Jicu menyerahkan kotak kado yang telah ia siapkan untuk seniornya. "Selamat kak Yeji atas promosinya." Gadis itu memeluk singkat seniornya tersebut.
Yeji dengan senang hati menerima kado tersebut. Setelah sekian lama menjadi asisten perawat kini dirinya berhasil menjadi dokter tetap di rumah sakit. "Aa.. Thank you Jicu. Selamat juga untukmu karena berhasil memulai peltihan disini."
Yeji menghembuskan nafasnya dalam sembari menatap keluar jendela. "Terima kasih dokter Sana. Berkat bimbinganmu aku kini bisa menjadi dokter. Dimanapun dokter berada semoga kebaikan selalu menyertai anda." Yeji berucap dalam hati."Ngomong-ngomong kak Yeji, apakah rumor itu benar?." Tanya Jicu sembari menikmati coklat batang.
"Aku rasa itu benar. Rumah sakit ini kini diakusisi oleh orang asing. Sangat disayangkan salah satu rumah sakit terbesar di Korea justru dimiliki oleh orang luar." Yeji ikut duduk disebelah Jicu sambil menyantap snack.
Jicu meletakkan coklat yang ia pegang. "Kak, lihatlah keluar."
Yeji dan Jicu memperhatikan mobil-mobil mewah yang tiba di rumah sakit. Mereka bangkit mendekati jendela.
"Wih, ada apa ni?. Kenapa mereka membentangkan karpet merah?. Apakah petinggi mengundang girlgroup yang lagi famous itu?" Jicu mendongak penasaran.
"Maksud kamu yang lagunya shy shy shy itu?" Yeji penasaran.
Jicu mengangkat bahu.
Turunlah pria misterius dengan setelan jas hitam. Pokoknya serba hitam deh.
"Wajah pria itu kelihatan galak." Ucap Jicu.
Dibelakangnya banyak pengawal dan juga reporter membuntuti.
"Tuan Myoui, apakah benar anda mengakusisi rumah sakit ini?" Tanya seorang reporter dengan tergesa-gesa.
Reporter lain tidak mau kalah melontarkan pertanyaan. "Saya dengar proses akusisi ini ilegal. Bagaimana tanggapan anda, tuan?"
Para pengawal mendorong siapa saja yang berusaha mendekati bos mereka .
"Apa putriku sudah datang?. Kita tidak boleh menunda siaran pers ini." Tuan Myoui duduk santai di sofa ruangan pemimpin rumah sakit.
"Nona memberitahu saya kalau dia akan datang setelah mendapatkan tanda tangan untuk skripsinya." Sahut pria kurus bertopi cowboy.
Tuan Myoui menggelengkan kepalanya. "Cepat suruh dia kemari."
"Baik tuan."
.
Di kampus Tzuyu telah siap memakai aksesori penyamarannya. Sebelum ia menuntaskan misi terakhirnya ia ingin menghubungi Sana untuk memberi kabar. Tzuyu tidak pulang kerumah sejak dua hari, demi menyelesaikan misi ini. Ia sangat merindukan istrinya.
"Tzu.. berjanjilah apapun yang terjadi, kamu harus kembali." Sana berucap dengan lirih dari balik telepon.
"Sana.. apa kamu baik-baik saja?." Tzuyu merasakan kecemasan dari suara Sana.
J. J masuk ke ruangan Tzuyu. Pria itu meletakkan pistol diatas meja Tzuyu. "Waktu kita tidak banyak Sam. Lakukanlah tugasmu." J. J berbisik agar Sana tidak bisa mendengar percakapan mereka. Sebelum keluar ruangan J. J menepuk pundak Tzuyu agar pria itu tabah.
"Tzu, aku ingin memberitahumu sesuatu." Ucap Sana.
Tzuyu kembali fokus ke telepon. "Kalau begitu katakanlah."
"Ini adalah hal yang sangat istimewa Tzu, maka berjanjilah untuk segera kembali." Sana menahan tangisannya agar suaminya tidak gentar.
Tzuyu memasukkan pistol ke dalam saku jasnya. "Aku berjanji Sana. Sampai jumpa."