Part 7. Main Bareng

517 54 0
                                    

Seorang pria paruh baya tengah sibuk merapikan barang di dalam tokonya.

Seorang gadis berumur 20 tahunan datang menghampiri pria tersebut. "Pak Jeong bibi Naya kemana?. Aku jarang sekali melihatnya."

Jeongyeon memasang kaca matanya supaya bisa melihat sosok gadis berkulit tan dihadapannya dengan lebih jelas.

"Loh kamu?," mata Jeongyeon membulat.

Gadis itu tersenyum. "Apa kabar paman?."

"Aku baik-baik saja nak. Kamu kapan balik ke Korea?." Tanya Jeongyeon.

Gadis berkulit tan itu menyahut, "Baru saja paman. Aku sudah rindu dengan tempat ini."

Park Jihyo adalah nama gadis tersebut. Dia berumur 20 tahun. Selain Tzuyu, Jihyo adalah salah satu langganan toko pak Jeong. Dia juga tinggal di area itu bersama orang tuanya. Jihyo sempat mengikuti program pertukaran pelajar ke Australia selama setahun.

"Ngomong-ngomong bibi Naya kemana, paman?" tanya Jihyo.

"Dia di rumah sakit." Jawab Jeongyeon.

Jihyo memelotot. "Bibi Naya sakit?."

Jeongyeon menggeleng. "Bukan nak Jihyo, istriku itu baik-baik saja. Dia disana untuk menemani Tzuyu."

Prang!

Bingkisan yang dibawa oleh Jihyo terjatuh ke tanah. Gadis itu sempat membeku beberapa saat. Dia menutup mulutnya.

Jihyo adalah salah satu sahabat Tzuyu. Mereka saling kenal sejak Tzuyu pindah ke area perumahan ini. Jihyo jatuh hati kepada Tzuyu sejak pandangan pertama. Namun, ia tidak pernah mengutarakan perasaannya.

"Benarkah paman, apa yang terjadi?," gadis itu menatap Jeongyeon lamat-lamat.

Jeongyeon dengan berat hati mulai menceritakan kejadian tragis yang Tzuyu alami. Jihyo benar-benar syok mendengar berita tersebut.

"Apa paman akan ke rumah sakit?," tanya Jihyo.

Jeongyeon mengangguk. "Itulah kenapa paman tutup lebih awal."

"Paman aku ikut ya," Jihyo menakupkan tangannya ke depan dada.

"Tapi kamu baru saja pulang. Kamu bahkan belum menemui orang tuamu di rumah." Jeongyeon menolak.

Jihyo terus memohon agar Jeongyeon mau mengajaknya. "Plis paman. Aku mohon." Jihyo memelas.

Jeongyeon hanya bisa pasrah. "Baiklah, tapi beri kabar dulu orang tuamu agar mereka tidak panik."

Jihyo menunjukkan jempolnya. "Ok paman."

.

Miyeon masih mempertahankan wajah cemberutnya. Pria itu sedari tadi terus menahan diri mendengar setiap alasan dari kekasihnya.

Sana menjelaskan kenapa dirinya tidak datang kemarin malam. Sana ketiduran setelah selesai melakukan terapi kepada Tzuyu. Sana terlanjur kelelahan dan lagipula dia tidak tahu jika Miyeon menunggunya.

"Kamu bisa saja memberitahuku lebih awal jika ingin mengajakku pulang kan?. Kamu bisa saja mengirimi aku pesan sebelumnya." Sana berdecak. "Oh ya aku lupa," Sana berpura-pura tersenyum. "Pasti selingkuhanmu sedang sibuk kan?. Makanya kamu baru mengajakku."

Miyeon memukul meja kayu yang tidak bersalah. Alis pria tersebut mengerut. "Hentikan ocehanmu Sana. Aku tahu apa yang kamu lakukan. Kamu bermesraan dengan pasien itu kan?."

Sana mengeluarkan smirk-nya. "Memangnya kenapa?, itu adalah tugasku."

Miyeon bertepuk tangan. Pria itu tersenyum kecewa. "Seorang dokter yang telah memiliki kekasih, menghabiskan malam dengan pasien pria-nya. Luar biasa." Miyeon menggeleng.

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang