Part 4. Déjà vu?

474 57 4
                                    

"Apa yang sedang kamu lakukan Nay?," seorang pria paruh baya memperhatikan istrinya yang sibuk dengan kegiatannya di dapur toko mereka. Pria itu tersenyum lebar memperhatikan istrinya yang tengah sibuk itu. 

Jeongyeon menyenderkan dagunya di leher Nayeon yang tengah sibuk menumis sayuran. Istrinya terlihat risih dengan apa yang dilakukan pria paruh baya tersebut. "Minggir Jeong, biarkan aku melakukan tugasku." Nayeon sedikit menyenggol dagu suaminya.

Jeongyeon berdecak kesal, "Memangnya kamu memasak untuk siapa sih?, bukannya kita sudah makam malam tadi?."

Nayeon tetap fokus pada kegiatannya, kini dia menumis nasi berserta bahan-bahan lainnya. Dia sedikit menggoyang-goyangkan wajan agar semua bumbu tercampur rata. Selanjutnya tak lupa ia menambahkan kecap secukupnya. Aroma nasi yang sudah sedikit kecoklatan itu mampu membuat perut kembali bergetar. Nayeon menyendok sedikit nasi goreng itu dan menyuapi suaminya. Belum sempat nayeon mendinginkan nasi itu, Jeonyeon sudah lebih dulu memakannya.

"Panas Nay," Jeongyeon merasakan mulutnya sedikit terbakar. 

Nayeon tertawa pelan melihat suaminya yang wajahnya kacau karena lidahnya kepanasan. "Eh maaf ya, aku lupa nasinya masih panas. Lagian kamu juga main comot aja belum sempat aku meniupnya. Tapi enak kan?," Nayeon menunggu respon dari suaminya, matanya berbinar penuh harapan.

"Cium dulu, nanti baru aku kasih tahu." Jeongyeon menggoda istrinya.

Cup! Nayeon mencium bibir Jeongyeon singkat.

Jeongyeon tersenyum bahagia dengan ciuman singkat yang diberikan istrinya. Dia bergerak memeluk tubuh nayeon yang penuh aroma masakan. "Masakan istriku tidak pernah mengecewakan." Jeongyeon mengelus pucuk kepala istrinya.

Nayeon tersenyum bahagia usai mendapatkan pujian dari suaminya. Gigi kelinci wanita yang cantik itu terpampang jelas, membuatnya terlihat semakin manis. 

"Kalau begitu aku akan memasukan makanan itu ke rantang. Cepat bereskan tokonya Jeong. Aku ingin mengantar makanan ini ke rumah Tzuyu."

"Siap bos," Jeongyeon berpose hormat.

Usai membereskan toko, Nayeon dan Jeongyeon mampir ke rumah Tzuyu. Mereka mengkhawatirkan pria muda yang terlihat kesepian itu. Setelah melihatnya dengan wajah begitu pucat sebelumnya, Nayeon bersikeras untuk memeriksa Tzuyu. Dia bahkan membuatkan Tzuyu nasi goreng kesukaannya. 

Namun, ada hal yang janggal ketika mereka sampai di rumah kontrakan Tzuyu. Seakan-akan baru terjadi perang, semua barang di rumah itu berserakan kemana-mana. Pintu depan juga tidak terkunci, malahan pintu itu terbuka lebar seakan-akan mengundang siapapun untuk masuk dengan mudah. 

"Apa yang terjadi dengan Tzuyu Nay?," Jeongyeon terlihat khawatir melihat keadaan ruang tamu rumah itu yang sudah seperti medan perang. 

"Entahlah Jeong," Nayeon memberanikan melangkah ke dalam lebih jauh. "Tzuyu..." Tidak terdengar jawaban dari sang pemilik rumah. 

Jeongyeon menyalakan lampu kamar Tzuyu yang gelap.

"Ahhhh" Nayeon berteriak usai mendapati ada begitu banyak darah di kamar itu. 

Jeongyeon memberanikan diri memeriksa darah yang berserakan di kamar Tzuyu. "Darahnya masih segar Nay, sepertinya kejadiannya belum lama ini." 

"Apa terjadi sesuatu dengan Tzuyu Jeong?. Dimana Tzuyu sekarang?, ini sudah sangat larut." Nayeon dengan resah meremas-remas kantong plastik yang ia pegang. "Haruskah kita melaporkan kejadian ini ke polisi?." Nayeon menatap suaminya resah.

"Iya Nay, bukankah kamu mempunyai teman di kepolisian? Coba minta bantuannya!,"

Usai di telpon oleh Nayeon temannya langsung datang ke lokasi kejadian. 

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang