Di sebuah ruang kelas ilmu sosial dan ilmu politik semua mahasiswa begitu penasaran dengan dosen baru pengganti yang telah di-spoiler oleh kemahasiswaan, bahwa dosen ini masih muda dan belum sold out. Para mahasiswi yang hendak mencari jodoh berbondong-bondong menghadiri kelas mata kuliah umum tersebut.
Bisikan-bisikan histeris terdengar kala dosen itu menginjakkan kaki di ruang kelas.
Rambutnya yang klinis dan stylenya yang kekinian membuat ketampanannya bertambah. Apalagi dengan kacamatanya memberi kesan misterius pada dosen tersebut.
"Langsung saja saya perkenalkan diri saya. Menurut pepatah tidak kenal maka tidak sayang, kalau sudah kenal pun belum tentu sayang. Jadi nama saya Chou Samuel."
Para mahasiswa bertepuk tangan.
"Itu nama saya sekarang. Kalau dulu entah siapa ya. Ada lagi yang ingin kalian ketahui?"
Mahasiswi berambut merah mengangkat tangan. "Bapak apakah masih single?"
Suara seruan merebak di kelas itu.
"Hmm kasih tahu gak ya.............. Hehe.. saat ini masih single, nanti malam mungkin sudah tidak single lagi."
Seruan kecewa terdengar keras terutama dari para mahasiswi.
"Oke jadi itu ya, pekerjaan saya seorang pengacara sekaligus dosen. Namun, saya sebenarnya juga sempat menjadi mahasiswa kedokteran."
"Ah kok bisa pak?." Tanya para mahasiswa dengan bingung.
"Kalian bingung?, saya juga bingung. Maklum ya saya baru hidup lagi."
Kali ini para mahasiswa mulai berbisik aneh tentang dosen mereka.
"Tidak usah mencatat, cukup simak dan di laboratorium peradaban ini kalian boleh berpendapat apapun namun tetap dengan santun dan etika. Saya mulai dengan konsep yang sulit dipercayai oleh akal sehat manusia. Kira-kira ada yang punya gambaran tentang topik ini?"
Mahasiswa berambut pirang mengangkat tangan. "Konsep tuhan itu nyata atau hanya rekayasa?."
Dosen itu menggeleng. "Ada lagi yang ingin menebak?. "
Mahasiswi berkemeja kotak -kotak mengangkat tangan. "Konsep telur dan ayam pak?."
Seisi kelas tertawa.
"Apa kalian pernah membaca atau mendengar cerita mitos maupun fiksi?."
"Pernahhhh" Sahut semuanya.
"Kali ini saya ingin bercerita, tapi kalian tidak boleh tidur ya. Pada zaman dahulu hiduplah seekor kancil... Eh salah-salah!." Dosen itu memukul kepalanya sendiri.
Mahasiswa tertawa dengan tingkah konyol itu.
"Suatu hari saya berada di sebuah pusat perbelanjaan. Saya bingung, entah kemana perginya kekasih saya. Dulu saya seorang mahasiswa kedokteran yang jatuh hati dengan dokter ahli psikiatri. Ketika hendak mencari pujaan hati saya, di sebuah pesisir sungai saya menjumpai diri saya sendiri lewat pantulan air sungai. Tak sengaja handphone kesayangan saya terjatuh ke sungai tersebut. Udah ada yang tidur belum ni?"
"Beluuuummm, lanjuuutt pak" sorak seisi kelas.
"Tapi sebelum lanjut apakah kalian percaya konsep bahwa manusia memiliki 7 kembaran di dunia?."
"Percaya.. tidakk.. Percaya" Berbagai pendapat berbeda muncul.
"Disinilah saya percaya. Kembaran saya tepat berada di hadapan saya kala itu. Waktu itu ia sedang sekarat akibat penyakitnya. Dilema mendatangi saya. Ia memohon agar saya menggantikan dirinya, Dan dirinya yang akan menggantikan kematian saya. Entah darimana ia tahu kalau saya juga sedang berada di ujung maut. Saya selama ini hanya tahu tentang ibu saya yang kejam. Namun saya tidak pernah tahu apapun tentang ayah saya. Ketika itu Chou Samuel yang asli menyimpan warisan dari ayah saya, ia pergi dan menikah dengan seorang direktur rumah sakit. Saya tidak tahu sebelum hari itu. Sebagai putra tiri dari direktur rumah sakit saya juga dimasukkan kedalam jajaran ahli waris mereka. Saudara tiri saya telah dibunuh dengan kejam kala bulan madunya di Swedia. Sasaran berikutnya adalah saya sendiri. Siapa dalang dibalik tragedi ini?. Saat ini saya tidak bisa mengungkapkannya. Namun satu hal. Chou Samuel telah sangat berjasa dalam hidup saya. Bahkan karenanya saya tidak kehilangan yang paling berharga yaitu dokter cinta saya sampai sejauh ini."