Part 16. Kembali

342 41 10
                                    

Sana dan Tzuyu memutuskan untuk kembali ke dalam gedung. Mereka sudah sangat basah diguyur hujan. Nayeon menghampiri putranya sambil menenteng handuk. Ia mengelap rambut Tzuyu yang basah.

"Ini untuk dokter Sana," Dahyun memberikan handuk yang lain kepada Sana.

Sana menerimanya. "Terima kasih."

Jihyo memutar bola matanya malas. Ia merasa mual melihat ekspresi genit Dahyun.

"Apa?." Tanya Dahyun, ia merasa Jihyo sedang menjulidi dirinya.

Jihyo memalingkan wajahnya dengan malas.

"Tzuyu gantilah pakaianmu dulu agar tidak masuk angin. Setelahnya kita bisa pulang." Jeongyeon memberikan kantong berisi pakaian Tzuyu.

Tzuyu mengangguk dan segera ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Kalau begitu kami pamit duluan ya. Sampai ketemu di kampus." Mina dan Chaeyoung pulang bersama karena sudah larut.

"Iya, terima kasih Mina, Chaeng." Tzuyu melepas kepergian dua temannya.

Setelah semua siap. Tzuyu beserta keluarganya pulang bersama naik taksi. Sedangkan Jihyo terpaksa ikut dengan Dahyun karena pria itu terus memaksanya.

"Sampai jumpa kak." Tzuyu memeluk Sana. Pelukan itu berlangsung singkat.

Sana melambai melepas kepergian mereka.

.

Hari yang cerah. Secangkir susu dan roti isi telah menyambut lambung yang lapar di pagi hari. Tzuyu telah siap untuk pergi ke kampus hari ini. Ia sudah sangat tidak sabar memulai kuliahnya lagi.

Jeongyeon bersenandung sambil membaca koran harian. Tak lupa sesekali pria paruh baya tersebut menyeruput kopi hitam buatan sang istri.

Nayeon masih sibuk menggoyang-goyangkan wajan berisi nasi goreng. Aromanya mampu membuat lambung bergetar. Tzuyu bangkit dari meja makan dan membantu ibu angkatnya tersebut.

"Biar Tzuyu yang potong bi." Tzuyu meraih pisau dan membantu Nayeon memotong sayur wortel sebagai garnis. Tzuyu memang cukup ahli dalam memasak, ia sudah sangat berpengalaman. Bagaimana tidak?. Ibunya selalu menyuruh Tzuyu memasak sendiri setiap dirinya ingin makan.

"Putraku memang pintar!" Nayeon mencubit pipi Tzuyu.

Setelah semua bahan masuk ke wajan penggorengan Nayeon melakukan free style. Nasi goreng itu melompat-lompat ke udara.

Tzuyu bertepuk tangan. Ia takjub melihat keahlian Nayeon dalam memasak. Tidak heran masakannya selalu enak.

Nayeon memasukkan nasi itu ke dalam rantang. "Ini untuk bekal makan siangmu."

"Terima kasih bu." Tzuyu tersenyum.

Pupil mata Nayeon membesar. Ia menakup pipi putra angkatnya itu. "Teruslah panggil aku dengan sebutan itu Tzu. Aku mohon."

Tzuyu mengangguk. "Mulai sekarang aku akan selalu memanggilmu ibu."

Nayeon memeluk putranya. Ia sangat bahagia.

"Ibu kenapa menangis?." Tzuyu mengusap cairan yang keluar dari mata Nayeon.

"Aku sangat bahagia." Nayeon kembali memeluk putranya.

"Hei, bagaimana denganku?." Jeongyeon menaruh korannya dan mendekati anak dan istrinya.

Tzuyu menggaruk tengkuknya. Sejak kecil ia jarang sekali mengucapkan kata ayah. Ia bahkan tidak pernah tahu siapa dan seperti apa ayah kandungnya.

Tzuyu memperhatikan Jeongyeon dengan seksama. "Pak Jeong... Maafkan aku, akan ku coba lagi nanti." Tzuyu meraih tangan Jeongyeon dan menyalim dia juga berpamitan pada ibunya.

DOKTER CINTA "SATZU"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang