Semua hal ini sudah aku perkirakan, baru bangun pagi ponselku seakan mau meledak dengan runtutan pesan masuk dari berbagai akun. Yang membuat aku jengah membacanya."Direktur perusahaan Rayendra Group memiliki istri secara diam-diam!"
"Diduga karna kecelakaan Arhan Zikrarul Reyandra harus menikah dengan putri dari perusahaan Sinanwijaya Land."
"Terbukti terpaksa menikah Arhan memilih tidak mengakui istrinya."
"Selebgram Arhan Reyandra jalan dengan perempuan lain secara langsung saat sedang bersama istrinya sendiri."
"Gadis bernama Alahna merusak hubungan Arhan dengan Rafinka Marissa."
Berita yang tidak ada benarnya. Mereka membuat asumsi sendiri dengan mengarang bebas berita yang tidak-tidak.
"Arhan bangun! Lihat berita ini!" ucapku membangunkan Arhan yang masih tidur.
Dia meraih ponsel dan membacanya sekilas lalu mengembalikannya padaku, "Aku sudah yakin berita seperti itu akan muncul!" responnya cukup santai.
"Terus kita harus gimana?"
"Gak mungkin diam aja kan!"
"Ya ... Kita harus mempublikasikan pernikahan ini dengan berita yang sesuai!"
"Terus tidak lama muncul berita penceraian?!"
"Boleh tidak penceraian itu tidak ada!" Suaranya cukup pelan, apa aku tidak salah dengar.
"Gimana?!"
"Kita harus mengambil resiko ini Lana!" ujarnya lain dengan yang tadi sekilas aku dengar.
"Memangnya kamu mau membenarkan tuduhan mereka tentang kamu?
Jelas tidak lah, harga diri aku direndahkan, siapa yang mau diperlakukan seperti itu.
"Baiknya kita memang harus jujur! Terserah kedepannya gimana!" ucapnya.
Deringan ponsel di tanganku, tertera nama 'mama' ah mereka pasti sudah melihat beritanya.
"Lana, kenapa ada isu berita tidak benar antara kamu dan Arhan?" Bahkan mama lupa untuk mengucapkan salam.
Belum aku menjawab ponsel Arhan yang juga berdering di atas nakas.
"Mama!" ucapnya berjalan ke luar kamar mengangkat telepon.
"Lana! Kenapa kamu dituding jadi sepupu Arhan?" ucap mama udah greget diseberang.
"Ma tenang ya. Itu hanya salah paham aja. Semua berita itu tidak benar!"
"Gimana bisa kalian diberitakan kemana-mana dengan berita hoax!"
"Dan siapa itu Rafinka?"
"Asli, ma! Itu salah paham, Rafinka temannya Arhan tidak sengaja ketemu di sana. Mereka semua mengarang berita."
"Lana itu ada videonya, bahkan Dinda ada waktu kejadian juga kaget, saat kamu malah di sebut sepupunya Arhan!"
Aku memijit pelipis pelan. Heran kenapa sih orang suka banget ikut campur masalah orang lain. Padahal tidak ada manfaatnya sama sekali untuk mereka kecuali timbul mudharat bagi orang tersebut.
"Gak seperti itu ma, itu hanya potongan video, beritanya sungguh tidak benar!"
"Kita bicarakan ini langsung, mama dan papa akan ke sana sekarang!"
Usai mama tutup panggilan, aku bertambah bingung mencari alasan apa, mereka akan sangat marah tahu selama ini aku dan Arhan tidak serius dalam pernikahan.
Ponsel ku biarkan tergelatak tanpa niat untuk memegang, pesan negatif terus di kirim, aku di rujak habisan sama mereka yang tidak aku kenal. Tingkah yang cukup konyol. Terpaksa semua akun aku kunci dan menonaktifkan komentar.
Tidak lama Arhan masuk, mama Zahra pasti menelpon karena perkara ini. Bagaimana kondisinya, aku jadi takut berita ini berpengaruh pada kesehatannya.
"Mama udah tahu? Kondisinya baik-baik saja?" tanyaku khawatir, mengingat riwayat jantungnya sudah cukup parah. Hal seperti ini yang selalu kami hindarkan.
"Iya, kondisinya baik saja, walaupun sempat syok, mama langsung minum obat. Sebentar lagi mau ke sini.
"Sama mama dan papaku akan kemari juga."
"Kita jujur aja," ucapnya membuat aku tidak yakin.
"Yakin?"
"Semakin kita mengelak, masalah yang timbul nanti akan lebih besar."
"Tapi ... Jika semua sudah terbuka dan tidak ada yang ditutupi lagi untuk apa lagi kita bertahan. Apa sebaiknya kita akhiri saja?" tanyaku minta pendapatnya.
Tidak ada balasannya selain dia bergeming di tempat. Seakan dia baru mencerna ucapanku.
"Lana ...." ucapnya terpotong saat suara bel rumah terdengar, aku langsung beranjak membuka pintu.
Ternyata mama dan papa, serta mama Zahra sudah datang. Wajah mereka semua pada kusut dan masam. Mereka aku persilahkan untuk masuk.Arhan yang menyadari itu langsung ikut duduk bersama di ruang keluarga.
Aura papa sungguh menyeramkan, sikap dinginnya akan keluar kalo menghadapi situasi seperti ini, apalagi jika tahu kami akan mengakhiri pernikahan. Aku sudah memantapkan hati untuk semua keputusan nanti.
"Kenapa bisa muncul berita seperti ini Arhan! Lana!" ucapnya setelah mendarat duduk sempurna. Nadanya cukup tidak ramah untuk di dengar. Papa tipe orang yang lembut tapi dia juga disiplin dan tegas.
"Maaf, pa. Aku akan jelasin semuanya.
Sebenarnya ...""Sebenarnya kami belum publish pernikahan ke media. Dan kejadian kemarin itu murni salah paham, dia temannya Arhan, Rafinka. Dia mengira Arhan belum menikah dan Lana itu sepupunya Arhan. Makanya banyak yang berasumsi negatif, dan menimbulkan berita yang tidak-tidak. Arhan akan segera klarifikasi masalah ini!" Dia menyambar memotong penjelasanku. Kenapa dia berbohong lagi. Padahal ini waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. Ah, aku tidak mengerti jalan pikirannya.
"Ya ampun, mama di bikin syok disuguhkan berita ini pagi-pagi. Untung mama bisa mengontrol emosi!"
"Maaf ya, ma . Aku sempat kepikiran takut mama kenapa dengan berita hoax ini," ujarku pada mama Zahra, mengikuti alur pikiran Arhan. Setelah ini kita harus bicara!
"Hoax ternyata, sudah mama duga tidak mungkin itu benar. Lagian kalian kenapa juga tidak publish pernikahan, orang kalian udah dah dan menikah secara terhormat," ujar mamaku.
"Itu kesalahan kami, ma!" kata Arhan.
"Arhan akan secepatnya klarifikasi masalah ini!"
"Iya, kabar seperti ini mencoreng nama keluarga kita! Secepatnya kamu klarifikasi!" tegas papa.
Mengingat ini bukanlah hari libur, mereka semua segera pulang karna kerja tetap aktif. Ah, mengingat kerja aku tidak cukup nyawa untuk ke kantor. Mereka pasti bakal mencari informasi lagi tentangku. Netizen cukup haus akan berita.
Tapi kalo aku menghindar justru mereka akan menganggap semua ini benar. Sungguh pagi yang runyam.
Usai bayangan mereka tidak ada lagi di sini, aku menarik Arhan, "Kenapa kamu berbohong lagi?!" ucapku kesal padanya.
"Aku tidak sepenuhnya berbohong, aku hanya tidak menceritakan bagian lain!"
"Arhan itu waktu yang tepat untuk kita jelasin! Biar mereka tidak kecewa ke dua kalinya dengan berita penceraian kita."
"Apa kamu sangat ingin semua berakhir hari ini?" tanyanya lesu.
"Hah, kenapa kamu jadi begini. Kita gak bisa begini terus Arhan. Kamu gak cape terus berbohong, menjalani pernikahan yang tidak ada arahnya selain menunggu berakhir, bahkan di saat bahagia harus sadar ini tidak selamanya!" ucapku menahan tangis.
Dia hanya memandang ke arahku tanpa berkedip, lalu mengucapkan kata yang bikin aku terdiam seketika.
"Boleh kali ini aku egois, Lana!"
"Aku tidak akan menceraikanmu!
________
Happy reading 🤍🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
Alahna (The End)
SpiritualMenikah satu kata yang belum terlintas untuk sekedar bayangan ada di hidupnya saat ini. Alahna bukanlah gadis yang bebas menentukan pilihan. Sebuah tanggung jawab besar sedang ditangguhkan pada pundaknya. Menguburkan mimpi menghidupkan mimpi orang l...