Part 9. Melangkah Ke Depan

404 48 11
                                    

"Tak kusangka begitu cepat waktu berlalu. Benarkan Tzu?." Ucap seorang wanita yang tengah terduduk di taman kota.

Kami menikmati es krim yang telah wanita itu beli. "Kak Sana akan pergi ya?." Tanyaku.

"Aku harus pergi Tzu, ini adalah mimpiku." Ucap kak Sana. 

Aku tidak yakin tentang perasaan ini. Aku tidak rela jika wanita disampingku itu harus pergi.Jika bisa memilih, mungkin  aku lebih baik tetap sakit untuk selamanya asalkan kak Sana tetap disisiku. Aku tidak tahu jika perpisahan semenyakitkan ini. 

Selama ini aku hidup dengan kekerasan dan penyiksaan. Tidak pernah sekalipun aku merasakan cinta dari wanita yang kusebut ibu. Seorang ibu yang merupakan sosok pelindung yang penuh kasih. Namun, sayang seribu sayang diri ini tidak pernah tahu apa itu cinta yang penuh kasih dari ibu. 

Kini berkat wanita yang ada di sampingku, aku merasa penuh kasih dan cinta. Hatiku selalu saja damai ketika disampingnya. Wajahnya tegas namun begitu manis bila tersenyum. Rambut panjangnya yang bergelombang menambah estetika wanita ini. Bagaimana  caraku mengutarakan perasaan ini padanya?.

"Tzu, kok bengong?," Kak Sana menunjuk es-krim yang telah mencair. Cairan itu belepotan di tanganku.

"Hmm Sanayaa.." Aku bergumam.

Kak Sana mengernyitkan alisnya. "Kamu gak sakit kan Tzu?." Dia menatapku seakan aku kembali gila.

Kak Sana mengambil tisu dari sakunya, dia mengelap cairan es krim yang mengotori tanganku. Wajah kak Sana begitu dekat dan terlihat sangat jelas. Dia begitu imut bagiku saat sedang serius. 

"Sana..cantik" Kata itu keluar begitu saja dari mulut ini.

"Eeh?", Kak Sana memelotot. "Kamu bilang apa tadi?." Kak Sana menempatkan tangannya di pinggang. "Aku ini lebih tua darimu Tzu!" Wanita itu mendengus.

Sial! Kenapa kak Sana sangat menggemaskan?. Pipinya juga tembem. 

"Kok kamu senyum-senyum sih?, jawab kakak Tzu!." 

Aku mengelus pipi perawat itu. Sedikit kucubit pipi yang tembem itu. 

"Aww.." Kak Sana mengelus pipinya yang memerah akibat cubitanku.

"Kak Sana, tunggu Tzuyu yaa." Ucapku pada wanita itu. 

"Maksudmu?." Tanya perawat itu.

Entah mengapa aku mengatakan hal tersebut. Jauh dilubuk hati ini aku sangat takut jika ditinggal terlalu jauh olehnya. Sekarang aku mengerti mengapa manusia setidaknya harus memiliki mimpi. Mimpi-mimpi itulah yang membuat kita hidup. Membuat kita berani melawan rasa takut, bahkan membuat kita berjuang untuk menembus batas. 

Aku tahu, ini adalah mimpiku. Tidak ada yang bisa merebutnya dariku. Begitu juga kak Sana, dia juga punya mimpi yang harus ia kejar. 

Jika kamu memang mencintai wanita ini tidak akan aku hentikan mimpi-mimpinya. Biarlah ia meraih cita-citanya menjadi dokter spesialis. Tzuyu akan selalu mendoakanmu kak Sana. Dan lihatlah, suatu saat nanti Kak Sana pasti akan bangga dengan Tzuyu.

Sekarang aku tahu apa yang harus kukejar. Mimpi-mimpi buruk itu kini tidak akan aku biarkan mengusik impian manisku. 

Pergilah kenangan buruk!. Pergilah mimpi-mimpi yang menakutkan. Terima kasih telah membuat aku semakin kuat sekarang. 

Jujur saja aku begitu membencimu ibu. Tidak ada pengampunan yang bisa aku berikan. Namun, aku akan merelakannya. Terima kasih atas semua kenangan buruk itu. Sekarang pergilah dalam damai.

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang