10. Apa Yang Terjadi?

25 6 0
                                    

“Yonghwa ssi, apa ada yang kau inginkan lagi?”

Yonghwa menggelengkan kepalanya.

“Aku akan ke atas dulu.”

Shinhye berjalan ke kamarnya. Dia melirik ke tempat tidur Eunmi. Putrinya masih berada di alam mimpinya. Dia tersenyum dan berjalan ke kamar di samping kamarnya. Dia ingin membersihkannya sebelum Eunmi bangun.

Shinhye berjalan ke kamar itu membawa lap bersih. Dia mengenakan celemek dan mulai membersihkan.

“Aku rasa sudah sangat lama ada seseorang yang membersihkan kamar ini. Kamar ini sangat berdebu.” Kata Shinhye sambil membersihkan meja dan kursi. Tidak ada cahaya di kamar itu, jadi dia membiarkan pintunya terbuka saat dia membersihkan.

Shinhye berjalan ke lemari. Semua pigura yang ada di sana menghadap ke bawah.

“Kenapa Yonghwa membiarkan kamar ini seperti ini?”

Dia mengambil salah satu pigura dan tersenyum. Itu berisi foto Yonghwa dengan Eunmi di hari dia dilahirkan. Ada juga Yoomi di foto itu.

“Apa dia menyembunyikannya di kamar ini jadi dia tidak akan ingat rasa sakit hatinya? Aku berada dalam masalah besar bila Yonghwa menemukan aku di sini.” Shinhye berbisik pada dirinya sendiri dan meletakkan pigura itu pada tempatnya. Saat dia berbalik, Yonghwa sudah berdiri di pintu dengan marah. Shinhye melangkah mundur beberapa langkah.

“Yong..Yonghwa ssi.”

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

“Aku hanya membersihkan.” Jawab Shinhye ketakutan.

“Apa aku memintamu untuk melakukannya?”

“Aku hanya mencoba untuk membantu.”

Shinhye hampir menangis. Yonghwa marah-marah. Betapa Shinhye berharap Nyonya Jung berada di sana.

“Tugasmu hanyalah mengurus Eunmi. Aku tidak menikahimu agar kamu bisa bertindak sesuka hatimu. Aku ulangi sekali lagi. Ini adalah rumahku. Aku adalah hukum di rumah ini.”

Shinhye menganggukkan kepalanya. Dia menunduk. Terlalu takut untuk menghadapi Yonghwa sekarang.

“Satu hal lagi.” Lanjut Yonghwa. “Berhenti mengusik hal-hal pribadiku. Aku bahkan tidak menyukainya saat pembantu atau ibuku menyentuhnya. Tapi denganmu, aku membencinya.”

Yonghwa pergi dengan marah meninggalkan Shinhye yang ketakutan. Tubuh Shinhye merosot ke lantai saat dia mendengar suara mobil Yonghwa melaju pergi. Air matanya yang berharga mengalir di pipinya. Dia terlalu sering menangis sekarang. Setiap hari dia akan menangis. Dia tidak akan melewati hari tanpa membasahi wajahnya dengan air mata.

“Kenapa aku setuju dengan Eomma?”

Shinhye menangis tanpa henti saat dia ingat Nyonya Jung. Matanya sembab karena terlalu banyak menangis. Dia menangis tanpa suara di sudut kamar yang gelap itu. Dia menyeka air matanya menggunakan punggung tangannya, dan dia bergegas keluar menuju kamarnya saat mendengar Eunmie menangis.

Dia berjalan ke tempat tidur dan membawa Eunmi dalam pelukannya. Dia menepuk punggung bayi itu perlahan untuk menenangkannya.

“Syyy. Eomma ada di sini sekarang. Jangan menangis, Eunmie ya.”

Segera setelah Eunmie mendengar suara Shinhye, dia berhenti menangis. Dia kemudian merapat ke dada Shinhye dan menutup matanya.

“Apa putriku bermimpi buruk? Maaf, sayang. Tadi ada yang harus Eomma lakukan.”

Perlahan wajahnya berseri dengan senyuman. Dia mencium pipi gemuk Eunmie dan membelai dengan jarinya.

“Kamulah satu-satunya alasan Eomma menikah dengan Appa-mu, Eunmie ya. Meskipun dia memperlakukan aku dengan kasar, aku masih memiliki kamu untuk membuat hariku baik.”

Shinhye tersenyum dan berjalan ke tempat tidurnya. Dia meletakkan Eunmie di atas tempat tidur dan menaruh beberapa bantal di sekelilingnya jadi dia tidak akan jatuh ke bawah.

“Tidurlah dengan nyenyak, putriku. Eomma akan segera kembali.”

Shinhye mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Dia mencuci wajahnya dan menyalakan pancuran air. Dia berdiri di bawahnya dan menutup matanya. Dia membiarkan air dingin berjalan turun membasahi tubuhnya yang masih berpakaian lengkap.

***

“Oh, Minhyuk ssi.” Kata Shinhye saat membuka pintu. Minhyuk berdiri di depan pintu dengan senyum menawan.

“Shinhye. Di mana Yonghwa Hyung? Apa dia sedang bersiap-siap?”

“Dia pergi beberapa saat yang lalu. Saya tidak yakin ke mana dia pergi. Apa Anda punya janji dengannya?” Shinhye bertanya dengan sopan.

“Ndeh. Kami berencana pergi hari ini, bermain golf.” Minhyuk tersenyum.

Shinhye mengangguk beberapa kali.

“Apa kamu tidak menyuruhku masuk, Shinhye?”

“Oh maaf. Silakan masuk. Saya akan membawakan jus untuk Anda.”

Minhyuk meraih lengan Shinhye untuk menghentikannya dan melepasnya tidak lama kemudian.

“Gwenchana, tetaplah di sini. Aku baru saja minum kopi.”

“Ndeh.”

Shinhye sebenarnya enggan. Dia tidak ingin tetap di sana dengan Minhyuk tapi dia juga harus mau karena Yonghwa sedang tidak ada. Yonghwa akan banyak melontarkan kata-kata yang menyakitkan jika dia tahu Shinhye tidak memperlakukan temannya dengan baik.

“Duduklah.” Kata Minhyuk saat dia mulai duduk di sofa.

Shinhye berjalan ke sofa tidak jauh dari Minhyuk dan duduk di sana. Wajah Shinhye menghadap ke bawah.

Minhyuk menatapnya. Dia menatapnya dengan takjub. Shinhye adalah sosok yang sempurna. Rambut indahnya menjuntai di bahu, sementara wajahnya membuat orang tidak ingin berhenti menatapnya.

“Shinhye.” Minhyuk memanggilnya.

“Ndeh.” Jawab Shinhye pelan.

“Apa kamu bahagia dengan hyung?”

“Ndeh?” Shinhye melebarkan matanya. Kenapa Minhyuk bertanya padanya pertanyaan itu dari sekian banyak pertanyaan lainnya.

“Jangan heran. Aku tahu segala sesuatunya soal pernikahan ini. Jujur saja padaku.”

Shinhye menelan ludah. Dia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan Minhyuk. Dia ragu-ragu untuk menjawab. Dia berdoa agar Yonghwa pulang sekarang, entah bagaimana caranya.

Suara tangisan Eunmi ini benar-benar menolong Shinhye. Dia segera berjalan ke kamarnya untuk melihat Eunmi, meninggalkan Minhyuk yang tersenyum di ruang tamu. Dia turun beberapa saat kemudian dengan Eunmi yang masih menangis.

“Ada apa?” Tanya Minhyuk saat Shinhye berjalan menuruni tangga.

“Dia tidak mau berhenti menangis. Suhu tubuhnya agak tinggi.” Kata Shinhye khawatir.

“Di mana Eommonim?”

“Eomma pergi ke Jeju dengan Appa.”

“Ayo aku antar ke klinik.” Tawar Minhyuk. Shinhye langsung menggelengkan kepalanya.

“Ani. Gwenchana. Saya akan menelepon Yonghwa.”

“Shinhye, dia tidak akan menjawab.” Minhyuk menghentikan Shinhye untuk menelepon Yonghwa.

“Aku akan mengantarmu. Kita harus bergegas. Ini demi kesehatan Eunmi.”

Shinhye akhirnya setuju. Dia takut kalau Yonghwa akan memarahinya, tapi dia harus membawa Eunmi ke dokter secepatnya.

Minhyuk membantu Shinhye menutup pintu sebelum dia menuju ke tempat duduk sopir. Dia menginjak pedal gas dan melaju ke klinik terdekat.

Reach For The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang