"Pisau bedah" Pinta Mina.
Dahyun memberikan pisau kepada Mina.
Dahyun dengan teliti membaca mesin x-ray. "Rontgen dada menunjukkan benda asing radio-opak tubuh di sisi kiri tulang dada. Ekokardiografi menunjukkan efusi perikardial ringan."
Mina mengangguk.
"Hal ini dapat mengakibatkan cedera neurologis permanen, termasuk epilepsi, defisit kognitif, hidrosefalus, dip- lopia, atau kebutaan." Ucap Yeji dengan prihatin.
Mina menghembuskan nafas berat. "Sebaliknya, rudal intrakaviter, rudal dengan cedera katup atau yang tertanam sebagian miokardium harus diangkat untuk mencegah embolisasi atau trombosis."
Jicu memeriksa peluru yang tertanam di tubuh Tzuyu. "Syukurlah peluru berada di area yang dapat diakses jantung atau sistem pembuluh darah."
Mina dengan telaten dan sabar berusaha sebisa mungkin untuk mengeluarkan peluru yang tertanam.
Diluar ruangan Sana dan yang lainnya menanti dengan gelisah operasi itu.
"Apapun yang terjadi suamiku harus selamat." Sana berusaha menerobos pintu ruang operasi.
Jeongyeon dan profesor Jinyoung menghentikannya. "Tenanglah anakku. Tzuyu akan kembali."
Mata Sana sudah sangat merah dan tenaganya amat terkuras. Ia berusaha melawan sekuat tenaga.
"Tzuyu.. " Sana terduduk lemas di lantai dingin rumah sakit.
"Gawat dok!" Jicu mengelap keringatnya. "Detak jantung kak Tzuyu hampir tidak terdeteksi."
Yeji menutup mulutnya. Ia menatap cemas ke arah Mina. Yeji tampak pesimis.
Tittt.....
"Tidakkkkk" Dahyun menundukkan kepalanya.
Mina tahu apa yang terjadi. Dengan berat hati ia mengeluarkan peluru dan menambal pendarahan Tzuyu, walau yang ditangani sudah tidak bernafas. "Aku terlambat." Mina meneteskan air matanya penuh penyesalan.
Jicu memeluk Yeji, isakan tangis tidak terbendung lagi dari keduanya. Dahyun hanya teduduk di lantai dengan pikiran yang kosong. Tidak ada yang berani keluar memberi kabar.
"Kenapa lama sekali Jeong?" Nayeon bersandar di dada suaminya. "Tzuyu kita pasti akan sembuh kan?"
Jeongyeon mengusap air matanya. "Tentu saja."
Profesor Jinyoung melihat jam tangannya. Ia melihat ke luar gedung. "Cuaca diluar sangat buruk."
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀🥀
🥀🥀🥀
🥀🥀🥀🥀
🥀🥀🥀🥀🥀
🥀🥀🥀🥀🥀🥀
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀
🥀.
"Diatas tanah yang dingin, taburan bunga segar menghiasi setiap jengkal makam hingga tak terlihat satupun kerikil yang menutupi. Mahkota indah tak luput menambah gambaran cinta dan kasih yang diterima. Mentari begitu cerah namun tidak membakar bunga yang mekar."
"Aku tidak peduli seberapa besar rasa cintamu selama ini. Apa gunanya itu jika kamu tidak bisa bersamaku?. Sangat disayangkan aku harus jatuh cinta dengan pria sepertimu. Tidakkah kamu melihat betapa besar kebencianku?. Aku akan pergi berkelana di lautan sepanjang hidup ini. Melampaui setiap batas dan bebas melesat ke negri tak diketahui. Lihatlah suatu hari nanti aku akan membunuhmu lagi di tempat itu." Minju akhirnya selesai membaca jurnal yang ia temukan di gudang penyimpanan ibunya.