Part 1. Motivasi

1.7K 77 3
                                    

"Dokter apakah anakku sudah gila?" Seorang wanita paruh baya menatap buah hatinya yang tengah terbaring lemas diatas ranjang putih dengan kedua tangan dan kaki yang terkunci dengan borgol.

"Perawat Sana, tolong tambahkan obat bius untuk anak itu."
Sang dokter memberi perintah.
Tidak menghiraukan tangisan wanita yang terus memanggil-manggil nama putranya tersebut.

Dilihatnya berbagai luka disekujur tubuh anak itu. Luka lebam di wajah, luka gores serta sayatan di setiap jengkal tubuh anak laki-laki itu. 

Sekejap Sana menatap mata anak laki-laki yang tengah terbaring setengah sadar itu. Tatapan yang memilukan itulah yang Sana rasakan.

Tahu dirinya akan di bius anak laki-laki itu hanya pasrah dan menutup kedua matanya.

Dokter yang memerintah Sana berbisik kepadanya. "Sana kamu jagalah ibu dari anak ini. Saya akan segera melapor ke polisi."

Perawat Sana hanya mengangguk menuruti perintah dokternya.

Tak lama setelahnya sekelompok polisi menjulurkan surat penangkapan. Wanita paruh baya itu terlihat panik, sorot matanya yang kebingungan menjelajahi setiap isi ruangan. Seakan ingin mencari pertolongan dari orang sekitarnya. Tiba-tiba saja sorot mata ibu itu terhenti untuk menatap ranjang tempat putranya berbaring. Percikan amarah dan sorot mata kebencian terlihat jelas. Ibu itu mengepal kedua tangannya kuat-kuat. Dengan gigi yang menggertak serta nafas yang berhembus cepat. 

Tanpa aba-aba secara spontan ibu itu menerobos ke dalam ruangan tempat putranya dirawat. Dia melompat ke atas ranjang dan menindih putranya. Kedua tangannya dengan kuat mencekik leher anak laki-laki yang tidak berdaya itu. "Matilah kau, mati saja, hahaha." Ibu itu tertawa dengan puas.

Dengan cepat polisi dan para perawat senior menghentikan aksi itu. "YAAA Lepaskan aku dasar polisi gadungaan." Ibu itu sempat memberontak namun polisi berhasil menjinakkannya. 

Monitor elektrokardiogram menunjukkan pergerakan yang tidak stabil. Dokter Jinyoung dengan cepat mengambil alat pacu jantung atau pacemaker. Untung saja penanganan tersebut segera berhasil menormalkan kembali pergerakan jantung pasien.

Ibu yang sudah tidak waras itu diborgol dan diseret oleh polisi menuju penjara. Paling tidak ibu itu akan menerima hukuman penjara 5 atau 6 tahun ditambah denda yang tinggi. 

.

"Sana sangat disayangkan masa pelatihanmu telah berakhir."

Sana memang sedang menjalani pelatihan. Kini ia akan melanjutkan pendidikannya selama empat tahun kedepan dengan pengkhususan di bidang psikiatri. Dengan harapan empat atau lima tahun lagi dia bisa meraih gelar dokter spesialis kedokteran jiwa, yaitu mereka yang setelah mencapai gelar dokter dan melanjutkan studi spesialis, yakni kedokteran jiwa atau yang kerap disebut psikaitri. 

"Terima kasih atas bimbingan anda selama ini. Saya akan terus mengingat jasa anda." Dokter Jinyoung menjabat tangan Sana.

"Semoga kamu berhasil Sana. Saya berharap ketika pensiun nanti kamu bisa menjadi pengganti saya." Dokter Jinyoung melepas murid kesayangannya dengan terharu.

Sana membungkuk dengan hormat. Walau air mata telah menetes dia tersenyum dengan tegar. "Saya titip Tzuyu, semoga dia lekas sembuh."

Chou Tzuyu adalah anak laki-laki berusia 15 tahun yang sempat mengalami gangguan mental akibat penganiayaan yang dilakukan ibunya. Sudah selama enam bulan anak itu menjalani perawatan. Siang dan malam Sana selalu menemani Tzuyu selama proses rekoverinya. 

Kini kondisi anak itu bisa dibilang sudah baik. Untuk tingkat gangguan mental yang tinggi ini merupakan suatu keajaiban bisa pulih secepat itu. Berkat kasih sayang dan ketulusan Sana dalam merawat Tzuyu, kini anak itu bisa kembali bersekolah layaknya anak remaja lain diluar sana. 

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang