21. Perlahan-lahan Menuju ke Sana

26 8 0
                                    

Nyonya Jung tertawa saat Yonghwa menunjukkan wajah yang sangat bosan. Dia duduk di bangku sambil menatap wajah tidur Eunmi di kereta dorongnya.

“Apa kamu merasa bosan, Yong?”

Yonghwa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Dia bosan, ya. Tapi dia terlalu bahagia sampai dia lupa dengan kebosanannya. Ibunya memanggilnya Yong lagi. Dia lama tidak mendengar ibunya memanggilnya dengan nama itu.

“Apa kamu sudah selesai?”

“Ndeh.”

“Apa kamu lelah, Shinhye?” Tanya Nyonya Jung sambil meletakkan tangannya di punggung Shinhye.

“Ani, Eomma.”

“Ayo kita memilih kue di rumah kue, ndeh.”

Shinhye tersenyum dan mengangguk sebelum dia berpaling pada Yonghwa. “Yonghwa, apa kamu sudah memberinya susu?”

“Ah ye. Dia meminum semuanya.”

“Putriku pasti lapar. Ayo kita pergi sekarang Eomma agar kita bisa pulang saat waktu makan Eunmi.”

“Baiklah. Kajja.”

Yonghwa mengikuti di belakang sambil tersenyum lebar. Tidak pernah dia membayangkan kalau dia akan berada di mal selama berjam-jam tanpa merasa kesal.

***

“Yonghwa, apa kamu bilang kalau akan ada pengawal yang datang hari ini?” Tanya Shinhye pada Yonghwa yang sedang bermain dengan Eunmi.

“Aku minta mereka datang besok.”

Shinhye mengangguk dan melanjutkan melipat pakaian kasual Eunmi. Shinhye tersenyum saat Eunmi cekikikan setiap kali Yonghwa menggelitik perut Eunmi dengan hidungnya.

“Yonghwa, pelan-pelan saja. Dia akan sulit tidur nanti.”

“Benarkah?”

Shinhye mengangguk dan meletakkan pakaian yang sudah dilipat di dalam lemari. Dia kembali menghampiri mereka dengan membawa piyama dan popok Eunmi.

“Aku akan ganti pakaiannya dahulu, ndeh.”

Yonghwa bangkit dari posisinya dan membaringkan Eunmi di atas tempat tidur. Dia berbaring menyamping dan memandang kagum gerak Shinhye. Istrinya benar-benar terampil. Jari dan tangannya bergerak cerak. Dalam waktu singkat, Eunmi sudah selesai berpakaian.

“Shinhye, aku pikir Eunmi sedang mencoba berjalan.”

“Benarkah?”

Yonghwa mengangguk. “Lihat ini, ndeh.”

Yonghwa membuat Eunmi berdiri di atas perutnya dan dia memegang tangan mungil Eunmi dengan hati-hati. Eunmi mulai bergerak dengan langkah-langkah kecil di atas perut Yonghwa sebelum dia menjatuhkan tubuhnya dan tertawa.

“Lihat. Benar, kan?”

Shinhye bertepuk tangan pada Eunmi. “Omo, Jung Eunmi mau berjalan?”

“Eomma.” Itu jawaban Eunmi.

Shinhye dan Yonghwa tertawa bersama dalam harmoni.

“Shinhye ya, bisakah aku memanggilmu yeobo?” Tanya Yonghwa tiba-tiba saat mereka terlalu asyik bermain bersama Eunmi. Shinhye menoleh padanya dan tersenyum.

“Ndeh. Terserah saja.”

“Terima kasih, Yeobo. Dan hal lainnya.”

“Apa itu?”

Yonghwa ragu-ragu untuk mengatakannya. Dia mengusap tengkuknya dan tersenyum malu-malu. “Bisakah kita memakai kamar yang sama?”

Shinhye menelan ludah.

“Apa dia serius?” Pikir Shinhye dan dia menatap wajah Yonghwa. Sepertinya Yonghwa serius.

“Aku hanya ingin tidur di satu tempat tidur denganmu, hanya tidur. Bisakah?”

Shinhye mengangguk.

Yonghwa tersenyum ceria. “Terima kasih, Yeobo.”

Shinhye tersenyum dan mengambil Eunmi dari Yonghwa.

“Kamu mau ke mana?”

“Memberinya susu sebelum dia tidur.”

“Ah ye.”

***

Shinhye terkejut saat dia masuk ke kamarnya lagi. Aroma kamarnya benar-benar menenangkan. Dia melirik ke samping dan menemukan Yonghwa sedang menyalakan lilin aroma.

Dia tersenyum. “Jadi kamu menyukai hal-hal seperti ini. Tidak heran kamarnya sangat wangi.”

Dia menempatkan Eunmi di dalam ranjang tidurnya dan menepuknya perlahan. Dia masuk ke kamar mandi sebelum dia keluar menuju tempat tidurnya beberapa saat kemudian.

Yonghwa berjalan masuk ke kamar Shinhye dan berdiri di pintu.

“Kenapa kamu berdiri di sana?”

“Apa kamu yakin aku bisa tidur di sini?”

“Ndeh.” Jawab Shinhye pendek.

Yonghwa mengusap tengkuknya dan berjalan ke tempat tidur dengan pelan. Dia duduk di sisi tempat tidur. “Eunmi tidur?”

“Ndeh. Dia langsung tertidur setelah dia minum susunya. Pasti dia lelah bermain denganmu.”

Yonghwa tersenyum. Dia senang karena sekarang Shinhye mulai lebih banyak bicara padanya.

“Kalau begitu, ayo kita tidur?”

“Baik. Selamat malam.”

“Selamat malam, Yeobo.” Jawab Yonghwa lalu dia berbaring di tempat tidur, menghadap ke langit-langit. Dia tersenyum.

Shinhye di sisi lain mencoba untuk meredam kegugupannya. Dia sangat gugup sampai dia tidak bisa tidur. Untungnya dia berbaring menyamping dan punggungnya menghadap Yonghwa. Jadi, Yonghwa tidak bisa merasakan kegugupannya.

***

Yonghwa ingin pergi ke kamar mandi tapi dia segera berubah pikiran saat dia merasa sebuah tangan halus di dadanya. Itu tangan Shinhye.

“Dia pasti tidak menyadarinya karena dia masih tidur.” Dengan hati-hati Yonghwa meletakkan tangannya di atas tangan istrinya tapi Shinhye menepisnya dan menepuk dadanya.

“Shhh. Tidurlah lagi. ” Gumam Shinhye, cukup jelas untuk dipahami oleh Yonghwa.

Yonghwa tersenyum. Cara Shinhye menepuknya membuat dia tersenyum. “Dia lupa kalau Eunmi tidur di ranjang bayinya.”

Yonghwa menoleh pada Shinhye dan memandangi kulitnya yang sempurna. Ujung hidungnya lucu, dagunya bagus dan bibirnya yang seksi.

Dia menelan ludah. Dia sudah menciumnya sekali, tapi itu di hari pernikahannya. Dia bahkan tidak ingat rasa ciuman itu.

Yonghwa menggerakkan tangannya dengan hati-hati dan berbalik menghadap Shinhye. Dia lalu meletakkan tangan Shinhye di pinggangnya sebelum dia bergerak lebih dekat. Jarak di antara mereka tidak terlalu jauh sampai dia bisa merasakan napas hangat Shinhye. Yonghwa menutup matanya untuk mengumpulkan keberanian dan bergerak lebih dekat. Dia hampir mencium bibir Shinhye jika Eunmi tidak menangis.

Shinhye segera membuka matanya dan berjalan menuju ranjang Eunmi.

Yonghwa mendesah. “Apa kamu rintangan besarku sekarang, Eunmi ya?” Dia menutup matanya dan terbang ke alam mimpi.

***

“Kamu harus melakukannya saat mereka terlalu sibuk dengan para tamu. Jangan menggagalkannya, oke!” Kata Yoomi dengan suara keras dan tatapan serius.

“Ya, Madam.”

“Bagus. Ingat alamatnya?”

“Ya.”

“Bagus sekali.” Dia menyeringai dan mengakhiri telepon itu.

“Yonghwa, sebentar lagi kamu akan lihat siapa sebenarnya aku.” Dia tertawa jahat dan tawanya menggema di rumah kosong itu.

Reach For The RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang