Keadaan mulai membaik tidak ada lagi berita yang aneh-aneh setelah adanya klarifikasi.
Duniaku lebih baik dari sebelumnya ternyata benar 'Selalu ada pelangi setelah hujan' Rumah yang bisu seakan mati menjelma menjadi rumah yang penuh warna.
"Arhan!"
"Kamu makan malam di rumah? Mau aku masakkan apa?" tanyaku padanya yang baru selesai sarapan.
"Kamu gak ada niat mengganti panggilan, kedengaran kurang etis setiap kamu panggil nama."
"Benar juga, kamu mau dipanggil apa?"
"Sayang!"
"Kenapa gak mas, abang, kakak, aja? tawarku dia langsung terlihat enggan.
"Enggak itu lebih sama seperti panggilan ke saudara. Aku mau beda kamu boleh panggil aku sayang, hubby, Beby, hunny_"
"Stop! Aku memilih opsi pertama aja, sayang!" potongku tidak nyaman dengan sebutan lain.
"Oke sayang!" balasnya aku jadi malu.
"Jadi gimana?" tanyaku lagi.
"Apanya?"
"Ih, kamu mau di masakin apa untuk makan malam?" ucapku mengulang pertanyaan.
Dia terkekeh menatapku, "Kamu tidak perlu masak, kita Dinner di luar nanti malam!"
"Beneran?!"
"Iya."
Salah satu moment yang aku nantikan makan malam berdua dengan romantis sama pasangan.
***
Balik dari kantor aku jadi kebingungan, sepertinya baju di rumah tidak ada yang pas untuk aku pakai dinner.
Aku mampir dulu ke mal terdekat untuk memilih baju yang aku suka, sesuai keinginan kami menetapkan dres cood hitam.
Incaranku tertuju satu gaun hitam, lengan balon, bagian dada di rancang menutupi, bahan kainnya mewah cukup simpel dan elegan. Rancangan yang indah.
Beruntungnya ukuran pas saat aku coba. Aku langsung jatuh cinta pada gaun ini.
Setelah yang ku cari dapat, aku tidak berlama di sana, aku butuh waktu siap-siap untuk nanti malam.
"Aww ..." ringkihku saat tangan seorang menyeretku kasar. Ke tempat yang lebih sepi. Di parkiran mobil.
"Rafinka?!" Perempuan itu berdiri dengan wajah yang tidak ada ramahnya.
"Ternyata lo Alahna!" ucapnya, memang dia kira siapa. Gaya bicaranya langsung berubah jauh dari pada saat awal kita bertemu.
"Terus maksud kamu apa nyeret orang sembarangan!"
"Pantes nama lo tidak asing!" Dia terlalu bertele-tele. Membuat aku jengah.
"Ada perlu apa?!" tanyaku langsung.
"Gue gak habis pikir, apa yang ada dibenak Arhan, mau menikahi lo! Tapi ... melihat lo yang gak dianggap. Pasti karena terpaksa!" ujarnya, jarinya menunjuk ke mukaku dengan senyum yang mengejek.
Dia menarikku hanya untuk melabrak seakan dia adalah istri sah yang ketahuan pasangannya punya perempuan lain.
"Tidak perlu ikut campur masalah orang lain!" ucapku dengan tenang.
"Lagian kamu tidak tahu apapun tentang kami!"
"Tck, memangnya lo tahu apa tentang Arhan!"
"Heh, perempuan! Lo itu gak akan mungkin dicintai Arhan. IMPOSSIBLE!!"ucapnya dengan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alahna (The End)
SpiritualMenikah satu kata yang belum terlintas untuk sekedar bayangan ada di hidupnya saat ini. Alahna bukanlah gadis yang bebas menentukan pilihan. Sebuah tanggung jawab besar sedang ditangguhkan pada pundaknya. Menguburkan mimpi menghidupkan mimpi orang l...