Prolog

335 35 1
                                    

Jantung aku seakan berhenti. Aku masih mematung tak habis pikir
Setelah mendengar satu kata, "SAH". Dari beberapa orang yang hadir di acara ini, terdiri dari keluarga inti dan berapa orang penting yang di undang papa. Ruangan itu dihiasi penuh dengan bunga, dengan karpet putih yang terbentang lurus, samping kiri kanannya di tata mawar putih, menunjukkan acara resmi sebuah pernikahan. Pernikahan yang sederhana karena diadakannya mendadak. Ucapan syukur dan selamat tidak lagi terdengar dengan jelas. Mata ku kembali mengeluarkan cairan, yang dari semalam tiada henti menangis. Dengan kondisi mata yang membengkak, membuat MUA-nya yang mau mendandani aku kaget.

Entah bagaimana hasil make up nya bisa menutupi itu semua. Aku tidak memperdulikan itu semua.

Pujian yang dari tadi disanjungkan. Sama sekali tidak membuat aku bahagia.
"Lana! Maju duduk dekat suamimu!" Perintah lembut dari mama, tepuk
kan halus di bahuku, menarik aku kembali pada mimpi buruk.

Aku menatap sekilas kepada pria yang menggunakan jas putih, duduk dengan gagahnya, matanya itu menatap tajam, pandangannya lurus kearahku, kubalas melihat lebih tajam. Bagaimana mungkin pengantin yang biasanya penuh rasa kebahagiaan dan kehangatan berbalik mengibarkan bendera permusuhan.

Dengan penuh keterpaksaan aku harus duduk disampingnya. Semua mata di sana tertuju pada kami. Aku hanya duduk tanpa melakukan apapun, ritual yang biasa pengantin lakukan, setelah kalimat sakral selesai diucapkan yang getarannya sampai ke 'arsy. lagi dan lagi pikiranku kosong. Aku bermimpi, itulah yang terus aku katakan pada diriku.

"Ekhmmm ..."

Suara berat di sebelah, berhasil mengalihkan perhatianku. Menyadarkanku kembali bahwa ini benar-benar terjadi. Tatapannya yang tadi tajam sekarang beralih datar, ya. Sangat datar. Aku juga melihat mama memberikan kode untuk aku segera menjabat tangan pada pria yang berstatus 'suami'. Oh, ya ampun. Aku benar-benar pada kenyataan sekarang. Aku meraih tangannya menyalami dengan rasa hormat. Berapa kilatan kamera mengabadikan momen itu. Aku sudah di titik pasrah dengan keadaan.

Setelah acara pasang cincin, foto bersama, akhirnya acara selesai. Hari yang sangat menghabis menguras energiku. Pakaian ini sungguh membuatku muak. Segera aku menggantikannya di kamar. Dengan pakaian yang lebih santai dan nyaman. Pria yang di sebut 'suami' itu, aku tidak tahu dia di mana.

"Huammm ..."

Rasa ngantuk menguasai, mataku tanpa di minta terpejam dengan sendirinya saat tubuhku bertemu dengan kasur.
Dan aku damai dalam tidurku, dan berharap apa yang terjadi tadi semua adalah mimpi.

____________

Happy reading, semoga dapat ilmu dan pelajarannya
Utamakan baca Al Qur'an ya gess 🫶

Alahna (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang