Sana segera merogoh ponselnya dan mulai mencari nomer Miyeon. Walaupun Sana sudah tidak ada perasaan cinta lagi terhadap Miyeon. Ia tetap merasa kasian karena Miyeon dipecat tanpa alasan yang jelas. Bahkan Miyeon sepertinya tidak melakukan kesalahan apapun yang bisa mencoreng nama rumah sakit. Pria itu merupakan dokter yang handal, walaupun dia tidak setia.
"Apa ada masalah kak?," Tzuyu penasaran kenapa Sana terlihat gelisah.
Dokter cantik itu berjalan mondar-mondir dengan telepon di telinga. Dia berulang kali menggigit kukunya.
"Ish kenapa gak diangkat coba?." Sana mengepalkan tangannya.
"Kak?" Panggil Tzuyu yang masih terduduk di sofa.
"Eh iya ada apa Tzu?." Tanya Sana. Dia sampai lupa kalau ada orang lain di ruangannya saat ini.
"Apa ada masalah?." Pria tampan itu beranjak dan mendekati Sana.
"Tidak Tzu, aku hanya sedang menunggu telepon dari temanku." Jawab Sana. Ia kembali duduk ke kursi kebesarannya.
Tzuyu juga duduk kembali di hadapan Sana. "Kak, apa Tzuyu sudah boleh kuliah lagi?."
Sana mengernyitkan alisnya. Wanita itu terlihat bimbang. "Hmm boleh saja sih. Asalkan kamu benar-benar bisa mengontrol trauma kamu. Yakali seorang dokter sakit-sakitan kan?."
"Terus gimana solusinya kak?. Tzuyu pengen lanjut kuliah." Pria itu menatap dokter di depannya berharap mendapatkan opsi lain.
Sana menghembuskan nafasnya berat. "Kamu bisa saja melanjutkan kuliah. Hanya saja mungkin sebelum kamu sembuh total sudah dipastikan kamu tidak bisa mengikuti praktek di lab."
"Tzuyu tidak masalah. Lagipula sudah dipastikan Tzuyu akan mengulang semester lagi. Masih ada waktu bagi Tzuyu untuk sembuh sebelum ujian praktek di lab." Tzuyu mengepalkan tangannya.
Sana tersenyum melihat tekad dan ambisi Tzuyu. Dia salut dengan perkembangan pria dihadapannya. Dulu Tzuyu sangatlah manja dan nakal.
"Tzuyu ini PR untukmu." Sana menyodorkan sebungkus plastisin kepada Tzuyu.
"Apa lagi ini kak?." Mata Tzuyu menjelajah ke setiap sudut benda lunak dan berminyak tersebut.
"Plastisin Tzu. Buatlah berbagai kreasi bentuk sesuai keinginanmu." Ujar Sana.
"Oh ya?." Tzuyu memasukkan mainan itu ke kantongnya.
"Ayo Tzu. Aku akan mengantarmu pulang." Sana beranjak dari tempat duduknya.
"Eh Tidak usah kak. Tzuyu bisa sendiri."
Sana menggeleng. "Tidak bisa, hari sudah menjelang petang. Aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendirian. Lagipula aku juga sedang ingin keluar mencari makan."
Tzuyu tersenyum. Yes!, dia mengepalkan tangannya.
"Yasudah kalau kakak maksa."Sana dan Tzuyu pulang bersama menaiki mobil milik Sana.
Perjalanan mereka berlangsung lancar. Namun ketika tiba di area persimpangan mobil mereka di stop oleh petugas kepolisian.
Sana menurunkan kaca mobilnya.
"Permisi nyonya, karena sedang ada aksi unjuk rasa dari mahasiswa. Kami dengan terpaksa menutup akses jalan utama. Silakan mengambil jalan pintas lain." Ucap polisi itu.
"Baik pak. Saya akan putar balik." Sana terpaksa mengambil jalan pintas yang berliku. Jalan tersebut cukup kecil dan berada di area perumahan yang terbilang cukup kumuh dan terbengkalai.