

“Aniyo. Aku hanya merasa bosan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sendirian di rumah ini.”

Yonghwa menarik tangan Shinhye mendekat dan membuat istrinya itu duduk di pangkuannya. Dia meletakkan tangannya mengelilingi pinggang Shinhye dan tersenyum. “Aku di sini ‘kan.”

Shinhye mengangguk.

“Biarkan Eomma menghabiskan waktunya dengan Eunmi. Dia pasti sangat merindukannya. Dia yang merawat Eunmi sebelum kamu masuk ke dalam hidupku. “

Shinhye mengangguk lagi. “Yonghwa, apa yang kamu inginkan untuk makan malam? Aku akan memasak untukmu.”

“Aku ingin kamu.” Yonghwa menyeringai sementara Shinhye tersipu malu.

“Ayo makan malam di luar. Ayo kita menikmati makanan yang lezat neh.”

“Tapi Eunmi tidak di sini. Bagaimana?”

Yonghwa terkekeh-kekeh. Shinhye terlalu polos untuk mengetahui maksudnya. Dia mencium bibir istrinya dan menatap matanya. “Ayo kita menikmati waktu berdua malam ini.”

Shinhye semakin memerah mendengar nada suara seksi Yonghwa, dan perlahan dia menganggukkan kepalanya.

***

“Yomhhwa, apa kita benar-benar akan makan di sini?”

Yonghwa meremas tangan Shinhye dan tersenyum. “Wae?”

Shinhye melihat pakaiannya. Terlalu santai untuk makan malam di restoran. “Aku tidak mengenakan baju yang pas.”

Yonghwa tertawa kecil dan mencium tangan istrinya. “Kamulah yang penting, bukan pakaianmu. Ayo ke sana.”

Yonghwa keluar dari mobilnya dan segera pergi membantu Shinhye keluar. Dia melingkarkan tangannya di pinggang istrinya dan berjalan dengan ceria ke dalam restoran.

“Yonghwa, apa kamj tidak merasa mereka tutup? Lihat.” Shinhye menunjuk tanda tutup di pintu kaca.

“Ani. Mungkin mereka lupa membaliknya. Ayo masuk.”

Shinhye mengangguk dan mengikuti langkah suaminya. Yonghwa berjalan ke sebuah meja di tengah ruangan dan membantu Shinhye duduk sebelum dia duduk di seberang istrinya.

“Apa yang ingin kamu makan?”

“Kamu saja yang  memilih. Aku tidak masalah makan apa pun.”

“Aku akan memilih kalau begitu.” Yonghwa tersenyum dan memberi isyarat pada pelayan untuk mengambil pesanan mereka.

Salah seorang pelayan meletakkan sebotol anggur di atas meja dan menuangkannya untuk mereka nikmati.

Shinhye menyesapnya sedikit dan melihat ke sekeliling restoran yang kosong itu. Yonghwa menatap istrinya dengan geli. Lampu di restoran membuat Shinhye terlihat begitu cantik dan menggoda. Dia menepis pikiran nakalnya dan menggenggam tangan istrinya di atas meja.

“Apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan, Yeobo?”

Shinhye tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Obsseo.”

Yonghwa tersenyum dan meneguk anggurnya.

Pelayan datang dengan pesanan mereka 10 menit kemudian. Mereka makan tanpa bicara sementara Yonghwa sekali waktu melirik istrinya. Shinhye menikmatinya sendiri dan dia tahu itu.

Yonghwa mengusap mulutnya setelah makan malam itu. Dia kemudian memberi isyarat kepada staf untuk memainkan musik mereka, sebelum dia berlutut dengan satu lututnya di samping Shinhye.

“Yonghwa, waegurae?”

Yonghwa tersenyum dan mengeluarkan kotak safir dari celananya. “Maukah kamu menjadi istriku sebagai istri sejatiku?”

Shinhye menelan ludah sebelum dia membuka mulutnya karena terkejut.

“Apa kamu melamarku lagi?” Batin Shinhye saat mencoba memahami tindakan Yonghwa.

“Apa kamu sedang melamar?”

Yonghwa tersenyum dan mengangguk.

“Maukah kamu menerimaku sebagai suamimu sampai napas terakhirmu, Park Shinhye ssi?” Yonghwa tersenyum lagi, dengan sungguh-sungguh. Menunjukkan kalau dia sangat mencintai Shinhye.

Shinhye mengangguk setelah beberapa saat. Yonghwa memasangkan cincin berkilauan itu ke jari Shinhye dan menciumnya sebelum dia berdiri. Dia menyeka air mata istrinya dan menariknya dalam pelukan panjang.

“Aku mencintaimu, Yeobo. Sangat mencintaimu sampai aku bersedia melakukan segalanya untukmu.” Yonghwa berbisik ke telinga Shinhye dan memeluknya lebih erat.

Shinhye mengangguk dan meletakkan tangannya di punggung Yonghwa. “Aku juga mencintaimu. “

Reach For The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang