Part 18. Ditengah Hujan

373 41 2
                                    

Dengan nafas yang tesengal-sengal Tzuyu akhirnya tiba di lantai satu. Ia menuruni ratusan anak tangga dari lantai tiga. Bisa saja jumlah anak tangga itu hanya puluhan, namun arsiteknya mendesign tangga itu memutar sehingga tidak turun lurus begitu saja.

"Uh ah.. " Tzuyu mengelap keringatnya yang megucur deras. Mata pria itu berkelana mengintai setiap sudut gedung. Tampaklah seorang gadis yang tengah tersudut oleh seorang wanita di pintu depan lobby. "Shuhua?!".

Entah apa yang terjadi, mengapa Sana mencecar gadis itu?. Dan apa yang Shuhua lakukan di sini?. Tzuyu dan Shuhua seharusnya sudah tidak ada hubungan lagi. Gadis itu hanya memanfaatkan kebaikan Tzuyu selama ini. Mengapa ia datang kembali?. Tidakkah cukup ia mempermainkan hati banyak pria?.

Tzuyu berlari ke arah mereka. Sana membalikkan punggung, agak kaget melihat Tzuyu. Shuhua justru santai, ia malahan segera memeluk Tzuyu dan bersembunyi dibalik tubuh Tzuyu yang tinggi.
"Tzu, lihatlah apa yang wanita tua ini lakukan kepadaku." Shuhua mem-poutkan bibirnya dengan manja. Tanggannya melingkar di lengan Tzuyu.

Sana memelotot. "Wanita tua?!" . Sana mengepalkan tangannya, bisa-biasanya dia dipanggil wanita tua. Mata gadis ini pasti tidak normal!. Sana hendak kembali menerjang gadis itu. Namun Tzuyu menghentikannya.

"Sana hentikan!" Tzuyu memegang tangan Shuhua yang kelihatan ketakutan.

Hati Sana terasa tertusuk benda tajam kala Tzuyu menggandeng tangan gadis itu. Ia sangat kesal. Jujur saja ia iri dengan gadis itu, dia amat cantik dan masih muda. Usianya sangat pas jika bersanding dengan Tzuyu. Sana memalingkan wajahnya, ia segera pergi dari tempat itu. Dalam hati ia berharap Tzuyu akan menghentikannya, namun itu tidak terjadi. Tzuyu malahan sibuk dengan gadis cantik itu. Entah siapa dan apa hubungan mereka Sana tidak tahu. Ia menjalankan mobil dengan mata berkaca-kaca. Perasaannya hari ini benar-benar krodit.

Sana menghentikan mobilnya ketika ada panggilan dari rumah sakit. Itu adalah nomer Yeji. "Halo dokter Sana, apakah kelas anda sudah selesai?" tanya Yeji.

"hmm" Sana bergumam. Ia berusaha menyamarkan suaranya yang serak akibat tangisan yang dipendam. "Kenapa?"

"Aanu dok," Yeji ragu-ragu.

"Ibunya.. Tzuyu.. "

Sana memelotot. Ibu Tzuyu?. "Aku akan segera ke Sana!". Sana segera membanting setir menuju ke rumah sakit.

Tak lama kemudian ia menemui Yeji yang telah menunggunya di depan gedung.

"Apa yang terjadi?." Tanya Sana.

Yeji menunduk. Pria disampingnya menatap Sana. Tubuhnya tinggi dan kekar. "Apa anda dokter Sana?." Pria itu menjulurkan tangannya. "Saya Minhyuk, polisi yang bertugas."

Oh iya!. Sana ingat, polisi ini yang beberapa kali telah menyelamatkan dirinya, maupun Tzuyu.

"Aku sudah memberi tahu keluarga korban. Namun ketika anak buahku menemukannya di lapas tidak bernyawa, ia menjumpai secarik surat. Sepertinya tertuju untuk anda." Minhyuk memeberikan surat itu.

Sana menerimanya dengan ragu-ragu. Ia tahu ibu Tzuyu sangat membencinya. "Aku akan membacanya nanti." Sana memasukkan surat itu ke dalam sakunya. "Apa yang terjadi kepada  beliau?"

Minhyuk menjelaskan kronologinnya.
"Ia sering mengamuk saat di dalam sel. Kami membawanya ke rumah sakit jiwa, untuk ditangani. Sayangnya entah apa yang terjadi kesehatanya justru semakin buruk. Ia sempat sesak nafas sebelum meninggal."

.

Tzuyu sebagai wali korban menandatangani persetujuan kremasi korban. Ia sama sekali tidak memperlihatkan gestur sedih atau berduka. Entah pria itu memang tidak sedih, atau dia berusaha menutup-nutupinya. Jeongyeon dan Nayeon senantiasa selalu ada di samping putranya. Menemani dia apapun situasinya.

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang