Part 13. Cemburu

455 39 3
                                    


Seorang dokter bertubuh tinggi dan tampan tengah mengusap peluhnya. Ia akhirnya berhasil menormalkan detak jantung pasien yang sempat kritis.

Dokter Sana menghembuskan nafasnya lega. Ia senang dokter baru itu berhasil menyembuhkan Tzuyu.

Ada satu hal lain yang sedikit mengganjal di hati Sana saat ini. Ia merasa sosok asing dihadapannya itu tidaklah begitu asing.

"Mungkinkah aku pernah bertemu dengannya?, siapa ya dia?" Sana bergumam dalam hati.

Dokter tampan itu mengernyitkan sebelah alisnya. Dia sadar jika Sana sedang menatapnya dengan penasaran.

"Hehe Sana masih seperti dulu. Ia tetap imut." Ujar dokter itu dalam hati.

Sana mendekati tubuh Tzuyu dan meraih kepala pria tersebut. Dielusnya pucuk kepala Tzuyu dengan lembut. "Oh Tzuyu, kumohon maafkan aku. Ini semua salahku." Air mata Sana menetes, ia mencium kening Tzuyu singkat.

"Ekhem," Dokter baru itu menyela momen Sana.

Sana beralih menatap dokter itu. "Terima kasih telah membantuku." Sana membungkuk.

Dokter baru tersebut menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tidak usah terlalu formal Sana."

Dokter tersebut sama sekali tidak canggung dengan Sana. Ia kelihatan sangat santai. Seakan-akan memang sudah tahu tentang dokter cantik di hadapannya itu.

Sana hanya bengong, ia berpikir keras. "Wajahnya seperti.."

Dokter asing itu tersenyum. "Kelihatannya kamu melupakan aku ya?."

Sana mengepalkan tangannya. Ia berusaha mengingat sesuatu, namun sangat sulit memutar kembali memori lama yang sudah membeku.

"Kasian sekali aku. Ternyata begini rasanya dilupakan oleh teman masa kecilku." Dokter asing itu membuka kaca matanya. Ia berpura-pura mengusap air mata.

Sana benar-benar tidak ingat. Bahkan nama pria itu saja ia tidak tahu. "Teman masa kecil?. Siapa teman masa kecilku?. Aku hanya ingat dulu temanku satu-satunya hanyalah kakakku sendiri." Sana berucap dalam hati. Jujur saja ia merasa tidak enak dengan pria itu. Apalagi jika benar dia teman masa kecil Sana. "Apa aku amnesia ya?" Sana mengepalkan kedua tangannya. "Maaf sekali, tapi bisakah kamu memberitahuku detailnya. Aku tidak bermaksud kasar, tapi sungguh aku tidak ingat."

Dokter asing itu menegakkan pundaknya. "Aku adalah..."

Di sebuah desa kecil terlihat sebuah kobaran api yang besar melahap sebuah rumah. Para warga berkerumun berseru histeris melihat kobaran api itu. Beberapa orang mencoba meredamkan si jago merah, namun sayang demi sayang apinya tak kunjung padam.

Mendengar berita dari warga, bapak kepala lingkungan itu berlari ke lokasi kejadian.

"Ayah, aku ikut." Ujar seorang anak kecil berusia lima tahunan.

Ayahnya menghadang. "Tidak boleh. Kamu tunggu saja di rumah bersama ibumu."

"Tapi aku ingin melihat keadaan keluarga Sana ayah." Anak itu merengek.

Ibunya berhasil menahan anak itu agar tidak membuntuti ayahnya.

"Oh temanku Minato apa yang terjadi padamu?." Kepala lingkungan itu tampak gusar melihat keadaan sahabatnya.

Dia memeluk tubuh temannya yang penuh debu dan luka bakar.

Di sisi lain Sana terus menangis meratapi mayat kakak tersayangnya. Ia tidak bisa menerima kepergian kakaknya.

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang