"Paman apakah kondisi Tzuyu sudah lebih baik sekarang?." Tanya Dahyun sembari menyeruput secangkir kopi."Hmm.. untuk sekarang mungkin dia sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Namun sayangnya tampak ia sering mengigau dalam tidurnya." Sahut Jeongyeon, pria itu menyeruput tetesan terakhir dari gelas kopinya.
Kring.. Kring...
Dering telepon terdengar dari dalam saku Jeongyeon.
"Siapa paman?." Tanya Dahyun penasaran.
"Isteriku. Apa ada masalah ya?." Jeongyeon segera menjawab panggilan telepon itu. "Halo Nay, apa ada masalah?."
"Halo Jeong. Aku melihat preman-preman berusaha menyakiti Tzuyu. Dokter Sana juga diseret paksa oleh mereka. Aku sangat takut Jeong. Mereka bersenjata." Suara Nayeon terdengar gemetar.
Jeongyeon bangkit dari duduknya. Ia mengusap wajahnya.
Dahyun yang melihat reaksi yang tidak mengenakan itu ikut bangkit dari duduknya. "Apa ada masalah paman?"
"Dahyun, sekelompok preman mengepung mobil yang dikendarai oleh Sana." Jeongyeon memijat keningnya.
"Apa yang akan kita lakukan paman?." Dahyun memelotot.
"Aku akan telpon polisi dan menyusul ke lokasi." Jeongyeon menelpon temannya di kepolisian yaitu Minhyuk.
"Ayo paman kita naik motorku saja." Ajak Dahyun.
Jeongyeon mengangguk. "Ayo Dahyun."
Kedua pria tersebut segera bergegas menuju lokasi yang telah dikirim oleh Nayeon.
Nayeon yang melihat kondisi Sana dan putranya sedang dalam bahaya, tidak dapat menahan diri lagi. Dilihatnya sebuah ember di depan rumah terbengkalai. Tanpa pikir panjang Nayeon meraih ember itu.
Nayeon berlari kencang mencoba menerjang punggung preman yang menyekab Sana.
Plak!
Preman itu memegangi tengkuknya. Dia sedikit terhuyung, ember yang digunakan untuk memukul preman itu juga berlubang. Koyak akibat kerasnya benturan yang terjadi.
Melihat kesempatan untuk membebaskan diri Sana melepaskan ikatan kain dari mulutnya. Dokter cantik itu menendang ... kuat preman yang ada di hadapannya.
Mendapatkan pukulan kedua di area sensitifnya membuat preman itu meringis memegangi area pahanya.
Nayeon menarik tangan Sana dan mengajaknya berlari seceat kilat setidaknya untuk mengulur waktu sampai bantuan datang.
Jeongyeon menahan mati-matian rasa tidak nyaman di dadanya. Dahyun mengendarai motornya dengan sangat beringas. Jeongyeon dibuat pusing bukan kepalang diajak ngebut seperti ini. Maklum saja naluri Jeongyeon sudah sedikit pudar karena sudah berumur.
"Paman kita akan segera sampai. Pegangan yang kuat." Dahyun menambah kecepatan laju motornya.
Minhyuk bersama rekan-rekannya bersiap mengepung lokasi perampokan tersebut. Mobil polisi melaju dengan sirene yang kencang. Semua kendaraan di depan mobil polisi segera memberi jalan.
"Belakangan ini kamu mendapat banyak sekali kasus hyuk." Ujar rekan Minhyuk yang tidak lain adalah Sungjae.
"Sepertinya tahun ini adalah takdirku untuk mendapatkan promosi." Ucap Minyuk, matanya tetap fokus pada jalanan sekitar.
Para preman mengejar Sana dan Nayeon mengelilingi gang tersebut. Ada banyak jalan-jalan kecil yang terbilang mirip labirin.
Sana dan Nayeon memiliki kesempatan untuk mengulur waktu dengan rumitnya kompleks tersebut.